BIOLOVEGY chapter 1

5 1 1
                                    

Sarra's Present
...
..
.
Cause the rainbow have many colors to make them beautiful
.
.
.

“ Transpor internal pada manusia dan vertebrata lain dapat dilakukan melalui system sirkulasi tertutup, yang juga disebut sebagai sistem kardiovaskuler…” Mrs. Jane terus memenuhi otak kami dengan ilmu Biologi yang terucap dengan indahnya di telingaku.
Tapi, sepertinya hanya beberapa orang saja yang menganggap bilologi sebagai nyanyian surga yang merdu di telinga. Buktinya, saat ini banyak diantara teman-teman sekelasku yang tidur, mendengarkan music dengan earphonenya, dan bahkan ada yang terang-terangan bermain game di layar laptopnya.
Aku benar-benar tak habis pikir dengan mereka. Iya, memang mereka masuk jurusan IPA, mereka duduk di kelas khusus IPA, tapi kenapa saat mata pelajaran yang justru sangat identik dengan jurusan yang mereka pilih mati-matian saat pendaftaran dulu, malah seenaknya mereka acuhkan ?. Hewwh.. manusia memang aneh.
Aku terus menarikan bolpoin warna-warniku ke atas buku catatan yang terbuka lebar di depanku. Kupenuhi tiap lembar buku itu dengan coretan-coretan berbagai bentuk yang indah dan unik beserta keterangannya. Aku sangat bersemangat ketika jam pelajaran biologi mengisi hari-hariku di SMA ini, bahkan aku rela melepas jam istirahatku hanya demi merampungkan gambaran sel, organ tumbuhan, dan bakteri dalam buku catatanku. Maniak biologi ? Boleh juga. Toh, itu berdampak positif untukku.
“ Luna, nanti pinjam bukumu ya ?”
“ Mm-hmm..” yaa.. buku catatan biologiku memang akan berwisata dari tas ke tas setiap minggu, dari rumah ke rumah setiap minggu pula. Teman-temanku memang banyak yang malas untuk menulis karena memang biologi tak beda jauh dengan sejarah dan Bahasa saat bagian menulisnya. Untuk satu bab saja, jika memang itu benar-benar rangkuman yang asli mengikuti dari awal, aku bisa menghabiskan berlembar-lembar kertas, itu pun belum termasuk gambar didalamnya.
Tapi, itulah duniaku. Dunia yang selalu mengisi hariku. Dunia yang kupilih sejak aku masuk ke bangku sekolah dulu. Aku memang tidak secerdas itu, tapi aku suka. Jadi, kurasa rasa suka itulah yang memacu diriku untuk berusaha lebih dari teman-temanku. Karena jika sudah menyukai sesuatu, pengorbanan itu pasti ada. Dan aku harus mau berkorban bolpoin, kertas, waktu, tenaga, ketelatenan, dan juga memori demi rasa sukaku pada pelajaran yang satu ini.
“ Hey Luna ! Meskipun aku bukan maniak biologi sepertimu, setidaknya aku tahu bahwa system pencernaan hewan tidak seperti itu !” Aurel, teman sebangkuku yang sejak tadi menyumpal kedua telinganya dengan earphone putih kesayangannya.
“ Memangnya kenapa ? Kurasa sama saja dengan yang ada di layar LCD itu.” Jawabku tanpa mengalihkan perhatian dari buku dan bolpoin pink di tanganku.
“ Sejak kapan system percernaan punya bentuk-bentuk love  seperti di gambarmu itu ? Lalu apa ini ? Kenapa kau mewarnai usus dengan gradasi segala ? Kau kira ini pelajaran menggambar ?”
“ Bisakah kau simpan komentarmu untuk nanti ? Aku sedang focus sekarang, Mrs. Jane nanti akan melenjutkan ke slide selanjutnya jika aku tidak cepat mencatat semuanya.” Jawabku dengan tetap memaku perhatian pada LCD lalu buku, begitu seterusnya.
“ Yak..yak..yak.. apa-apaan lagi itu hah ? harusnya anusnya tidak seperti itu. Di LCD kan sudah jelas jika anusnya berakhir dengan dua bulatan dibawahnya, bukan dua kapsul menggemaskan yang sekarang kau beri warna.. APA ? KENAPA HARUS KAU BERI WARNA PINK, LUNA ?”
“ Ssstt.. bisakah kau diam ? Mrs. Jane melihat ke arah kita tau !” sesalku pada mulut ember temanku ini.
“ Aku tahu ini memang buku catatanmu, tapi bukan brarti kau bisa seenaknya merubah tatanan system organ menjadi boneka-boneka lucu yang warna-warni seperti itu. Memandang system organ saja sudah menjijikan, apalagi memandang gambaranmu yang terlihat sangat jelas jika kau seorang gadis remaja kelebihan hormone 3K.”
“ 3K ? Aku tak pernah dengar istilah itu dalam biologi. Apa itu penemuan baru ?”
“ YA, PENEMUAN BARU. OLEH PROFESSOR DOKTOR AUREL VAN DEN BURG. HORMON KEPOLOSAN, KELUCUAN, DAN KEKANAK-KANAKAN.”
“ Jadi, menurutmu aku ini lucu ?” ucapku berbinar-binar.
“ Ya.. saking lucunya aku ingin menguburmu hidup-hidup dalam pencernaan mamalia di bukumu itu ! “ ucapnya sewot. Aku hanya terkikik pelan dengan tingkahnya.
“ Yaaaahh.. Tuh kan Aurel.. Slidenya udah ganti kan ? Kau sih bicara terus dari tadi, gambarku belum selesai kan jadinya.” Aku mengerucutkan bibirku.
“ Untuk sekali ini aku sangat berterima kasih pada Mrs. Jane karena telah menyelamatkan system pencernaan mamalia itu dari gambaran tanganmu.” Jawabnya.
Salah satu teman yang kubicarakan tadi adalah gadis berambut sebahu yang duduk di sebelahku ini. Dia memang jurusan IPA, jurusan yang sama denganku. Tapi, jika sudah menyentuh Kimia, Fisika, atau lebih parahnya Biologi, ia pasti akan angkat tangan ke kamera bahkan saat guru pengajar baru keluar dari kantor menuju kelas kami. Gadis ini penggila olahraga, khususnya sepak bola. Tapi, ia bukan gadis tomboy, ia hanya gadis sporty yang cantik dan lincah menurutku.
Berseberangan denganku, aku sangat membenci pelajaran olahraga. Entah mengapa, saat pelajaran olahraga rasanya aku ingin izin saja dari sekolah. Aku lebih memilih disuruh menghabiskan beberapa buku untuk dibaca di perpustakaan daripada harus kencan dengan bola voli, basket, atau sepakbola selama tiga jam pelajaran. Rasanya seperti tiga hari yang melelahkan.
“ Kau kan bisa mencari gambar itu di internet ?” ujarnya kemudian.
“ Lebih baik aku ke perpustakaan saja. Lebih lengkap dan lebih hemat. Kau mau…” belum sempat aku meneruskan kalimatku, Aurel sudah mengangkat tangannya.
“ Kau lupa ? Aurel tidak akan pergi ke zona merah kecuali ada tugas yang amat mendesak.”
“ Aisshh.. Dasar gadis aneh !” balasku.
“ Kau lebih aneh, Nerd !” ucapnya kemudian.
**…**
Dua jam pelajaran biologi telah usai, sekarang waktunya istirahat. Sebenarnya aku ada janji dengan Aurel untuk mengantarnya ke ruang guru menemui Mr. Dave, membahas perihal kejuaraan olahraga yang akan ia ikuti bulan depan. Tapi, ia juga harus paham, karena dialah gambarku tidak selesai. Sudah tidak mau mencatat, mau pinjam, mencela gambarku pula. Kurang lengkap apa coba phobianya terhadap biologi ?.
Aku melangkahkan kakiku menuju perpustakaan, tempat yang kuanggap sebagai surga sekolah di waktu senggang. Disinilah aku bisa menemukan hal-hal baru yang belum pernah aku temui. Di tempat ini pula aku bisa menggali berbagai informasi yang kubutuhkan. Di sini, aku bahkan bisa menemukan hiburan dengan ratusan novel yang tersusun rapi di rak-rak perpustakaan. Benar-benar dunia impian. Karena, salah satu impianku adalah membangun sebuah perpustakaan pribadi yang bisa kugunakan untuk membuka jendela dunia bagi orang lain.
Begitu masuk ke pintu perpustakaan, aku merasakan hawa sejuk dari AC yang tertempel rapi di ujung perpustakaan. Ribuan buku yang tersusun rapi di rak-rak itu seolah menyambutku, menggodaku untuk minta dibaca. Aku segera menuju rak yang menjadi tujuan utamaku setiap pergi ke tempat ini, mencari buku biologi yang kubutuhkan. Lalu duduk di tempat yang paling nyaman sambil menyalin gambar yang sudah terpampang di belahan buku tebal yang ada dihadapanku.
“ Dasar anak IPA, egois !” aku terlonjak kaget mendengar hal itu. Sontak saja aku menghentikan aktifitas menggambarku, mendongak ke sumber suara yang aku tahu persis ada di depanku.
“ Apa maksudmu ?” ujarku pada seorang pemuda yang tengah berdiri memandang buku catatanku. Jika kulihat sekilas, badgenya menunjukkan warna merah, yang berarti dia anak IPS.
“ Tidak, hanya saja gambarmu tidak berperikehewanan.”
“ Apa pedulimu dengan hewan ? Kukira kau bukan anak IPA ? jadi jangan ikut campur.” Aku kembali memusatkan perhatian pada buku catatanku.
“ Kalau hewan yang kau gambar itu punya akal dan tahu apa yang kau lakukan pada tubuhnya, dia pasti akan membunuhmu sekarang juga.” Ucapnya menyindir gambaranku.
“ Jika sudah selesai dengan argument tidak pentingmu itu, kau bisa pergi !”balasku padanya.
“ Kau Luna kan ? Luna Sierra Cavanagh, pemenang olimpiade biologi nasional itu kan ?” cerocosnya. Sujujurnya aku sedikit terkejut dia hafal nama lengkapku, tapi aku berusaha menyembunyikannya.
“ Aku heran kau tahu tentang anak IPA sepertiku.”jawabku cuek.
“ Kau lupa ? Aku anak IPS, Ilmu Pengetahuan Sosial. Jadi, otomatis darah kepedulian sosialku juga tinggi.” Balasnya menyombong.
“ Jadi, Tuan Peduli Sosial. Bisakah kau pergi ? kurasa pelajaran tidak mengganggu kesejahteraan orang lain masuk dalam jurusanmu ? Dan sekarang kau sudah mengganggu kesejahteraanku di perputakaan ini, jadi kumohon pergilah sebelum aku berubah profesi dari tidak berperikehewanan menjadi benar-benar kehilangan perikemanusiaan. Oke ?” aku menatapnya.
“ Baiklah, Nona Nirperikahewanan… Aku akan pergi, sekarang.”
“ Silahkan, Tuan Peduli Sosial. Pintu disebelah sana.” Ujarku dengan memberi isyarat letak pintu perpustakaan.
Benar-benar menyebalkan. Kesan pertamaku padanya.
**…**

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 06, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BIOLOVEGYWhere stories live. Discover now