Cinta dan Rahasia (2)

318 30 9
                                    

Mian for typo!!!

Happy Reading!!!

------

Donghyuk menatap jalanan dari jendela kaca apartemennya. Ia menatap kosong, matanya sudah seperti bola pingpong akibat menangis tadi. Ia masih tidak percaya kenyataan. Sungguh ia sangat terpuruk saat ini.

Donghyuk POV

Kata-kata Jinhwan Hyung masih terngiang-ngiang di kepalaku. Aku masih tidak percaya sekarang mereka sedang menjalin hubungan. Jinhwan Hyung memang hebat. Ia dengan sangat mudah mendapatkan Bobby Hyung. Berbeda denganku, aku sedikit pun tidak memiliki pengalaman tentang cinta. Jika kalian bertanya apa aku pernah berpacaran. Jawabnya Tidak. Cinta pertamaku adalah Bobby Hyung. Aku juga tidak mengerti kenapa aku bisa mencintai orang dengan julukan kelinci gila itu.

Setelah Jinhwan Hyung menceritakan kebahagiaannya, hatiku serasa terbakar. Terdapat kekecewaan, kebahagiaan, kesedihan juga amarah di pikiran dan hatiku. Aku tengah dilema, perasaan mana yang harus ku ikuti? Haruskah aku bahagia karena sahabatku mendapatkan cintanya atau aku harus sedih karena orang yang kucintai di rebut ah ani Bobby Hyung bukanlah siapa-siapaku, bagaimana aku bisa menyebut Jinhwan Hyung merebutnya? Sungguh bodoh.

Aku pulang karena tak sanggup menahan tangisan jika aku melanjutkan pelajaran. Sesampainya di rumah aku sudah tidak memikirkan apapun lagi. Aku segera merebahkan tubuhku di sofa merah di dekat jendela kaca kamarku. Bantal yang tadi bewarna putih sekarang sudah basah akibat tetesan bening dari mataku yang begitu deras mengalir.

Ting.

Ah. Itu suara ponselku yang berada di tas. Aku bergerak malas meraih tas ransel yang tergeletak di lantai begitu mengenaskan seperti diriku.

Kunyalakan benda tipis namun lebar itu untuk melihat apa yang membuatnya berbunyi.

"Chanwoo..." suaraku begitu serak seakan akan habis jika aku mengeluarkannya lebih banyak lagi. Chanwoo, sahabat terbaikku memenuhi notification di ponselku.
Terdapat 7 pesan dan 8 chatting darinya. Aku tidak terkejut lagi, karena ia sudah sering memenuhi notifku seperti ini. Ya, apalagi alasannya selain 'khawatir'? Chanwoo begitu sensitif jika bersangkutan dengan masalah yang membuatku menangis juga tidak ada kabar.

Drrt...drrt...

Kini benda itu bergetar dan menyala, menampilkan sebuah nama yang begitu familiar di telingaku.

"Hal..."
"Hyung! Kau dimana? Apa yang terjadi? Kenapa kau tidak menjawab semua pesanku? Kau tidak apa-apa bukan? Mengapa kau tidak masuk sekolah hari ini? Aishhh...jawab Hyung! Aku sangat khawatir!" pertanyaan bertubi-tubi di lontarkan oleh seseorang di seorang sana. Memotong perkataanku begitu saja, tidak membiarkanku menjawab satupun dari pertanyaannya seenak jidatnya. Namun aku bahagia dengan semua perlakuan nya padaku. Ia begitu peduli padaku.

"Aku di rumah Chan..." aku mencoba menstabilkan suara serakku agar tidak terdengar olehnya. Agar ia tidak menyangka aku habis menangis meraung-raung tadi. Agar ia tidak melihat kesedihanku.

Aku memang tidak menyukai siapapun melihatku menangis. Aku tidak akan pernah menangis di depan siapapun. Ya aku berjanji. Aku janji.

"Syukurlah. Aku kesana ne? Tunggu aku!"
"Ani...tuuut tuuut" ia memutuskan sambungan secara sepihak.

Aku berlari ke depan cermin di kamarku.

"Untunglah sudah tidak bengkak" aku menghela napas lega setelah mengecek kantung mataku yang sudah mulai kempes (?) tidak seperti tadi.

Donghyuk POV End

Chanwoo mengendarai mobilnya dengan terburu-buru. Ia sudah sangat khawatir dengan keadaan Donghyuk. Ia sebenarnya khawatir dengan Donghyuk setelah melihat kejadian yang bisa saja membuat Chanwoo menjadi seorang pembunuh namun untung saja bel menyadarkannya dari niat gilanya.

IKON StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang