Chapter One

6 0 0
                                    

Terlihat seorang gadis dengan seragam dan topi kokinya tengah menaburkan daun parsley di atas hidangan khas Italia, yang dikenal sebagai spaghetti carbonara. Setelah selesai melakukan garnish, dengan tergesa-gesa Ia menyodorkannya pada seorang pria bertubuh tinggi yang tengah membawa nampan hitam.

"Cepat, cepat. Kita tidak punya waktu, Carter!"

Pria yang dikenal sebagai Carter Hunt itu tampak kewalahan, namun dengan sigap tangan kanannya menerima piring sodoran gadis berambut cokelat kemerahan itu.

"Oke, oke. Tenang saja, Nona Kim, ini adalah hidangan terakhir untuk hari ini."

Kayley Kim, head chef dari La Porchetta, restoran Italia nomor satu di London.

"Oh? Benarkah? Kalau begitu, aku pergi dulu. Tolong antarkan itu ke meja nomor 18, terima kasih, Tuan Hunt. Sampai jumpa!"

Tanpa menunggu jawaban Carter, Kayley segera melepaskan topi kokinya dan bergegas keluar dari dapur penuh koki-koki yang sibuk membereskan peralatan masak.

Sesampainya di luar gedung, Kayley berlari kecil ke arah mobilnya seraya merogoh clutch hitamnya untuk mencari kunci mobil. Menyadari kunci mobilnya tidak ada, Ia mendengus kesal. Kayley berbalik badan dengan malas--berniat kembali ke gedung, namun saat itu juga Ia menabrak seseorang.

"Eh-ah. Maaf, maafkan aku. Apa kau baik-baik saja?"

Kayley segera meminta maaf sambil membungkukkan badan. Namun orang tersebut tak kunjung menjawabnya, Kayley menegakkan punggungnya kembali untuk melihat wajah orang tersebut. Tampak seorang pria bertopi hitam yang memiliki postur tinggi, rambut cokelat kehitaman, dengan mata hazel-brown tengah menatapnya dingin.

Kayley terkejut dengan ekspresi pria itu. Ia tidak pernah mengira bahwa hanya dengan menabrak seseorang, orang tersebut akan sangat marah. Seperti pria dingin di hadapannya ini.

"Pergilah jauh-jauh. Aku tidak ingin melihat wajah bodohmu lagi."

Betapa terkejutnya Kayley mendengar jawaban pria itu. Setelah lelah bekerja, kunci mobil tertinggal, ditambah dengan menabrak orang yang menyebut wajahnya bodoh.

Kekesalan Kayley memuncak. Ingin sekali rasanya menonjok orang tidak tahu diri ini, namun Ia menyadari bahwa itu bukanlah sesuatu yang berdampak baik bagi hidupnya. Malah Ia akan berpotensi kehilangan jabatan yang diperjuangkannya selama ini, sebagai head chef.

"Wajah bodoh? Kau-- terserah kau saja. Aku tidak peduli dengan lelaki sepertimu, Tuan Pemarah. Selamat tinggal!"

Kayley menapakkan kakinya dengan marah dan melewati pria itu, lalu masuk ke dalam gedung restoran.

Sedangkan pria itu malah tersenyum simpul melihat gadis itu masuk ke dalam restoran.

Saat akan kembali berjalan menuju mobilnya, Ia merasa sepatunya menendang sesuatu. Ia menunduk ke bawah dan terlihat sebuah name-tag hitam bertulisan emas.

"Gadis bodoh."

Gumam pria itu sambil menekuk lututnya sedikit seraya mengambil name-tag itu dan membacanya.

"Kayley Kim, head chef La Porchetta. Akan kuingat."

***

"Akhirnya kau datang juga putri kecilku, mengapa wajahmu terlihat kusut seperti itu ?"

Ron Kim, pria berambut cokelat kemerahan yang tidak lain adalah ayah Kayley, segera berdiri dan menghampiri putrinya.

"Ah! Tidak--aku tidak apa-apa, Abba. Tenang saja, lanjutkan makan malammu. Aku hanya lelah telah bekerja seharian." jawab Kayley dengan menampilkan senyum kecut pada ayah dan ibunya, serta Naruse Higuchi, teman sejak kecil sekaligus orang yang 'dulu' atau mungkin sampai sekarang mencuri hatinya. Setelah itu Ia langsung berlari kecil menaiki tangga menuju kamarnya.

"Permisi Ahjussi, Ahjumma. Aku ingin menemui Kay sebentar." kata Naruse dengan tersenyum paksa yang dibalas oleh anggukan dari ayah dan ibu Kayley.

Tok. Tok.

"Kay ? Ini aku, Naru. Aku masuk ya ?" tanya Naruse ragu-ragu.

"Masuk saja, tidak dikunci kok." jawab Kayley dari dalam kamarnya yang langsung disusul dengan bunyi pintu dibuka. Tampaklah seseorang yang dulu telah mengecewakan Kayley di ambang pintu kamarnya dengan menampilkan ekspresi yang sulit diartikan.

"Sampai kapan kau akan terus menghindariku, Kay ?" tanya Naruse sambil tetap berdiri di dekat pintu tanpa menutupnya.

Dengan malas Kayley berdiri dari tempat tidurnya, berjalan ke arah Naruse, menatap mata hitamnya lekat-lekat.

"Aku tidak menghindarimu, Tuan Higuchi. Kau tetap menjadi sahabatku yang terbaik." jawab Kayley dengan tersenyum paksa. Namun Naruse menyadarinya.

"Kau bohong. Aku tahu aku salah, Kay. Aku tahu tidak seharusnya aku meninggalkanmu tanpa memberitahumu dulu. Maafkan aku Kay, tapi aku--"

"Cukup. Aku tidak ingin mendengar penjelasanmu. Lagipula itu sudah setahun yang lalu, Naru. Aku sudah melupakan semuanya." potong Kayley. Gadis itu sudah tidak peduli. Ia hanya ingin hidup tenang dan fokus pada pekerjaannya.

Naruse mematung sejenak. Kata-kata Kayley bahwa gadis itu telah melupakan semuanya seolah menusuk hatinya.

"Jadi---ehm--aku sudah tidak punya peluang untuk memenangkan hatimu lagi ?" tanya Naruse tetap mematung di tempatnya.

"Mm-hm. Sepertinya begitu." jawab Kayley santai sambil berbalik menuju tempat tidurnya lagi.

Namun kali ini Naruse tidak akan menyerah, Ia percaya Ia pasti akan kembali memenangkan hati teman sejak kecilnya itu.

"Baiklah. Tapi aku tidak akan menyerah, Kay. Dan ingatlah---" jeda Naruse dengan tersenyum miring sambil berjalan keluar kamar, memegang kenop pintu.

"Tidak pernah terlambat untuk memulainya dari awal dan memperbaiki semuanya." lanjut Naruse sarkastik dan langsung disusul dengan bunyi ditutupnya pintu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SPELL BREAKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang