Pinky Promise [Chapter 3]

9 0 0
                                    

Ia mendekat kearah ku dan memeluk ku erat. Aku terkejut. Aku membulatkan mataku yang tak percaya dengan apa yang Chanyeol lakukan padaku. Aku merasakan pelukannya. Hangat. Sangat nyaman. Sebuah pelukan yang tersirat kasih sayang didalamnya. Tanpa sadar aku membalas pelukannya dengan memeluknya erat. Sepertinya langit orange akan menjadi saksi bisu, dua orang yang saling berpelukan erat. Tanpa ada kata. Yang ada hanya rasa. Rasa yang hanya di mengerti oleh hati.
Tersadar dari apa yang dilakukan, aku berusaha melepaskan pelukannya. “tubuh mu sangat dingin, kau pasti kedinginan, makanya aku memelukmu” ucapnya. Ia menatapku dalam dengan kedua tangannya berada di pundak ku. Tatapan yang tersirat seribu arti. Entah itu apa. “bolehkah aku meminta permohonan padamu?” tanya Chanyeol dengan suara beratnya. Suaranya menggambarkan bahwa ia memang benar-benar memohon pada ku akan sesuatu hal. Aku hanya mengangkat alis sebagai tanda penasaran ku. “jadilah kekasih ku” Chanyeol berkata dengan sungguh-sungguh, kerlingan matanya menunjukkan bahwa ia sedang tidak main-main. Tapi keraguan masih menyelimuti diriku. Bagaimana mungkin seorang Park Chanyeol berkata seperti itu pada ku. “aku hanya ingin mendengar jawaban ‘ya’ dari mu” sambungnya yang menyadarkan lamunan ku.
“aku tahu ini terlalu cepat, tapi aku tidak bisa mengulurnya lebih lama lagi” sambung Chanyeol lagi. Aku hanya menatapnya dalam. “apakah tatapan mu itu mengisyaratkan jika kau menjawab ‘ya’?” aku semakin menatapnya dalam. Entah mengapa kepala ku tiba-tiba menggangguk. Aku tidak berfikir seperti itu, tapi hati ku lah yang menyuruh ku untuk menggukkan kepala. Tanda bahwa aku menyetujuinya. Apakah aku terpikat oleh pesonanya? Kurasa tidak. kehangatan tubuhnya lah yang membuatku kecanduan akan itu. kehangatan tubuhnya mengalir ke tubuh ku yang membuat suatu rasa bergejolak. Rasa yang menggetarkan hati. Sebuah kenyamanan.
Chanyeol tersenyum. Ia memeluk ku lagi. Bahkan pelukannya lebih erat. Kehangatan tubuhnya membuat ku terbawa ke dalamnya. Nyaman. Sangat nyaman. Enggan rasanya untuk mengakhiri ini.
***
“tulis nama mu disini” Chanyeol memberikan gembok yang tadi kupilih. Aku mulai menuliskan huruf-huruf, sampai akhirnya huruf-huruf tersebut terbaca ‘MONGJI’. Chanyeol yang melihat itu langsung terkekeh. “kenapa kau menulis nama itu? kenapa bukan nama mu yang sebenarnya” tanyanya. “karena kau selalu memanggil ku Mongji” balas ku dengan satu alis terangkat. “waw, bahkan setelah menjadi kekasih, kau tidak memberi tahu nama mu” Chanyeol berkata dengan sedikit berdecak. “hm, aku suka. Aku menyukainya saat kau memanggil ku Mongji” balas ku. “karena kau memanggil ku Mongji, lalu aku harus memanggil mu apa?” aku mulai berfikir. “Channie! Ya, Channie. Kurasa itu bagus!” sambung ku setelah berfikir. Aku menuliskan huruf yang membentuk kata Channie di bawah nama ku pada gembok yang berwarna pink dan berbentuk hati. “hei, kau bahkan tidak bertanya padaku sebelum kau menulisnya” ucapnya setelah aku selesai menulisnya. “tidak. itu tidak perlu. Karena kau pasti akan menyetujuinya” balas ku dengan cepat.
-
Setelah memilih tempat untuk meletakkan gemboknya, Chanyeol tersenyum kearah ku dan mengaitkan gembok dan kuncinya, memutarnya dan kembali menatap ku. Ia memperlihatkan kuci gemboknya di depan wajah ku. “berjanjilah pada ku, bahwa kau tidak akan meninggalkan ku, dan akan selalu bersama ku, dan tentu saja kau harus selalu mencintai ku. ah, satu lagi! Berjanjilah pada ku, bahwa kau tidak akan mengakhiri hidupmu seperti apa yang kau lakukan di atap gedung waktu itu.” melihat kerlingan matanya, Chanyeol benar-benar serius dengan apa yang ia katakan. Aku tersenyum tipis. “ya, aku janji. Dan aku tidak akan mengingkarinya. Aku tidak akan meninggalkan mu, aku akan selalu bersama mu dan aku akan mencintai mu selamanya. Dan tentu saja aku tidak akan mengulangi kebodohan ku lagi.” ucapku sambil menjulurkan jari kelingking. Chanyeol mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking ku. Tanda dari sebuah perjanjian. Dimana perjanjian ini disaksikan oleh langit yang bermetamorfosa menjadi gelap, desiran angin yang menjadi melodi dan kehangatan yang tersalur dari jari kelingkingnya.
Ia kembali memelukku. “aku tahu, kau kedinginan. Ini adalah salah satu cara agar kau tidak kedinginan. Ucapnya sambil mengeratkan pelukannya. Ya, tidak mungkin jika aku tidak kedinginan dengan memakai jeans di atas lutut dan baju lengan pendek. Angin semakin berhembus, mengisyaratkan agar aku memeluknya semakin erat. Aku memeluknya semakin erat, tubuhnya memang benar-benar hangat. Angin yang terus berhembus membuatku tak ingin melepaskan pelukannya.
***
“apa kau suka pemandangan kota Seoul di malam hari” tanya Chanyeol yang duduk di sampingku. “ya, aku suka. Kota Seoul terlihat indah di malam hari, karena lampu – lampu yang mengihiasi kota Seoul memberikan ku ketenangan” ucap ku tersenyum lalu menyandarkan kepala ku di bahunya. Melihat pemandangan dari Cable Car dengan menyandarkan kepalaku di pundaknya. Ah, sungguh nyaman. Jika saja aku bisa menghentikan waktu, pasti sudah kulakukan. Tapi nyatanya aku hanyalah manusia biasa. Terlalu biasa sampai pada tingkat dimana tidak biasa lagi. Akhirnya Tuhan mengirimkan sesorang Park Chanyeol padaku. Jika ini berakhir buruk mampukah aku mengakhirinya saat masih terasa indah?
Chanyeol mengusap rambut ku pelan. Ia memindahkan kepalaku ke pangkuannya. Pahanya menjadi bantalan ku. Empuk, sangat nyaman. Entah mengapa bagian tubuh Chanyeol menjadi candu untuk ku. Ia mengusap pipi ku pelan. Chanyeol mengubah posisi ku yang tadiya menghadap ke samping menjadi menghadap ke wajahnya. Wajah yang begitu mempesona, wajah yang sulit di lupakan walau hanya baru sekali melihatnya. Chanyeol memperlihatkan senyumnya. Senyum yang begitu damai. Chanyeol mendekatkan wajahnya ke wajah ku. Bahkan aku bisa merasakan deru nafasnya. Hidung mancungnya bahkan menyentuh hidungku. Bibir kissablenya berhasil mendarat di bibirku. Hangat. Kecupan yang Chanyeol berikan benar-benar hangat. Aku memejamkan mata, menikmatinya. Ia mulai menyesap bibir bawah ku, seakan memberikan kehangatan yang lebih. Bibir itu menjadi candu untukku. Aku menginginkannya lebih, dan tanpa mengulur waktu, aku mulai menyesap bibir atasnya. Membalas ciumannya. Tidak. ciuman ini bukan karena nafsu. Melaikan rasa. Rasa yang berasal dari hati, yang disebut dengan kasih sayang atau yang lebih dikenal dengan cinta. Inilah first kiss ku. Dan tidak mungkin dilupakan dalam sejarah hidupku. Ini adalah ciuman yang sangat berkesan. Ciuman yang disaksikan oleh lampu Kota Seoul.
***
“kau pasti lapar kan?” tanya Chanyeol. “hm, jika aku lapar pasti perutku sudah berbunyi” jawabku santai. Chanyeol menggandengku dan mengajakku ke suatu tempat. Kurasa aku dan Chanyeol adalah orang yang terakhir keluar dari taman hiburan. Lihat saja, lampu-lampu juga sudah mulai dimatikan dan pintu gerbang akan segera ditutup. “kita akan kemana?” tanyaku penasaran. Chanyeol hanya tersenyum menanggapi pertanyaan ku.
“apa kau lelah? Naiklah jika kau memang lelah” ucap Chanyeol dengan menunjuk punggungnya. “tidak. aku suka. Aku suka berjalan seperti ini dengan mu” balasku yang sesekali menyandar di lengannya. “tubuhmu hangat” sambungku. “kalu begitu terus peluk aku, dengan begitu kau tidak akan kedinginan” ucap Chanyeol dengan mempersempit jarak antara dirinya dan diri ku.
-
“Tuan muda Park Chanyeol, kau memang benar-benar selalu membawaku ke tempat yang aneh” ucapku dengan melihat sekeliling. Sebuah restourant yang aku rasa pelanggannya hanya ada aku dan Chanyeol. Belum lagi meja makan yang dihiasi lilin. Chanyeol hanya tersenyum melihat ekspresiku. “tuan muda Park Chanyeol, apa ini tidak berlebihan?” tanyaku. “hei, kita sedang merayakannya” balasnya cepat. “merayakan apa?” tanyaku yang tak kalah cepat. “anniversary kita yang ke lima jam. Lima jam lalu, kau telah menjadi kekasih ku, bukan?” jawab Chanyeol dengan senyumannya. “waw, bahkan aku tidak bisa menerka apa yang ada di fikiran mu. Bagaimana mungkin...?” balasku yang tidak bisa melanjutkan perkataanku lagi. Speachless. “bukankah wanita menyukai Candle Light Dinner bersama kekasihnya?” tanya Chanyeol. aku hanya bisa menganggukan kepala. “hei, kenapa kau menangis? Apa kau sedih? Apa ini kurang romantis?” tanya Chanyeol saat melihat mataku berkaca-kaca. “tidak. aku tidak bersedih. Air mata keluar bukan hanya saat bersedih. Bahkan air mata juga bisa keluar saat bahagia” jawabku sambil menahan sesenggukan. “kalau begitu makan makanannya dan nikmati musiknya” ucap Chanyeol menenangkan. “kenapa bukan kau yang menyanyi, tuan muda Park Chanyeol? Suara mu lebih indah dibanding biola itu” Chanyeol bangkit dari kursi dan mengambil microphone.
*back song, Don’t Go*
Bawalah aku..
Ketempat kau berada, Bawa aku bersamamu..
Meski diujung dunia, aku akan terus mengikutinmu..
Jangan kau pergi dari pandangan ku, meski pagi datang menyapa..
Caramu melangkah adalah cara ku bermimpi, hanya dirimu kupu-kupu cantik..
“ah, suaramu saja sudah membuatku kenyang” ucapku sambil memberi applause. “aku Park Chanyeol” balasnya dengan memasang wajah tampan sekaligus keran dan juga imut yang dibuat-buat. “ah, tidak seperti itu. sepertinya aku punya masalah pencernaan” jawabku mengelak balasannya. “yak! Akui saja jika kau benar-benar menyukainya!” balasnya cepat. “ah, tuan muda Park Chanyeol marah. Kemarilah, buka mulutmu dan aa!” ucapku sambil menyodorkan sendok yang berisi makanan. Chanyeol hanya menatapnya tanpa kata “heuh? Kau tidak mau? Baiklah kalau begitu aku saja yang memakannya” ucapku mengakhiri tawaran itu. Chanyeol mendekat dan aku langsung memasukkan makanan ke dalam mulutnya yang terbuka. “anak pintar” balasku sambil tersenyum dan melihat Chanyeol mengunyah tanpa melepas pandangannnya dari ku. Tatapannya selalu mengandung arti yang tersirat. Aku hanya berdeham menanggapi tatapannya.
-
“tuan muda Park Chanyeol, apakah kau akan membawa ku ke suatu tempat lagi?” tanyaku. “yak! Tidak bisakah kau menghilangkan embel-embel tuan muda saat memanggilku?” balas Chanyeol cepat. “heuh? Memangnya kenapa? Kau memang tuan muda” jawabku tak kalah cepat. “aku tak suka dipanggil seperti itu” Chanyeol menjawab dengan tertunduk. “ah, baiklah” aku berusaha untuk memahaminya. “oppa! Chanyeol oppa! Ap_” ucapanku tertahan. Chanyeol membekap mulutku dan menggeret dengan paksa tubuhku ke sebuah gang sempit dan gelap. “emppth_”
[To Be Continued] Thanks for Reading :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PINKY PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang