Strange Things

31 4 11
                                    

Fairy Kingdom
Somewhere inside the forest
Day 1


Kau tahu? Ada hal-hal yang bisa kau lihat dengan mata telanjang, tetapi tidak tanpa hatimu. Kau harus membuka hatimu lebar-lebar untuk bisa melihat hal-hal ini. Benar benar membukanya.

Sebagai contoh, kau bisa melihat gadis kecil menangis. Kau melihat kesedihannya. Tapi, kau tidak akan bisa benar-benar melihatnya tanpa membuka hatimu. Contoh yang paling rendah, merasakan yang dirasakan orang lain.

Terkadang 'anugrah' ini hanya bisa benar-benar dinikmati oleh dia yang berjiwa murni. Murni tanpa maksud buruk. Tanpa hawa nafsu. Jika tidak, 'anugrah' ini akan membawa 'kutukan' di setiap helaan nafas. Kau akan tersiksa dengan perasaan-perasaan yang kau ikut rasakan bersama orang-orang disekitarmu. Dan pada akhirnya hatimu akan menutup dan membeku.

Namun, tentu tidak ada manusia yang berjiwa semurni anak bayi itu.

Seperti yang dirasakan keluarga Wakening, keluarga Kerajaan Matahari. Mereka tidak berjiwa murni. Tentu saja hanya segelintir peri petinggi yang berjiwa murni, murni tanpa nafsu akan kenikmatan dunia. Keluarga Wakening secara turun temurun sejak berjuta juta tahun yang lalu, secara ajaib, membuat pelindung di sekitar hati mereka dan mendapat 'anugrah' untuk melihat hal-hal yang tidak bisa dilihat mata telanjang.

Dan putra mahkota Kerajaan Matahari yang pertama atau mungkin yang terakhir, sekarang sedang menikmati 'anugrah'-nya.

Melihat peri dengan mata telanjang adalah hal yang agak mustahil untuk dilakukan. Mengingat keberadaan mereka yang rentan dan dianggap suci.

Para petinggi peri, mereka berjiwa murni, tanpa nafsu. Rakyatnya yang memiliki nafsu, hanya saja mereka mendapat anugrah jenis lain untuk mengendalikan nafsu mereka.

Melihat dan mendengar para peri berbicara merupakan hal lain yang didapatkan sebagai bonus dari 'anugrah'. Hal ini menjadi kebiasaan sang pangeran sejak dia masih kecil. Menghilang dari rumah 'kecilnya' dan pergi mengembara di hutan merupakan suatu rutinitas.

Sangat menyejukkan mata melihat berkas-berkas cahaya ringan berwarna-warni berterbangan di depan matanmu. Wangi-wangian bunga menyelip masuk ke hidungmu. Suara nyanyian para peri mengalun lembut sampai ke telingamu.

Wajar saja pangeran betah berlama-lama di hutan.

***

"Kau yakin Illy tidak akan marah padamu lagi?"

"Ya, lagi pula besok ulang tahunku yang mungkin akan menjadi ulang tahunku yang terakhir. Ini hari terakhirku menjadi orang normal. Aku yakin dia mau memberi kebebasan padaku untuk hari ini."

"Tapi kau tidak normal. Dan itu bukan pilihan."

Laki laki yang hampir menginjak umur rata rata dewasa itu memutar kepalanya ke arah seorang peri perempuan muda. Matanya abu abu, rambutnya keperakan, dan tubuhnya, walau berbentuk seperti wanita dewasa, namun terbuat dari kayu berwarna terang. Sudah biasa dan tidak mengagetkan baginya lagi untuk melihat rupa peri yang indah namun agak aneh itu.

Dia menghembuskan nafasnya. Menengadahkan kepalanya. Menatap langit yang tertutup kabut. Dia menikmati siluet daun yang meneduhkan matanya. Sejenak melupakan kenyataan dan tanggung jawab berat yang dipikulnya. Yang sakin beratnya, sampai kapanpun tidak akan bisa diturunkan dari pundaknya, layaknya takdir pahit.

Dia duduk di atas batu besar berlumut bersama si peri. Dia terdiam beberapa lama setelah ucapan teman masa kecilnya itu.

"Nausicaa, kau tahu aku akan pergi sebentar lagi. Dan mungkin tidak akan kembali. Tidakkah kau ingin aku disini sebentar lagi?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The One With Iced HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang