(6) Who

38 2 0
                                    

Hari yang melelahkan.... walaupun melelahkan tetapi juga membahagiakan. Lelah karena Gue dihukum dan bahagia karena gue bertemu pangeran ganteng gue. Sekarang ini gue lagi di rumah. Gue langsung menuju rumah saat sekolah usai, walau sebenarnya si Rendy ngajakin main. Tapi berhubung gue capek banget ya... gue gak mau.

"Faaay...! Turun sayang, yuk makan." Panggil mama tanpa menunggu apa-apa lagi,  gue langsung turun ke bawah. Sesampainya di meja makan, gue lihat ada mama sama papa yang udah duduk disana. Gue langsung duduk di kursi yang berhadapan dengan mama. Mama langsung mengisi piring dengan nasi dan beberapa lauk lalu diberikan pada gue.

"Fay, Dwiki kok gak pernah main kesini lagi sih?" Tanya mama saat gue asik mengunyah makanan. 
Dan seketika gue menghentikan kegiatan mengunyah yang sedari tadi gue lakukan. Gue diem dan gak langsung menjawab pertanyaan dari mama, gue bingung harus jawab apa pada mama. Apa gue jujur aja ya?

"Fay..? Kok malah ngelamun sih?" Tanya mama.

"Emmm... Fay udah putus sama Dwiki, ma." Jawab gue jujur. Habisnya gue bingung mau jawab apa. Lebih baik jujur kan daripada gue boong sama mama, tambah-tambahin dosa aja nanti? Apaan sih gue sok jadi anak alim.

"Apa?? Sejak kapan? kenapa kok bisa putus? Siapa yang mutusin?" Mama mengeluarkan rentetan pertanyaan atas terkejutannya itu.

"Gak cocok. " jawab gue singkat padat dan jelas.

" Gak percaya!! Kenapa baru sekarang gak cocoknya? Emang kemana aja kamu selama tiga tahun ini?" Ujar mama yang sama sekali tidak percaya akan kabar putusnya gue dengan Dwiki. Sebelumnya gue udah menduga-duga kalo mama gak bakal percaya sama alasan yang gue beri. Dan ya, benar gue pacaran sama Dwiki selama tiga tahun, dari mulai gue kelas tujuh SMP.

" Udah deh ma, terserah mama mau percaya apa enggak." Timpal gue sebal. Kenapa juga harus bahas tentang Dwiki. Gue kan jadi badmood.

"Udah lah ma, lagian Fay juga masih remaja. Masih suka main-main." Ucap papa menengahi pembicaraan yang menyebalkan ini.Gue pun menyuapkan sendok terakhir makan siang gue, dan mengambil segelas air putih yang sudah tersedia dari tadi dihadapan gue.

"Ma, pa, Fay ke atas dulu ya." Pamit gue pada mama dan papa gue yang masih berbincang di meja makan.

Gue langsung balik ke kamar setelah mendapat anggukan setuju dari papa.

***

Hari-hari terus berlalu. Tak seperti yang gue bayangin sebelumnya, kehidupan SMA gue bakal menderita karna ada cowok se-narsis Rendy di dekat gue. Gak terlalu siih. Hari-hari gue berjalan seperti biasa. Dan beberapa hari ini gue masih mencari tahu tentang si cowok misterius yang pernah gue tabrak di lorong deket kantin.
Tapi gue juga harus jadi langganan siswa yang sering berhadapan dengan pak Oetomo. Dan kalian tahu karena apa? Kareenaaa... gue sering kepergok sama tuh guru pas gue intipin ruang kelas yang dihuni oleh siswa kelas dua belas. Karena tingkat ke-kepoan gue yang tinggi pada tuh pangeran ganteng gue, setiap saat gue mencoba mencari informasi tentang tuh cowok. Gue telah menelusuri ke segala penjuru sekolan gue ini yang luasnya minta ampun, dan berhari-hari pula gue mencari pangeran ganteng gue. Tapi gak ketemu juga. Yang ketemu malah pak Oetomo.  Sial. Tapi tenang aja, untungnya gue gak sendirian saat berhadapan sama pak Oetomo, tentu saja gue bersama duo kunyuk sahabat gue, Rin dan Rendy. Saat ini kami bertiga emang bareng terus, tak terpisahkan.

Hari ini gue masuk ke kelas seperti biasa. Gue berjalan ke arah bangku paling belakang yang sudah ada Rendy duduk di sana dengan santainya menutup matanya, sambil mengenakan earphone di telinganya. Gue menghampiri Rendy dan duduk di kursi kosong yang ada di sampingnya. Gue merebahkan kepala gue di meja dan menghadap ke arah Rendy. Rendy yang menyadari ada seseorang yang duduk di sebelahnya pun membeka matanya, ia melepas earphone yang dari tadi terpasang di telinganya sambil menatap gue heran.

