Waiting'02

20 3 0
                                    

“Dira! Tunggu!” cewek yang dipanggil Dira itu pun menoleh kebelakang.

“Sandra? Kenapa?”

Dira. Sahabat Sandra dari kelas sepuluh. Sekarang mereka sudah kelas dua belas. Dira memang berbeda kelas dengan Sandra dan Alex. Dira kelas 12-IPA-3 dan kebetulan satu kelas dengan Zaidan. Sedangkan Sandra dan Alex kelas 12-IPS-1.

“Lo habis ini mau ada acara gak?” tanya Sandra. Dira menggeleng pelan.

“Lo mau gak ikut gue sama Alex ke mall?”

“Ngapain?”

“Nyari kado ultah buat Zaidan.”

Dira tertawa setelah mendengar ucapan Sandra “gue gak nyangka Ra. Sampe segininya lo ngejar Zaidan. Padahal udah dikacangin berkali-kali. Masih bae dikejar. Lo gak capek?”

“Masih capek-an juga gue ngejar lo tadi dari depan perpustakaan sampe depan UKS ini. Jauh loh Dir!”

“Hahaha sori tadi gue dengerin musik pake headset jadi gak denger.” Sandra memanyunkan bibirnya.

“Yaudah iya iya maaf Sandra Cynthia Amalia. Oh iya tadi kata lo, lo mau cari kado ultah buat Zaidan kan? Gue ikut ya. Gue juga mau beli kado ultah buat sepupu gue.”

Sandra mengangguk dan tersenyum lebar. Setidaknya kalau ada Alex dan Dira, dia tidak perlu kebingungan benda apa yang akan ia hadiahkan untuk Zaidan.

***

Sandra bersiap-siap pergi ke mall. Dengan menggunakan celana jeans dan kemeja lengan pendek. Ia berputar-putar dihadapan cermin dikamarnya. Sekarang pukul 07.00 malam.

“Ah gue gak jelek-jelek amat. Gue kan cantik. Imut pula. Tapi kenapa Zaidan gantungin gue sampe segininya ya?” gumam Sandra.

Tiba-tiba ponsel Sandra bergetar tanda chat line masuk. Dari Sandy.

Sandy Putra Fahrezi
Ra gue pulang agak maleman. Gue lagi ngerjain tugas di rumah temen gue. Lo jangan nungguin abang lo yang super duper ganteng ini yak. Jangan kangen. Oke?

Sandra Cynthia Amalia
Najis! Kurang kerjaan amat gue ngangenin lo. Lo mau gak pulang sampe besok juga ue gak papa.

Sandra melempar ponselnya ke tempat tidur. Dia heran kenapa dia harus punya kakak macam Sandy yang idiotnya setengah mati.

Tak lama pintu kamar Sandra terbuka. Ternyata itu Dira. Dia memang udah terbiasa kaya gitu. Dia udah nganggep rumah Sandra kaya rumahnya sendiri.

“Wuiih cakep amat lu Ra? Tumben.” entah itu pujian bagi Sandra atau malah ejekan.

“Eh rumah lo sepi amat. Pada kemana?”tanya Dira sambil duduk di pinggir tempat tidur Sandra.

“Mama sama papa belom balik dari Jepang.”

“Kak Sandy?”

“Kok lo nanya ke gue?”

“Kan dia abang lo. Masa gue harus nanya ke Alex. Please deh Ra.”

“Au ah gue gak tau. Gak penting dia mah. Oh iya Alex mana?”

“Tuh dibawah lagi ngegodain bik Iyem kali.” ujar Dira sambil terkekeh.
Sandra memasukkan ponselnya kedalam tas kecil yang Ia bawa “yaudah yuk langsung aja. Gue takut kemaleman.”

Sandra dan Dira pun turun ke bawah menemui Alex.

***

Zaidan sedang berdiri di balkon kamarnya, menatap langit yang malam ini bertaburan bintang sambil memandangi sebuah foto. Zaidan lalu tersenyum lalu kembali menatap langit malam.

“Hel, aku janji akan jagain dia. Sebenarnya aku sayang sama dia. Tapi rasanya aku belum siap buat nunjukkin rasa sayang aku ke dia. Aku masih belum bisa lupain kamu. Bantu aku Hel buat lupain kamu.”

***

Dira dan Alex sibuk mengikuti Sandra yang terus berputar-putar di mall. Sudah hampir setengan jam mereka berputar-putar di mall tanpa tujuan.

“Ra lo sebenernya mau kasih kado apa sih buat Zaidan? Kaki gue udah pegel nih dari tadi mondar-mandir ngikutin lo.” keluh Alex ketika mereka berada di depan toko peralatan olahraga.

“Emm Lex menurut lo Zaidan suka sama apa ya?” tanya Sandra.

Alex memutarkan bola matanya. Bagaimana Ia tau kesukaan Zaidan deket aja engga.

“Mana gue tau gue bukan emaknya!”

“Ih lo mah.” Sandra memanyunkan bibirnya “eh Dira mana?”

Alex melihat sekeliling dan menemukan Dira yang sedang memilih-milih baju khas pemain bola basket.

“Noh,” tunjuk Alex menggunakan dagunya.

Sandra langsung menghampiri Dira.

“Ra bagus gak?” ujar Dira sembil memegang baju berwarna biru tua itu.

“Lo beli buat siapa sih emang Dir?”

“Eh emm. Buat sepupu gue.”

Sandra menatap Dira curiga. Seperti ada sesuatu hal yang Dira rahasiakan. Tapi dia langsung membuang jauh-jauh pikirannya itu. Gak mungkin kalau Dira menyembunyikan rahasia tanpa memberi taunya.

“Oh. Eh Dir menurut lo Zaidan suka apa ya?”

“Coba lo beliin dia stick drum, dia kan bergabung di band sekolah kan? Kali aja dia perlu.”

Sandra menautkan kedua alisnya. Setau dia Zaidan bukan pemain drum. Zaidan di bandnya itu menjadi gitaris. Dan hal itu yang membuat Sandra menyukai Zaidan. Ia terlihat cool saat memegang gitar.

“Tapi kan Zaidan jadi gitaris bukan drumer,” Sandra menautkan kedua alisnya. Ia heran dengan sikap Dira yang belakangan ini mengalami banyak perubahan. Belakangan ini dia memang sering menolak ajakan Sandra dan Alex buat ngumpul-ngumpul.

“Oh eh iya ya kok gue lupa ya. Eh sori ya Ra, gue lupa.” Dira menggaruk kepalanya sambil tersenyum kikuk.

“Yaudah lah gak papa.”

.
.
.
.
.
.
.
.
.

2 Nov 2016

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WaitingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang