Makan tuh Cintah!

82 5 3
                                    

Toko handphone begitu sepi. Itu karena masih pagi dan baru buka. Biasanya mulai ramai ketika jam makan siang hingga jam 9 malam. Dian baru saja merapikan setumpuk brosur ketika seorang pria muda tak seberapa tampan masuk sambil menenteng sebuah ponsel. Dian mengenal pria itu, karena semalam ia baru saja membeli sebuah
smartphone asal China dan kebetulan dia yang melayaninya.

“Rasanya ada masalah nih dengan handphone gua,”
“Coba sini saya lihat Mas,”
Dian menekan-nekan tombol qwerty dan membuka menu-menu di ponsel itu sambil mengerutkan wajah.
“Saya coba kok normal ya, tidak ada masalah.”
“Coba masuk ke kontak”
“Ya, sudah.”
“Nah itu masalahnya, di kontak aku nggak ada nomor kamu-nya.”

Waktu berlalu, hubungan Dian dan Mas yang ternyata bernama Cahyo itupun meningkat ke jenjang yang lebih tinggi. Cahyo yang humoris, puitis dan secara spontan mampu menciptakan sejuta gombalan mampu memikat hatinya dan membuat percintaan itu bertahan lama.
Tepat pada perayaan 5 tahunan, Dian datang dengan muka muram, dari raut wajahnya siapapun tahu bahwa pikiran gadis itu sedang kacau seperti air keruh yang diaduk-aduk.

“Ada apa yang?”
“Nih..” Dian menyerahkan ponsel dengan tangan gemetar sedingin es dalam freezer . Dengan tenang Cahyo menerimanya lalu menyapa ramah.
“Halo”
“Cahyo!!”
“Oh Om Herman, bagaimana kabarnya Om.” Om Herman adalah ayah Dian
“to the point aja, saya ngak suka basa-basi. Kapan kamu datang ke rumah dan nglamar Dian?”
“Tunggu saya dapat kerjaan baru ya Om.”
“Baru saja teman lama Dian datang ke rumah. Dia juga ingin melamar Dian.”
“Teman lama? Teman lama yang mana Om?”
“Yang Bapaknya baru saja menang Pilpres itu.” Dada Cahyo serasa dihantam Saitama dari anime One PuchMan . Siapa yang tidak galau kalau anak gadis yang kaucinta dilamar anaknya presiden?
“Saya memang bukan anaknya Presiden, saya juga bukan pengusaha kaya tapi saya bisa buktikan bahwa saya bisa menjadi suami yang terbaik bagi Dian.”
“Mengapa bisa demikian?”
“Karena saya mencintainya dan Putri Om mencintai saya.”
Makan tuh Cintah!

Sambungan telepon diputus, sama putusnya dengan hubungan Dian-Cahyo yang pupus. Sebulan setelahnya hingar bingar pesta pernikahan Dian dengan Sang Putra Presiden membahana di media massa. Akad nikah dan resepsi disiarkan langsung oleh stasiun TV swasta dan menjadi buah bibir tayangan infotainment. Media cetak tidak ketinggalan, demikian juga dengan jejaring sosial yang sinis mencibir.

Tubuh Cahyo yang semakin kurus kering dibalut kaus singlet putih yang warnanya memudar tidak berkata-kata selama seminggu penuh. Ia hanya duduk di depan laptop dan memandangi layarnya dengan tatapan mata kosong seperti mayat hidup menunggu ajal kedua.

Seminggu kemudian Cahyo mulai bisa menguasai diri. Separuh hatinya terbang melayang, rasa galau berpesta pora dalam jiwanya yang tak mau menerima kenyataan.
Dalam alam bawah sadarnya ia masih kekasih Dian dan Dian masih kekasihnya. Kenangan-kenangan indah bersamanya seolah masih terjadi di masa sekarang, bukan di masa lalu. Kata-kata Om Herman waktu itu “Makan tuh Cintah!” juga masih terngiang-ngiang di telinganya selama beberapa hari.

Tiba-tiba Cahyo membuka mata lebar-lebar, ia mendapat akal. Daripada sekadar dikenang mengapa ia tidak memanfaatkan kisah cintanya itu? Cahyo pun menyalakan laptop bututnya dan menuliskan pengalaman-pengalaman indahnya di masa lalu dalam sebuah cerita dalam blog pribadi.

Ramainya pengunjung membuat tulisan dalam blog itu akhirnya diterbitkan dalam sebuah buku dengan judul 5 tahun pacaran dengan istri anak presiden. Buku berubah menjadi film dan ketika versi remake Hollywood -nya dirilis, Cahyo sudah menjadi penulis best seller papan atas dunia. Kisah cinta ternyata mampu mengubah seorang pujangga penganggur menjadi miliarder kelas kakap.

“Terima kasih ya Om.”
“Untuk apa?”
Tanya Om Herman keheranan.
“Berkat Om sekarang saya tahu kalau ternyata cinta memang benar-benar bisa dimakan.”

-The End-

Amazing Stories of My MindWhere stories live. Discover now