"Kenapa lo?" Tanya Rendy memiringkan kepalanya agar bisa lebih jelas melihat ekspresi cemberut gue.

"Galau," Jawab gue singkat. Rendy mengerutkan dahinya,
"Kemanakah pangeran gue..? Dimanakah dia? Ya Tuhan.. tunjukkanlah hambamu ini Pada jalan menuju pangeran hamba Ya Tuhaan..." Kata gue mendramatisir.

"Ya Tuhan.. insaf naak, tobatlah wahai manusia. Lama-lama gue ruqyah juga lo, Fay." Timpal Rendy dengan gaya ala pak haji lagi ceramah.

"Apaan sih lo berdua? Gaje." Tiba-tiba Rin datang dan menghampiri kami berdua.

"Tau, tuh si Fay" kata Rendy membela dirinya sendiri.

Tak lama kemudian bel tanda masuk berdering, dan pak Oetomo masuk ke dalam kelas. Kenapa pak Oetomo harus masuk kelas pagi-pagi gini sih? Emang nyebelin banget tuh guru. Seakan-akan dimana pun dan kapan pun gue di sekolah ini selalu bertemu dengan pak Oetomo.

"Baiklah, untuk tugas pertama kalian pada semester ini kalian membentuk kelompok belajar. Satu kelompok beranggotakan tiga siswa. Dan sekarang saya Kasih waktu sepuluh menit untuk membentuk kelompok kalian masing-masing." Ujar pak Oetomo lalu meninggalkan kelas.

Gue udah pasti satu kelompok sama si Rin. Tapi kan harus tiga orang. Lalu datang deh segerombolan cowok yang pengen jadi kelompok gue, tapi langsung gue pelototin tuh semua. Dan secara teratur mereka mundur satu per satu. Wkwk..
Gue menghadap ke belakang berniat mengajak Rendy buat jadi kelompok gue. Tapi permisaa.. bangku Rendy telah dikerubungi oleh siswi yang ingin jadi kelompoknya dengan riuh. Hadeeh.

"Weh!! Maksud lo gimana sih? Kalo gini caranya kita gak bkal dapat kelompok! Gimana kalo pak Oetomo masuk kita belom dapet kelompok?Kita bakal kena semprot.Au ah bete gue sama lo," Rin yang jengkel pun langsung marah-marah sama gue. "Kalo gitu lo aja deh yang cari kelompok!" Suruh Rin. Gue udah keterlaluan ya?

"Siap kapten! Saya akan membawakan prajurit yang setia pada nusa dan bangsa yang rela berjuang sampai titik darah penghabisan," ucap gue dengan semangat 45. Gue pun berdiri tegak di hadapan Rin."Lapor! Fay Olivia siap menjalankan tugas."

"Baiklah, laporan diterima. Laksanakan tugas!" Ucap Rin tanpa sadar.

"Siap laksanakan," Jawab gue. "Hormat!" Gue meletakkan tangan gue seperti saat hormat pada sang saka Merah-Putih. Rin membalas hormat gue, lalu gue pergi meninggalkan bangku gue.

"Emang sarap tuh bocah," ucap Rin sambil geleng-geleng kepala. "Tapi kalo dipikir-pikir malah lebih sarap gue. Kenapa gue tadi tanggapin ya? Entahlah... "

Gue langsung menuju bangku yang masih Setia dengan segerombolan anak cewek yang mengelilingi nya dengan suara bising yang buat kuping gue sakit.

"Woy...! Ren!!" Triak gue memanggil Rendy. Seketika kebisingan yang terjadi di sekitar bangku Rendy menghilang. Cewek-cewek itu pun menatap gue dengan heran,begitu juga dengan Rendy.

"Rendy, lo kelompok gue!!!" Masih dengan teriakan membahana gue menyuruh Rendy jadi kelompok gue.

"Oke" jawab Rendy dengan mengangkat kedua ibu jarinya tinggi-tinggi sambil berdiri. Dengan cepat Rendy membelah kerumunan sambil menggeret kursi nya menuju bangku gue. "Eh, awas-awas gue mau lewat " Rendy menyingkirkan cewek-cewek itu dengan cepat.

Mereka, cewek-cewek itu menatap gye dengan sebal sambil mencibir. Ah, bodo amat. I DON'T CARE.... yang penting kelompok gue udah lengkap dan Rin gak akan marah-marah lagi sama gue.

"Hahahahahaha" gue tertawa nista.

TBC

Ald_10

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Crazy ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang