***
Note: (nama) atau (Y/n) = Your Name, artinya adalah nama reader ya. Bagi yang belum paham konsep penokohan begini. Dalam cerita ini, karena ini fanfiction anime, author tidak menamai tokoh utama cewek dengan nama tertentu. Tetapi nama tokoh utama cewek adalah reader masing-masing yang baca. Mengerti?
Silakan dinikmati!🤗😍
***
Reader POV
Aku duduk anteng di sofa apartemen seseorang. Ruangan yang tampak sepi dan tenang saat aku mengedarkan pandangan. Secangkir teh hangat diletakkan tiba-tiba oleh tangan seorang pria. Itu Arima, dan apartment ini adalah tempat tinggalnya.
Kedatangan Amon Kotarou membuat aku berada dalam posisi canggung. Setelah aku menceritakan tentang diriku yang mengenaskan dan tak punya rumah, Amon malah menyarankan Arima untuk menampungku! Kontan saja wajahku memerah; menolak mentah-mentah dengan gugup saat itu.
Tetapi, Arima tidak protes. Lelaki itu hanya mendengus dengan ekspresi dinginnya. Permohonan Amon yang entah memakai cara apa dalam membujuk di kulkas berambut putih itu sampai membuat seorang Arima menerima gadis asing tinggal di apartemennya, membuat aku bertanya-tanya di dalam kepala.
"Anoo... Kita belum berkenalan dengan benar. Namaku (Y/N). Aku dan Amon adalah teman sewaktu sekolah menengah dulu," jelasku. "Arima Kishou." Arima membalas pendek.
"Boleh aku bertanya? Kenapa kau mengizinkan orang asing tinggal bersamamu?"
"Aku hanya membalas budi Amon. Ingat, aku mengizinkanmu tinggal dalam dua bulan saja. Jika lebih dari itu, dan kau belum dapat tempat tinggal, aku akan mengusirmu," tegas Arima. Aku meneguk ludah. "Baik, Arima-san!" ujarku mantap.
"Ngomong-ngomong, terimakasih tehnya." Aku meraih cangkir teh itu lalu menyesapnya dengan tenang. Teh hangat yang menenangkan. Cukup membuatku merasa rileks dan ringan.
Lelaki itu mengabaikanku dengan berlalu ke dapur. Persoalan balas budi yang dikatakannya itu, aku ingin tahu. "Anu, Arima-san. Sejak kapan kau dan Amon kenal?" tanyaku. "Kenapa kau ingin tahu?" Arima malah balas dengan pertanyaan. Seketika aku kikuk. Mengapa aku harus berurusan dengan pria dingin sih?
Niatku kan cuma mencairkan keheningan ini. Kupikir dia orang yang bisa diajak bicara. Tapi ternyata sama seperti wajahnya yang datar, sikapnya juga sedingin alaska. Aku sampai merinding membayangkan tinggal lebih lama dengannya tanpa obrolan ringan atau bahkan sapaan, sepertinya Arima tidak pedulikan hal itu.
"Amon tak pernah bercerita punya teman seeksentrik dirimu," celetukku asal menjawab. "Jelas saja, aku bukan orang yang menarik untuk diceritakan." Arima menyahut tanpa ekspresi. Diam-diam aku tersenyum kecil.
"Kalau sudah selesai minumnya, cuci sendiri," ucap lelaki itu, kemudian meninggalkan dapur sambil membawa cangkir. Sosok tegapnya menghilang dibalik pintu.
***
Aku berbaring di kamar yang telah disediakan oleh Arima. Menatap langit-langit kamar sambil termenung memikirkan rencanaku esok. Yang pasti, aku akan mencari lowongan pekerjaan! Ya itu harus!
Kalau bisa, jangan ada yang shift malam deh. Bisa gawat nanti. Kejadian dikejar ghoul mungkin akan terulang. Ah, benar! Asalkan aku tidak lewat jalan sepi, itu artinya tempat kerjaku harus berada di pinggir jalan. Baiklah! Sekarang aku harus tidur mengumpulkan energi untuk hari esok.
Semangatlah diriku!
***