Prolog

885 47 1
                                    

PROLOG.

Ify menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur. Capek. Dia baru saja ngelamar kerja di salah satu cafe yang memang lumayan jauh dari rumahnya. Ify akan muai bekerja mulai besok di cafe tersebut. Setelah dia meyakinkan kepada si Pemilik cafe kalau meskipun Ify masih muda, baru 15 tahun, tapi dia sudah bisa untuk kerja. Dan untungnya, lagi rejekinya Ify, dia diterima untuk bekerja.

Mata Ify tertuju ke meja belajarnya, sebuah buku yang luamayan tebal, bisa Ify pastikan kalo halamannya sampai 300-an yang baru dia dapat dari sekolah barunya. Fariast. Sekolah yang berisikan anak-anak yang berprestasi dan juga ckaya. kenapa Ify yang miskin bisa masuk sekolah elite itu?

Jadi begini... SMA fariast mempunyai 5 tingkatan, 1st,2nd,3rd,4th,5th. Dimulai dari yang paling tinggi dan mempunyai fasilitas yang paling lengkap yaitu untuk tingkatan First, kemudian second dan sterusnya. Ify mengikuti test untuk memasuki sekolah itu, dengan catatan, dia gak termasuk 5 tingkatan diatas. Anak-anak yang kurang mampu bahkan gak mampu, diseleksi dengan ketat dan menadapat kelas yang disbut dengan kelas Zero. Kelas yang tingkatannya berada paling bawah dan keberadaanya sering gak dianggep. Fasilitasnya sih lumayan, tapi tetep aja gak selengkap 5 tingkatan lainnya. apalagi First.

Dari buku yang Ify baca, kelas Zero dan First punya banyak banget perbedaan.Baik dari sisi ruang kelas, maupun anak-anak yang menempati kelas itu. Zero hanya untuk anak-anak yang pinter dan nasibnya kurang beruntung dalam hal ekonomi. sedangkan First merupakan kelas anak-anak dari keluarga yang super-duper kaya.

Biasanya yang membedakan anak-anak SMA fariast berdasarkan dengan tingkatannya adalah dari badge yang mereka pakai. Kalo Zero ya Zero, First ya First. Anak Zero sekolahnya gratis, selain gratis, mereka juga akan dikasih tunjangan tiap bulannya.

Ify menghela napas dengan keras. Dia tidak pernah bermimpi untuk bisa masuk sekolah elite ini.Bahkan, Ify sendiri gak yakin masih bisa masuk SMA. Tapi, tepat beberapa minggu sebelum hari kelulusan, kepala sekolah SMPnya manggil dia, dan nunjuk dia sebagai wakil dari sekolah mereka untuk ikut test masuk SMA itu. Pak kepsek nunjuk Ify, karna Ify adalah anak yang sangat berprestasi, tapi kurang mampu.

Awalnya, Ify tidak begitu berminat, karna sekolah tersebut lumayan jauh dari rumahnya, dia takut kalo mamanya yang sakit-sakitan tiba-tiba sakit, Ify tidak bisa pulang secepetnya. Tapi ternyata, waktu mamanya ngeliat selebaran yang dikasih oleh pak kepsek kepadanya, mamanya langsung mendesak Ify agar masuk SMA itu. Sebenarnya Ify sudah mutusin untuk berhenti sekolah, tapi ternyata dia bisa masuk sekolah elite itu.

"Semoga aja, gue gak ketemu manusia-manusia sombong yang hanya bisanya ngeliat orang dari luarnya aja" desah Ify sambil melempar buku itu kesamping tempat tidur. kemudian dia melirik seragam SMA fariast yang lebih bagus dari baju terbaik yang Ify punya"Semoga".

* * *

3 orang cowok cakep sedang duduk didalam salah satu cafe sambil bercanda.

"Gue pengin liat seberapa cantik anak-anak fariast" Ucap Cakka sambil mengaduk-aduk minumannya.

"Pikiran elo gak pernah jauh dari cewe mulu!" ucap Alvin sambil menoyor kepala sahabatnya tersebut.

"gak papa dong. gue tuh norma. gak kaya Rio" Ucap Cakka smabil menunjuk Rio yang keliatan gak bersemangat.

"elo yang ga normal. SMP aja udah pacaran. mending kalo satu, ini 3 orang sekaligus juga bisa dipacarin" bales Rio. Avin hanya tersenyum

"tetep, yang paling normal diantara kita ya gue hehehehe" Ucap Alvin dengan pedenya.

"ha? elo sama Rio tuh sama aja. banyak yang mau tapi nolak mulu. payah!" cakka gak mau kalah.

"Ah, udahlah, berantem mulu. gara-gara lo berdua nih, gue jadi masuk tuh sekolah" kata Rio menengahi.

"hah? heh Yo, banyak banget orang yang mau masuk tuh sekolah, dan gue rasa, itu sekolah paling pas buat kita!" ucap Cakka dengan menggebu-gebu

"Gue masuk situ hanya karna elo berdua ngotot masuk tuh sekolah." jawab Rio santai.

"trus? emang lo mau sekolah dimana? ga sekolah? nah kalo elo ga sekolah, gua setuju banget! Gua ngikut elo kalo perlu" ucap Alvin sambil menjentikan jarinya.

"gak sekolah mah memang hobi elo. Sekolah ya sekolah, tapi males aja kalo disitu..." Ucapan Rio menggantung. Ada hal yang gak bisa dia ceritain kepada Cakka dan Alvin.

"Kenapa?" tanya Cakka dan Alvin barengan.

"Forget it. males gue ngomonginnya" jawab Rio males. Ya... sekolah itu, hanya akan ngingetin dia akan kenangan buruk. Kenangan Yang udah merenggut sesuatu yang paling dia sayangin...

Zero Vs FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang