Prolog

33 4 0
                                    

       Udara dari pendingin ruangan menusuk tubuh begitu Alya mendorong pintu kafe, Dia sedikit kecewa dengan udaranya. Awalnya dia berniat untuk menghangatkan diri di kafe karena dia mengira udara di dalam kafe akan hangat karena melihat banyak orang yang begitu nyaman disini.

        Dia sudah akan keluar dari kafe itu, namun dihentikan oleh pelayan yang menanyakan pesanan. Dia pun segera duduk di bangku terdekat di samping jendela dan memesan teh hangat dan sedikit camilan.

       Dia menghela nafas sesaat setelah sang pelayan pergi. Sembari menunggu pesanan, dia hanya bertopang dagu melihat hujan deras diluar kafe. Ternyata alasan Alya untuk menghangatkan diri di kafe hanya karena dia menghindari hujan.

        Anehnya Alya tidak membenci hujan, malah menyukainya. Lalu mengapa dia menghindari hujan? Jika karena bukan penyakit yang melandanya saat ini, pasti dia sudah akan menari nari di bawah hujan. Namun dokter sudah melarang Alya untuk terkena dingin maupun hujan.

        Pesanan Alya datang, dia tidak langsung meminum tehnya. Sampai sekarang dia hanya menatap kosong teh dan camilan yang sudah dipesan. Seseorang yang tiba tiba duduk di seberang mejanya membuyarkan lamunannya. Sepertinya dia mencari tempat duduk kosong.

       "Um.. Maaf tapi, bolehkah aku duduk bersamamu untuk sementara? Tempat duduk yang lain sudah penuh." Tanya pria itu sedikit ragu, mungkin takut Alya tidak akan mengizinkannya.

        Diluar dugaannya, Alya menjawabnya dengan anggukan kecil. Alya menatap laki laki itu, dari gayanya, dia seperti sebaya dengannya. Dia membawa satu gelas kopi hitam dan mengenggam novel tebal. Dia mungkin ingin mengistirahatkan diri di sini. Cukup dengan sedikit melihat lawan bicaranya, Alya segera kembali menatap hujan yang turun di luar.

        Waktu berjalan dengan cepat. Pelayan di buat sibuk oleh pelanggan yang datang. Alya menyeruput tehnya, sesekali menggigit eclairs yang dipesannya. Sementara laki laki di hadapannya masih membolak balik halaman novel. Tidak ada lagi percakapan sehabis meminta izin untuk duduk tadi, padahal Alya berharap mereka bisa sedikit berbincang.

        Tak lama setelah itu, laki laki di seberang mejanya menutup buku dan menatap Alya. Alya juga menatapnya balik. Suasana disini berlangsung lama dan juga canggung. Tidak bisa menghindari situasi, laki laki itu mulai membuka mulutnya.

        "Na-namaku Hiro, Hiro Reimund. Salam kenal" Laki laki itu mengulurkan tangannya. Alya yang sempat tertegun dan menyadari ucapannya, langsung membalas uluran tangannya.
        "Alya Anandastasya. Senang berkenalan denganmu, Hiro!"

        Mungkin Alya tidak menyadari bahwa, disitulah permasalahan tentang hidupnya yang rumit dimulai.



[Prolog End]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang