Mendung, hari ini mendung. Sama seperti pertama kali gadis itu berada disini. Awalnya sulit untuk percaya pada masa lalu,tapi apa daya masa lalu mengungkapkan kebenaran yang ditutupi oleh orang lain, orang yang sangat dekat dengannya. Namun merahasiakan ini.
Membaca surat Yassin,telah menjadi kebiasaannya tiap kali ia kesini, menghabiskan waktu untuk bercerita tentang kesehariannya selama ini atau bercerita tentang masalah yang dialaminya. Namun,ia tau tak akan ada jawaban dari seseorang yang telah tiada."Ma.. hari ini anak mama udah besar, bentar lagi mau jadi senior, doa'in ya Ma.. aku dapat peringkat lagi".
Menyakitkan dan menyedihkan memang,tapi apalah artinya, itu semua sudah terjadi. Gadis itu hanya bercerita kejanggalan hatinya dengan nisan yang selalu dikunjungi seminggu sekali ini, karna hanya waktu itu yang bisa dijadikan alasannya pergi tanpa ada yang curiga.
Mengetahui tidak dari seseorang langsung yang menyembunyikan, dan orang itu adalah orang yang dipercaya olehnya,memang menyakitkan hatinya. Sangat, sangat menyakitkan. Masa lalu yang kembali muncul setelah 4 tahun lalu ia tidak ingat sama sekali, tapi kemudian muncul tanpa diduga.
"Ma, jangan khawatir sama aku, aku udah besar aku bakalan cari Bang Ilo. Janji."
"Mama do'ain aku dari atas sana aja supaya aku tetap jadi Silvana seperti biasanya. Tenang disana ya Ma."Selalu kata-kata itu yang diucapkannya setiap akhir dari pertemuannya dengan orang yang berada di nisan tersebut.
Meninggalkan tempat makam itu dengan bekas air mata di kedua pipinya, berjalan keluar dari tempat itu. Tempat yang sering dikunjungi olehnya. Tempat wanita yang telah berkorban nyawa dan perasaan untuknya. Sungguh wanita yang dikaguminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
An&Na
Teen Fiction"Eh Lis, itu cowok tadi siapa sih?" Tanya Silvana penasaran. "Oh, yang itu tu, Zhafran Sil, kenapa? Naksir ya lo?" Tebak Listi asal tanpa melihat wajah temannya yang sudah aneh. "Apaan?! Naksir? Yang ada itu hidung gue bermasalah tiap kali lihat muk...