Autumn II

1.6K 98 10
                                    

Mengingat itu semua sungguh membuatku ingin tertawa. Betapa polos dan lugunya Kookie kecilku. Namun kini berubah ketika ia sudah beranjak dewasa. Kookie menjadi Jeon Jungkook seorang super star terkenal dikorea. Seorang Namja tampan yang memiliki segudang kemampuan dan setumpuk keinginan. Tak jarang aku membaca fakta teman kecilku itu. Mencari kesibukan diliburan tengah semester kuliahku. Bahkan terkadang secara sadar aku mendownload segala bentuk video tentang Jungkook. Dan sejak saat itu, aku mulai merasakan apa yang kookie kecil rasakan. Aku mulai jatuh cinta padanya. Pada Jungkook teman masa kecilku.

Memang sulit dipercaya. Namun apa daya? Itu sudah menjadi takdirku. Apa aku bisa menyalahkan takdir? Apa aku bisa menyalahkan perasaanku? Kalau saja bisa, aku ingin protes bagaimana bisa aku mencintai temanku sendiri? Seperti yeoja kebanyakan lainnya, rasa untuk memiliki begitu menyerang  egoku. Tapi justru itu membuatku bertanya pada diriku sendiri. Apakah aku bisa memilikinya?

Sebuah tangan jahil bergerak menutup mataku. “Tebak siapa aku?”Sebelum ia mengatakan itu, aku sudah tahu bahwa ia adalah orang yang selama ini kutunggu. Memangnya siapa saja yang tahu tempat ini selain aku dan Jungkook? Lagipula meskipun sudah lama tak bertemu semenjak ia debut dengan Bangtan boys, aku masih mengingat suaranya dengan jelas. Tebakanku tak mungkin meleset. Sayangnya aku lebih cerdas darimu tuan Jeon.

“Jungkook”

Satu kata memperjelas semuannya. Namja itu terlihat mendengus kecil sebelum akhirnya memindahkan dirinya duduk disebelahku. Sebuah senyuman manis seolah menyapaku dipertemuan pertama ini. Mataku jatuh pada dua gigi kelinci milik jungkook yang sedikit lebih besar daripada terakhir kali kami bertemu, saat lulus SMA. Namun tak mengurangi sedikitpun ketampanan seorang Jeon Jungkook. “Sudah lama menunggu?”

Aku sedikit tersenyum tenang. Mencoba menstabilkan detak jantungku yang berdetak tak karuan. Aku tak mengerti mengapa ada kecanggungan antara aku dengan Jungkook. Padahal dulu kami sangat akrab, bahkan tak jarang kami membicarakan hal yang tak terpikirkan oleh manusia normal. Atau mungkin karena kami jarang bertemu dan saling mengobrol? Mungkin saja. “Ya, seperti yang kau lihat”

Jungkook terdiam sejenak. Lalu mulai berbicara lagi “Bagaimana kabarmu?”Tanyanya sedikit berbasa basi mencoba mencairkan suasana canggung antara kami.

“Seperti yang kau lihat juga, aku baik baik saja. Apa aku perlu menanyakan kabarmu juga? Kurasa tidak perlu. Kau terlihat baik baik saja dan senang dengan pekerjaanmu sekarang”

Jungkook tertawa kecil. Hiburan kecil dariku cukup membuatnya tertawa, tentu itu melegakan. Setidaknya untuk saat ini. “Kau berbakat menjadi seorang peramal” Kata sederhana yang membuat kami tertawa bersama. Menghilangkan rasa canggung antara kami. “Oh ya, ada apa kau memintaku datang kemari?”

Kupukul dahiku pelan. Hampir saja aku lupa tujuan awal meminta jungkook datang kemari. Jika dipikir pikir, alasanku mengajaknya kemari sungguh konyol. Bagaimana tidak? Aku menyuruhnya menemuiku hanya untuk menunjukkan fanfiction terbaruku yang kubuat semalaman. Bahkan ia menyempatkan waktu ditengah kesibukannya hanya untuk menemuiku. Aku benar benar merasa menjadi Yeoja kejam saat ini. Tapi itu bukan alasan satu satunya. Alasan terkonyolku adalah karena aku merindukannya. Aku ingin menemuinya,tidak menutup kemungkinan bahwa aku benar benar mencintainya.

Kurogoh jeans putih panjang yang kupakai. Mengeluarkan sebuah benda persegi pajang kecil berwarna merah, orang orang menyebutnya Flashdisk. Kuserahkan flasdisk itu pada Jungkook. “Semalam aku membuat fanfict itu untukmu. Bacalah!”Setelah ucapan itu, jungkook mengambil alih benda kecil itu dari tanganku.

“Kebetulan sekali aku membawa laptop hari ini”Sadar atau tidak, sejak tadi Jungkook membawa tas merah dipunggungnya. Sepertinya aku terlalu focus pada wajahnya sehingga tak memperhatikan ia membawa apa saja. Bahkan aku baru menyadari ia memakai kemeja putih sama sepertiku. “Woah, ternyata kau masih suka menulis Fanfiction”Jungkook menacapkan Flasdisk itu pada laptopnya. Sejak saat itu, perhatiannya lebih tertarik pada Laptop.

‘Menulis fanfiction hal ketiga yang kusukai setelah bunga sakura dan dirimu’Jawaban yang hanya kuucapkan dalam hati. Ingin sekali aku mengungkapkan itu semua, namun bertabrakan dengan keinginanku lidahku justru keluh seolah tak ingin aku mengungkapkan rahasia terbesar dihidupku.

“Bacalah hingga akhir”Agar tak merasa bosan, kuayunkan pelan kakiku yang tidak menempel pada tanah. Sementara Jungkook focus dengan membacanya, aku sibuk dengan imajinasiku sendiri. Akhir akhir ini aku suka sekali menulis Fanfiction berCast Jungkook dan diriku. Tentunya aku tak memberitahu padanya. Aku hanya mengepostnya dibloge pribadiku. Lagipula fans BTS tidak akan tahu bagaimana hubunganku dengan Jungkook. Jadi kemungkinan mereka hanya mengira Cast Song Eun Gi yang sering kupakai difanfictionku hanyalah OC.

“Yak! Ini fanfiction Yaoi? Kenapa aku dan Taehyung hyung berciuman?”Teriakan protes itu membuatku tertawa. Sudah kuduga, reaksimu akan seperti itu Jeon Jungkook. Sejak dulu jungkook tidak pernah mau membaca Fanfictku yang berunsur Sesama Jenis. Hanya saja dulu aku sering menggunakan Cast Yesung dan Eunhyuk super junior, idolaku saat masih SMA.

“Memangnya kenapa? Bukankah kau dan Taehyung sedekat itu? Bahkan fansmu sendiri mendukung hubungan kalian. Vkook, itu nama untuk kalian bukan?”Sedikit tertarik untuk menggoda Namja yang kini sudah mengeluarkan ekspresi ingin muntah. Terlihat menggemaskan. Wajahnya sudah memerah padam. Seolah benar benar muak dengan apa yang kubicarakan.

“Apa yang kau katakan? Aku ini Namja normal”

“Sulit dipercaya”Gumamku kecil namun sepertinya dapat terdengar oleh indera pendengaran Jungkook. Aku semakin tidak bisa menahan tawa ketika Jungkook menghela nafas kecil menandakan Namja itu sedikit kesal. Mungkin. Kulihat tangan yang kini mulai terlihat kekar itu meletakkan laptop kesamping tubuhnya. Namun sebelum laptop itu benar benar Menempel pada kursi kayu disebelah tempatnya duduk. Jungkook berhenti sejenak. Aku tidak melihat dengan jelas Jungkook tengah memandang apa karena kepalanya membelakangiku.

Setelah itu, kepala Jungkook menoleh kearahku. Menatap kearahku penuh dengan pandangan yang sulit diartikan. Yang kutahu saat ini jungkook menatapku dalam, penuh arti. Manic mata hitam lekat itu kini bertemu dengan manic mataku. “Mau kubuktikan?”

Voment nyaaa jan lupa:*

AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang