Waiting'01

23 2 0
                                    


Jam di dinding kamar Sandra menunjukkan pukul 6.30 pagi. Tapi Sandra sama sekali belum siap-siap untuk pergi sekolah. Jangankan untuk siap-siap, mandi aja dia belum bahkan saat ini dia masih di alam bawah sadar alias mimpi.

"Sandra! Bangun! Lo emangnya gak sekolah apa!?" Teriak Sandy kakak Sandra dari lantai bawah.

Satu menit

Dua menit

Dan Sandra belum juga keluar kamar. Karena kesal, Sandy pun membawa segelas air putih dan menaiki tangga menuju kamar Sandra.

Ceklek

Pintu kamar Sandra terbuka lebar. Sandy berdecak kesal melihat adiknya yang kini masih tertidur pulas sambil senyum-senyum. Entah apa yang Ia mimpikan sekarang ini?

Sandy menatap gelas yang berisi air putih dan tersenyum jail. Ia lalu memasukkan jarinya kedalam gelas lalu mencipratkan air itu ke wajah Sandra. Kontan Sandra langsung bangun dan mengelap wajahnya dengan selimut.

"Kak Sandy!!! Bego banget sih. Gue lagi mimpi indah tuh. Kenapa pake lo bangunin segala sih! Ah gue benci lo!" ujar Sandra sambil memanyunkan bibirnya.

"Mimpi indah? Siapa tuh indah? Temen lo? Kok gue gak tau?" tanya Sandy dengan wajah sok polos miliknya.

"Au ah." jawab Sandra singkat dan langsung turun dari tempat tidur menuju kamar mandi yang ada disamping kamarnya.

***

Mobil sedan hitam berhenti disebuah sekolahan yang cukup ternama di Jakarta. SMA Putra Bangsa. Sandra yang diantar Sandy ke sekolah langsung keluar mobil tanpa berpamitan lagi pada Sandy.

"Eh lo gak tau terima kasih amat sih Ra. Gue udah anterin lo sampe depan sekolahan. Gue malah dicuekin gini. Dasar adek durhaka!" cibir Sandy.

Sandra yang sudah agak jauh menengok ke belakang dan menatap Sandy kesal. Sandy langsung menutup jendela mobil. Ia tau kalau Sandra sudah menatapnya demikian, habis lah sudah saat nanti dia berada di rumah bersama Sandra.

Sandra yang berjalan dengan wajah kesal dan tidak fokus hingga tanpa sengaja Ia menabrak seorang cowok hingga buku yang cowok itu pegang jatuh ke lantai.

"Eh sori gue gak sengaja." Sandra terdiam begitu melihat siapa yang Ia tabrak barusan.

Deg.

Zaidan! Batin Sandra begitu melihat wajah cowok itu. Tatapannya begitu hangat. Senyumannya. Ah manis sekali. Bola matanya yang coklat sangat indah untuk dipandang. Gaya rambutnya yang khas mampu membuat Sandra klepek-klepek.

Zaidan tersenyum ke arah Sandra dan meninggalkan Sandra yang masih diam berdiri mematung begitu saja.

"Zaidan. Lo ganteng banget sihh. Tapi lo jahat. Kenapa lo gantungin gue selama ini? Dua tahun Dan, dua tahun gue nunggu jawaban dari lo!" ucap Sandra lirih sambil menatap kepergian Zaidan.

Sandra menghela napas dan menghembuskannya pelan. Lalu ia berjalan melangkah menuju kelas. Tapi langkahnya terhenti saat dia menyadari bahwa ia menginjak sesuatu.

"Hah? Ini kan kartu pelajarnya Zaidan. Wah kalo sampe ini ilang kan kasian cogan gue. Gue balikin ah. Eh—" Sandra mendekatkan wajahnya ke kartu pelajar milik Zaidan itu.

"Besok cogan gue ultah? Lah kok gue baru inget ya?" Sandra tersenyum lalu ia langsung pergi meninggalkan lapangan menuju kelas.

***

"Hah? Ke mall? Ngapain?" tanya Alex yang sedang menyuap nasi gorengnya. Ya, sekarang sudah jam istirahat.

Alex adalah sahabat Sandra dari SMP. Alex mempunyai sifat yang tak jauh beda dengan Sandra. Cuek, gak suka yang ribet, periang, imajinasinya tinggi, pemarah tapi baik. Hal ini yang suka membuat mereka disebut sebagai kakak-beradik.

"Iya lo mau kan Lex temenin gue ke mall." pinta Sandra sambil memasang wajah termupeng sepanjang masanya.

"Lo ngapain ke mall? Shopping?"

"Ah enggak. Kan lo tau gue gak suka belanja-belanja gitu."

"Terus lo mau apa ke mall?"

"Beliin kado ultah buat cogan gue,"

Alex yang tadi sedang menyuap sesendok nasi goreng hampir tersedak karena mendengar ucapan Sandra. "Zaidan?"

"Yaiyalah siapa lagi. Cogan gue kan cuma satu yaitu My Prince Zaidan." kata Sandra sambil membayangi wajah tampan Zaidan.

"Hm." gumam Alex. Wajahnya yang tadi ceria berubah seketika ketika mendengar nama 'Zaidan'.

"Hm doang? Mau kan Lex? Lo kan sahabat gue yang paaaaliing baik. Paalingg ganteng,"

Alex tersenyum paksa "iya iya gue mau,"

"Hah? Serius? Makasih Alex. Lo baik dehh." ujar Sandra semeringah.

Gue bahagia kalo lo bahagia Ra meskipun sebenarnya itu menyakitkan. Batin Alex.

.
.
.
.
.
.
.
.

Maaf gaje. Efek baru pertama kali bikin. Voment yaa :)

25 OKT 16

WaitingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang