SETIA?

30 2 1
                                    

Vonny menghampiri ponsel yang sedari tadi bergetar-getar seperti cacing kepanasan. Telepon itu tergeletak begitu saja bersama jaket dan dasi suaminya di atas sofa ruang tamu dan masih diset dalam mode diam. Setelah menekan tulisan terima pada layar terdengar suara wanita mendesah manja dari speakernya.

“Ahh ayo tebak, aku sekarang pakai yang warna apa?”
“Halo, ini siapa ya?”

Tiba-tiba saja lawan bicara itu menutup sambungan telepon. Aneh, pikir Vonny. Ia melihat nomor yang digunakannya untuk menghubungi ponsel sang suami. Sebuah nomor asing yang tidak tercatat di kontak. Ah barangkali cuma salah sambung.

“Telepon dari siapa Vonn?” Tanya Harris yang keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
“Nggak tahu tuh, orangnya aneh. Selingkuhan Mas Harris barangkali.”
“Oh pastinya, kamu kan tahu sendiri kalau suamimu ini digilai banyak wanita.”

Vonny teringat kembali peristiwa 10 tahun lalu, Vonny ingat waktu itu ia baru pulang setelah mengikuti tryout UN di sekolahnya. Ketika enak-enak berjalan kaki di trotoar tiba-tiba motor Harris melibas genangan air dan membasahi seragam putih abu-abu yang dikenakannya. Spontan diapun berteriak
“Kamu ini gila atau apa sinting?!”
Itulah awal perkenalan sekaligus pertengkarannya dengan Harris, pria yang kini menjadi suaminya. Pertemuan yang mengubah kata “gila” menjadi sama romantisnya dengan “aishitteru.”

Suaminya selingkuh? Ah impossible katanya dalam hati sambil membawa masuk jaket,dasi dan ponsel gila itu.

“Periksa nggak ya? periksa nggak ya?” Bisikan dalam hati membuatnya membuka pesan-pesan di telepon genggam sang suami. Vonny ingat, Harris punya kebiasaan menyimpan SMS dan postingan messenger yang dikirim Vonny. Tetapi ketika dibuka semuanya kosong dan terhapus. Telepon dari wanita misterius dan kebiasaan suaminya yang berubah. Firasat buruk tiba-tiba menghantui wanita yang sudah menikah selama 5 tahun tetapi belum dikaruniai anak itu.

“Besok, terpaksa kamu harus makan malam sendiri. Aku ada meeting lagi, mendadak dengan calon distributor dari Timur Tengah.”
“Di kantor?”
“Ya, di kantor.”
“Ya, okelah kalau begitu.” Kata Vonny sambil meenggelamkan diri ke browser internetnya.

Keesokan harinya Harris berangkat meninggalkan Vonny yang buru-buru membuka laptop untuk memeriksa sebuah folder baru di drive e yang baru ia buat kemarin. Folder salinan dari SD card suaminya yang data-datanya sudah di- recover dengan perangkat lunak khusus yang ia download dari sebuah situs khusus para hacker.

“Pulangnya lewat mana Mas?”
“Ya lewat jalan Margonda seperti biasanya. Memangnya kenapa?”
“Nggak, barusan aku buka artikel katanya ada pipa air bocor di jalan itu.”
“Ah cuma pipa air, paling-paling banjir sedikit. Nggak apa-apa yang penting bisa cepat pulang biar cepat ketemu sama Bu Vonny yang nggemesin itu lho. ”
Setelah selesai memeriksa dengan tenang Vonny menutup laptopnya dan berjalan keluar kamar. Hari berlalu menjadi malam dan Harris-pun pulang ke rumah dengan roda dan bodi mobil yang basah kuyup tersiram air.

“Masih banjir jalannya Mas?”
“Iya nih, tuh mobil kita jadi basah semua kayak begitu. Waktu aku lewat tadi banyak tukang,sepertinya masih diperbaiki."
“Waduh bisa basah kuyup seperti ini, pasti disiram pakai selang air di rumahnya Donna ya?”
“Donna...siapa? Ah bercandanya kok sinis begitu sih?”
“Sebelumnya aku minta maaf karena sudah bohong sama Mas Harris.”
“Bohong soal apa?”
“Soal artikel tentang pipa bocor di Jalan Margonda Yang tadi itu.”
-The End-

Amazing Stories of My MindWhere stories live. Discover now