Bagas's POV
Halo! Balik lagi ke cerita gue. Semoga kalian gak bosen ya, sama kisah gue dan Shinta yang sebenernya gitu-gitu aja kayak kisah remaja pada umumnya. Romantis terus putus terus romantis lagi. Ya, begitulah.
Beberapa tahun berlalu, hingga sekarang gue udah jadi mahasiswa fakultas hukum semester 8 yang lagi sibuk-sibuknya sama skripsi. Sementara Shinta sekarang udah jadi mahasiswi semester 6 yang masuk instagram (at)anak_komunikasicantik.
Gue baru sadar, kenapa orang-orang baru tau kalau Shinta cantik sekarang? Kenapa orang baru sadar kalau Shinta bukan hanya hatinya yang cantik, tapi juga fisiknya? Apa karena Shinta udah ketutup BB cream, gincu, alis, dan sebagainya?
For a God Sake! Shinta udah cantik dari dulu. Dari jaman orang-orang suka nyinyir ke dia karena dia pacaran sama gue yang ganteng dan kerennya maksimal kalau kata mereka. Shinta udah cantik dari bangun tidur, pas mata dia masih beler dan mulutnya masih bau.
Jadi bagi gue... Shinta-cantik-tiap-saat.
Dan kenapa gue bisa bilang gitu? Karena gue mandang Shinta bukan hanya dari fisik. Tapi, gue jatuh cinta sama kecantikan hatinya, kecantikan kepribadiannya. Sehingga apapun yang dia lakukan, selama itu sesuatu yang baik, dia pasti terlihat cantik.
"Bagas? Kamu kok ngelihatin aku terus? Ini lho, skripsi kamu kerjain. Aku di sini kan nemenin kamu bikin skripsi.. Eh malah kamu sibuk ngelihatin aku.." Gitu katanya. Gue tau, dia pasti salting.
"Kan aku lagi refreshing.. Capek kali, Shin, nulis beberapa bab. Belum lagi riset dan lain-lain. Aku butuh penyegaran.. Dan gak usah jauh-jauh, karena lihat kamu, aku udah cukup seneng dan seger."
Ups.
Mukanya merah.
Dia senyum-senyum, terus mukul gue. "Lo gombalnya gak ilang-ilang!"
"Gombalin tetangga sendiri gak apa-apa, dong?"
"Terserah!"
"Shin," panggil gue. "Kayaknya kalo kita nikah, gue bakal bikin buku buat nyaingin Ayudia sama Dito. Mereka kan "teman tapi menikah". Nah kalo kita kan lebih dari itu. Kita tetangga dari bayi, temen, musuh, sahabat, pacar, partner makan, partner segalanya, hingga nantinya kita nikah dan jadi partner hidup."
Mukanya merah lagi. "Udah ah, bikin malu mulu nih anak ya!"
"Serius," ucap gue cepat. Cup. Gue cium pipi kirinya kilat. "Karena hidup sama kamu, adalah salah satu impian dalam hidup aku. Dan sekarang aku udah hampir lulus. Itu artinya, masa depan udah hampir sampai di tangan aku. Ketika aku udah kerja dan cukup, impian aku buat memiliki kamu selamanya bakal kesampaian."
Shinta tersenyum, mengusap pipiku. "Can't wait for that moment."
"Me too."
Eh, baru bentar romantis-romantisan, Shinta udah poles kepala gue. "Makanya, cepet kerjain skripsinya! Malah gombal mulu ntar skripsi lo gak kelar-kelar! Terus lo makin lama lulus, makin lama nikahin gue, ma--"
"Ck, elaaah. Bawel lu ya, baru aja gue romantisin bentar. Lagian kan gue dari minggu lalu udah spaneng sama nih laptop. Cuma istirahat liat lo doang masa dimarahin?" Gue bete. Gak bete sih. Cuma ya gitu. Udah pada tau, kan, kalau Shinta suka ngerusak suasana romantis?
"Hehe. Maaf, abis aku juga gak sabar."
"Gak sabar apa?"
Dia nyengir, terus ngacir ke dapur. "Buat cepet-cepet dikawinin kamu!"
"HEH NIKAH, BUKAN KAWIN!" teriak gue, biar Shinta yang udah lari ke dapur bisa denger.
Nah, kan?
![](https://img.wattpad.com/cover/85727602-288-k970057.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Forever (Baghas-Shinta)
RomanceLima tahun berpacaran. Dua puluh tahun lebih menjadi tetangga. Mereka adalah Bagas dan Shinta. Dan kini, ketika mereka makin dewasa, permasalahan pelik mulai terjadi lagi. Permasalahan yang lebih pelik dari sekedar cinta dan putus-nyambung semasa re...