1. I Love You

73.5K 3.8K 48
                                    

Seorang gadis sedang gelisah dalam tidurnya, berkali-kali ia bolak balik mencari tempat yang paling nyenyak untuk tidur. Badannya terasa lelah akibat kerja yang dilakukannya, sungguh rasanya ingin tidur tapi matanya tidak mau terpejam sama sekali.

Sesekali dia melirik jam dinding, sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Ditariknya selimut sampai menutupi seluruh tubuh, mencoba untuk kembali tidur.

"Sudah, cukup!" ucapnya pada diri sendiri, sepertinya malam ini matanya menghianatinya. "Mungkin dengan makan, aku bisa tidur nyenyak," gumamnya.

Gadis itu turun dari ranjang kemudian berjalan menuju dapur, membuka kulkas yang ternyata hanya berisi air dan dua buah telur. Dikeluarkannya satu buah telur tersebut, kemudian beralih ke samping rak-rak untuk mencari mie instan mungkin terselip diantara piring.

"Alhamdullilah, masih ada dua bungkus," syukurnya setelah menemukan dua bungkus mie instan.

Gadis itu mengambil panci dan wajan. Panci untuk merebus mienya dan wajan untuk membuat telur mata sapi. Sambil menunggu airnya mendidih gadis itu dengan cekatan memasak telur mata sapinya.

Setelah dua bungkus mie dan telur mata sapinya sudah matang gadis itu membawanya keruang tengah. Duduk di depan televisi sambil memakan makan malam keduanya. Mencari acara yang mungkin masih bisa ditontonnya. Akhirnya terpilih untuk menonton berita tengah malam.

"Seorang CEO yang terkenal akan pernikahan dengan artis papan atas Mentari Aulia Sandy dikabarkan akan segera bercerai karena tidak kunjung mendapatkan penerus keluarga."

Gadis itu berdecak, "sebenarnya ini acara berita atau gosip sih?" ujarnya sambil melahap makanannya.

"Tadi siang, Bazyli Runako Arsenio sang CEO baru saja mengadakan konferensi pers tentang keadaan rumah tangganya. "

"Pantas pakai acara konferensi pers, artis papan atas dan orang kaya, hidup mereka pasti disorot media," komentar gadis tersebut.

"Apa gosip yang beredar benar apanya? Bahwa kalian akan bercerai?"

"Saya dan istri saya baik-baik saja, kami masih harmonis kalau tidak percaya kalian bisa tanyakan langsung pada istri saya. Bahkan kami akan melakukan bulan madu ke Swiss bulan depan."

Gadis itu berdecak, "orang kaya setiap tahun bisa bulan madu. Kapan aku bisa jadi orang kaya?" komentarnya lagi sambil menyuapkan porsi besar kedalam mulutnya.

"Apakah benar istri anda meminta bercerai karena tidak bisa memberi keturunan?"

"Itu hanya gosip, keluarga kita harmonis seperti biasanya. Masalah momongan, kami sedang melakukan program kehamilan. Doakan kami saja, semoga Tuhan cepat memberikan momongan pada kami. Terima kasih."

"CEO ganteng dan istri cantik, pantas saja banyak yang iri. Sepertinya mereka pasangan yang paling serasi." komentarnya lagi ketika layar televisinya menampilkan foto sang CEO dan istrinya. "Pengin punya suami ganteng kaya CEO itu." acara selanjutnya yaitu berita kecelakaan beruntun.

Gadis tersebut mendadak mematikan televisi, makanan yang berada dimulutnya terasa hambar, tubuhnya bergetar menahan tangis yang akan keluar. Tanpa membereskan sisa makanannya gadis itu berlari menuju kamar.

Ditariknya selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya, menangis.

"Mama ... Papa ... Aina kangen kalian," ujarnya disela tangis yang semakin kencang.

******

Zico baru saja menyelesaikan wawancara yang dilakukannya. Dia menghela napas berat. Menyenderkan kepalanya di kursi kebesarannya sambil menutup mata, sesekali dia memijit pelipis dengan tangan kanan.

Setelah beberapa saat, dia mulai menegakkan tubuhnya kembali. Memulai meneliti berkas-berkas yang tergolek tak berdaya.

Rasa kantuk mulai menyergap, Zico melirik jam tangannya. Dia melotot kaget, dengan buru-buru dia membereskan berkas dimeja dan berlari menuju bastment mobil, melajukan mobilnya ke arah rumah yang hampir delapan tahun ini ditinggalinya.

"Kamu terlambat," ucap istrinya yang sudah berdiri dipintu masuk rumah mereka.

Zico memamerkan gigi putihnhya, melangkahkan kaki menuju istrinya. Mengecup bibir singkat. "Maaf, terlalu fokus sama pekerjaan jadi lupa waktu." ungkap Zico sambil memeluk pinggang istri dan menuntun untuk masuk kedalam rumah mereka.

Mereka menuju kamar utama, Meta sudah menyiapkan ganti baju untuk suaminya. Selama menunggu untuk ganti baju, Meta dengan nyaman rebahan dikasur ukuran king itu. Dia menghela napas panjang, ingatannya kembali saat dia menonton suaminya sedang diinterview. Pikirannya berkecamuk, dia takut jika pria yang dicintainya itu meninggalkannya. Cairan bening itu keluar dari kedua matanya, memikirkannya saja sudah membuatnya sakit.

Zico melihat Meta sedang menangis, dengan cepat dihampirinya dan ikut rebahan disamping, memeluknya, Meta membalikan tubuh menghadap kearah Zico, membalas pelukan suaminya.

"Aku sudah bilang, jangan menangis. Apapun yang terjadi aku tidak akan pernah meninggalkanmu," ucap Zico sambil mengeratkan pelukan.

Meta semakin terisak dipelukan suaminya. Dia gagal menjadi istri yang sempurna, dia gagal memberi keturunan untuk keluarga kecilnya. Ucapan dokter masih mengiang-ngiang dikepalanya, dia tidak bisa memberikan seorang bayi karena rahimnya bermasalah.

"A-aku rela kamu menceraikanku, Mas." Zico langsung mendorong Meta, menatap wajah istrinya yang sudah penuh dengan air mata.

"Tidak akan ada kata perceraian, Mentari. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, aku tidak butuh apa-apa lagi, hanya kamu yang aku butuhkan." Meta tahu jika suaminya sudah menyebut kata 'Mentari' dia berarti sedang sangat marah besar.

"Tapi, Mas. Aku tidak...," ucapan Meta terhenti karena Zico mengecup bibirnya singkat.

Zico menghela napas berat sebelum melanjutkan, dia ingin memilih kata yang tepat untuk disampaikan istrinya. Dia tidak ingin melihat istrinya yang selalu terpuruk jika mengingat dia tidak bisa memberi seorang bayi mungil kedalam keluarga kecil mereka.

"Sudah ribuan kali aku bilang sama kamu, Yang. Aku sangat bahagia sekarang. Aku menikah dengan wanita yang selalu membuat jantungku berdebar-debar kencang."

"Gombal," Meta tersenyum sambil memukul dada Zico pelan.

"Kamu lebih cantik kalau tersenyum." zico menangkap tangan Meta kemudian mengarahkannya pada dadanya. Meta hanya diam, merasakan dentuman jantung Zico yang bertalu-talu lebih keras seperti biasanya. "Kamu percaya sekarangkan?" Meta hanya mengangguk.

"Hampir delapan tahun pernikahan kita, tapi jantungku masih berberdebar-debar kencang bahkan terkadang aku masih nervous saat kita hanya berdua. Kamu tahu? Sayang adalah wanita pertama yang membuat seorang Bazyli Runako Arsenio bertekuk lutut dan tidak bisa berpaling lagi." Meta hanya tertawa geli mendengar perkataan Zico. "Kamu itu diromantisin selalu aja ketawa," Zico cemberut, walaupun hati kecilnya senang karena dapat membuat istrinya kembali tersenyum.

"Maaf, soalnya wajahnya serius banget waktu Mas bilang begitu. Nggak cocok." Meta kembali tertawa.

"I'm happy if you always smile like this. I have never thought that my life would be this happy, my life is perfect because you are always by my side. I love you so much." ucap Zico sambil mencium kening Meta.

Mentari terdiam mendengar penuturan suaminya. Dia sangat beruntung mempunyai suami seperti Zico. Selama hampir delapan tahun pernikahan mereka, Zico selalu memperlakukan Meta seperti seorang princess. Tidak pernah sekalipun terdengar gosip miring tentang pernikahan mereka. Tidak pernah sekalipun Zico mengecewakan Meta.

"Aku juga mencintaimu, Mas." jawab Meta sambil menelusupkan kepalanya kedada sang suami.

******

Adakah yang menunggu cerita ini????

Nggk papa ya pendek juga #smile3jari

Sukabumi, 22 November 2016

Aku, Kamu Dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang