Demi Apa?!

18 2 0
                                    

Kesal. Benci. Marah. Ingin jambak rambut orang, ingin memaki-memaki orang, ingin...
Ingin nangis..

Tidak! Kata Abang nggak boleh nangis, udah gede juga masa nangis. Malu kan nantinya.

Sial!

Entah keberapa kali Silvana mengumpat dalam hatinya tidak berani melontarkan begitu saja.

"Daku harus gimana ini?"

Berjalan dan jongkok, berjalan jongkok lagi yang dilakukan Silvana.

"Kamu kenapa sih dek? Jalan-jongkok terus. Lagi pembuatan roti?"

"Abang kok tau?! Kelihatan ya bang? Nembus gitu?!"

"Bang! Jawab ih aku tuh nanya tau".

"Iya noh kelihatan, bercak-bercaknya!" Tunjuk seseorang yang dipanggil Abang ke celana yang dipakai Silvana.

"Tuh kan! Ini semua tuh gara-gara kak Aca!"

"Kok kakak sih dek?" Gadis yang disebut namanya itu datang dari arah dapur sambi membawa kue kering di tangannya.

"Iyalah gara-gara Kak Aca! Pake pembalut aku yang di tas, tapi nggak di beliin lagi! Kan aku nggak ada stocknya lagi."

"Tinggal beli lah Dek. Jangan kelihatan miskin banget deh Dek!" Jawab Kak Aca sambil memakan kue kering yang dibawanya tadi.

"Tangan mu Bang!" Memukul tangan si-Abang yang ingin mengambil kue di toples yang dibawa Kak Aca.

"Pelit! Kuburan mu sempit nanti Ca!" Semprot laki-laki itu kesal.

"Nggak caya! Abang Zaki itu gicepngu, gigi cepat ngunyah!"

"Semua makanan pasti cepat habis langsung dalam sekejap!" Gerutu Kak Aca dari lubuk hati yang paling dalam tentang kekesalannya terhadap gigi-nya Bang Zaki.
Memang Bang Zaki ketemu sama makanan pasti langsung dilahapnya sampai kandas! Dia selalu berprinsip bahwa makanan itu untuk di makan bukan untuk dicaci maki apalagi sampai dibuang.

"Siapa dulu? Bang Zaki gitu!" Membanggakan diri sendiri dengan tangan di atas dada.

"STOP!"

Interupsi tiba-tiba dari Silvana yang sudah mulai kesal terhadap perilaku saudaranya yang asik sendiri. Silvana mana mau di anggurin dia mah maunya di apelin. Sayang kan udah cantik dianggurin?

"Kok Adek jadi obat nyamuk sih disini?"

"Kak Aca itu gimana sih? Harus beliin aku pembalut!"

"Beli sendiri Dek, kan kamu punya uang sendiri? Udah sana gih pergi beli!"

"Iya noh beli gih, sebelum deras loh." Goda Bang Zaki sambil menaik turunkan alisnya.

"Deras deras dikira air hujan!" Sahut Silvana cepat.

"Ih aku tuh krisis keuangan kak! Uangnya buat aku bayar kerja kelompok, kas dan yah... beli kpop-stuff dong!" Sambil cengar-cengir yang malah terlihat seperti orang yang menahan BAB.

"Krisis gundul mu!" Tumpuk Bang Zaki dengan kue kering ke wajah Silvana.

"Abang!!"

"Dah.. mandi gih, biar Abang beliin." Kata Bang Zaki menengahi pertengkaran kakak-adik itu.

-.-.
.-.
._.

"Beli yang sayap atau nggak ya?"

"Beli yang pagi doang atau.. malam juga?"

"Ihhh ini manalagi harganya?
Eh ngapain nanya harga? Kan yang beliin Bang Zaki!!" Seru Silvana semangat sambil melihat Abangnya yang kelihatan bingung.

Jika kalian diposisi Abang Zaki pasti akan bingung dengan apa yang dilakukan si Silvana tadi. Berbicara sendiri sambil memegang kedua benda kemudian diletakan kembali dan mencari benda lain lagi serta melakukan hal yang sama. Padahal pembalut semuanya sama saja kan? Hanya untuk membalut. Itu lah kira-kira yang ada dipikiran Bang Zaki.

"Kamu belum minum obat Dek?" Tanya Bang Zaki dan membiarkan tangannya berada di kening Silvana.

"Abang ngatain aku gila? Jahat!" Sentak Silvana pada tangan Abangnya.

"Kamu aneh sih dek, bicara sendiri. Jauh-jauh gih Abang nggak mau dibilang bawa orang gila kesini." Usir Bang Zaki menggunakan tangannya dan berjalan meninggalkan Silvana.

"ABANG!" Teriak Silvana membahana di bagian pembalut wanita. Melihat ke kanan-kiri Silvana mendudukan kepalanya untuk memberi maaf kepada orang-orang yang ada di sana.

Bisa dibilang gila nih gue.

Setelah acara mencari Bang Zaki yang meninggalkan Silvana. Akhirnya disinilah mereka sambil mulut yang penuh dengan makanan dan.... Aksi pertengkaran mereka tentang harus makan dulu atau mengambil foto untuk diupload Silvana ke sosmed-nya atau tidak.

"Dek, kamu gitu nggak kalo suka sama orang?" Tanya Bang Zaki tiba-tiba saat matanya menemukan sesuatu yang memiliki menarik.

"Apa? Suka?" Silvana masih sibuk dengan Donat ditangannya.

"Itu coba lihat kesana, ada cewek eh kayaknya seumuran kamu. Dia lagi nembak cowok tuh." Tunjuk Bang Zaki ke arah belakang 3 meja yang sedang mereka duduki.

Uhuk... Uhuk..

Suara kesedak Silvana saat mendengar kata "cewek nembak cowok" yang dikiranya hanya ada di Drakor ataupun film Jepang yang sering ia tonton bersama Listi.

"Ini minum dulu, pelan-pelan." Bang Zaki menyodorkan air mineral di depan Silvana.

Silvana menghabiskan air mineral itu dengan sekali tegukan. Seperti seorang yang baru bertemu dengan air.

Melihat ke arah yang ditunjuk Bang Zaki tadi membuat mulut Silvana terbuka dan mukanya kaget seperti ia baru melihat sesuatu yang sangat menyeramkan.

Demi apa?!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

An&NaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang