part 1

195 5 0
                                    

"Happy birthday to you... Happy birthday to you... Happy birthday happy birthday happy birthday lisha" ucap ayah,bunda,kakak dan rekan-rekanku serentak.
    
     Hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke 18. Aku sangat senang karena dapat berkumpul dengan sanak keluarga dan kerabatku. Aku memakai dress selutut,berwarna merah muda dan memakai jepit dengan warna yang senada.

"Ucapkan permohonan,gadis kecilku"

"Aku berharap untuk kedepannya masih dapat seperti ini,berkumpul dengan keluarga dan kerabat dekatku' ucapku dengan mata tertutup lalu meniup lilin yang berbentuk angka 18.

     Tepuk tangan riuh terdengar. Bunda dan ayah mencium pipiku dan mengucapkan selamat kepadaku. Kakak pun melakukan hal yang sama seperti ayah dan bunda.

"Ciee yang udah 18 tahun"

"Haha iya makin tua aja lu"ucap Rendra sambil tertawa. Aku hanya mendengus kesal dengan ucapannya itu.

"Selamat ulang tahun,gadis kecilku"ucap Kak Rasya sambil mengecup pucuk kepalaku.

"Nih kado buat kamu" ucapnya sambil menyodorkan kado yang berbentuk kubus dan berhiaskan pita putih diatasnya.

"Isinya apa kak?tanyaku.

"Buka aja"balasnya sambil tersenyum.

      Ku buka kado yang diberi oleh kakak. Aku terkejut saat melihat isi dari kado itu. Ia memberiku sebuah kalung dengan motif yang sangat cantik. ini benar-benar cantik, gumamku.

"Kak,kalungnya sangat cantik. Lisha suka. Makasih ya kak"

"Sama-sama. Kakak yakin kamu pasti menyukainya"ucapnya sambil
tersenyum.

      Aku benar-benar bahagia untuk hari ini. Namun tak berapa lama tiba-tiba kepalaku sakit. Aku memegang kepalaku. Tubuhku luruh dan terduduk ke lantai saking sakitnya. Ayah,bunda,kakakku dan teman-temanku syok saat melihatku terduduk luruh dilantai. Dengan sigap kak Rasya menggendongku dan membaringkan tubuhku diatas sofa.

"Aawww sakit bunn sakitt" jeritku sambil memegang kepalaku dan meremas kepalaku yang benar-benar sakit.

"Sabar ya sayang,kita ke rumah sakit sekarang"ucap bunda dengan nada khawatir sambil menahan tangisnya.

"Rasya,panggil ambulance cepat" teriak ayah. Rasya langsung memanggil ambulance. Dengan cepat kak Rasya langsung memanggil ambulance dengan telepon genggamnya.

"ayah,bunda sakitt. Delisha udah gak tahann,sakit sekali" ucapku sambil menangis karena sakitnya. Aku merasakan ada sesuatu yang keluar dari hidungku,Darah. Darah itu keluar dari hidungku dengan banyaknya. Bunda menangis sambil mengusap darah yang terus menerus keluar dari hidungku. Sasha,Rianti dan tante Maryam mencoba menenangkan bunda. Pandanganku seketika gelap dan saat itu aku tidak mengingat apapun.

**
     Terdengar dengan samar bunyi alat pendeteksi jantung dan dengan samar pula Delisha mendengar bundanya menangis. Delisha mulai membuka mata dan ia bingung mengapa ia berada disini.

"Ayah..bunda.. lisha dimana?ini dimana?"tanyaku kepada orang tuaku.

"Kamu dirumah sakit,nak. Leukimiamu kambuh lagi. Kamu harus banyak istirahat ya"balas sang ayah sambil tersenyum.

"Kakak mana,yah?"tanyaku.

"Kakakmu sedang menemui dokter Arnold"balas ayah.

"Dokter Arnold?siapa?"

"Dia dokter yang akan mengobatimu. Dokter Zein sudah pensiun dan sekarang posisinya digantikan oleh dokter Arnold,keponakannya"ucap ayah menjelaskan.
    
    Bunda berjalan mendekati aku dan ayah. Matanya merah dan sembab dengan tangis yang masih tertahan. Bunda menatapku sendu dan langsung memelukku dan menangis.
"Bunda,bunda kenapa nangis?

"Bunda..bunda nggak apa-apa nak,cepat sembuh ya. Bunda ingin melihat kamu sembuh nak"ucap bunda sambil memghapus air matanya dan tersenyum.

tok..tok..tok..
klikk..

"Permisi pak,bu. Bapak dengan ibu dipanggil oleh dokter Arnold ke ruangannya sekarang. Ada yang ingin dibicarakan"ucap sang perawat wanita.

"Tapi,bagaimana dengan anak saya? saya tidak bisa meninggalkannya sendiri disini"

"Bunda tenang aja, Rasya yang akan menjaganya"balas rasya sambil melangkah masuk ke kamar inap lisha.

"Baiklah. Rasya,ayah sama bunda ke ruangannya dokter Arnold dulu. Kamu disini jagain adik kamu"ucap ayah.

"Ayah tenang aja. Rasya disini"

      Mereka pun pergi meninggalkan Delisha dan Rasya disana.

**
tok..tok..klikk..

"Permisi pak.."ucap Frans dan Lidya.

"oh.. orangtua Delisha?silahkan masuk"sahut sang dokter. Lalu dokter tersebut mempersilahkan kedua orangtua Delisha duduk.

"Jadi,bagaimana keadaan anak kami pak? apa leukimianya tidak parahkan?ucap Lidya dengan nada khawatir.

"Jadi begini,pak,bu, kankernya sudah memasuki stadium 3 dan..."belum sempat sang dokter menjelaskan,Lidya memotong pembicaraannya.

"Jadi maksud dokter,kankernya sudah mulai menyebar? saya bisa menjadi donor anak saya sekarang juga"ucap Lidya dengan tangis dan suara yang mulai serak.

"Iya,kankernya sudah memasuki stadium 3 dan untuk operasinya belum bisa kami lakukan karena kondisi pasien yang semakin memburuk. Kami tidak bisa mengambil resiko yang lebih tinggi. Jadi,kita harus menunggu kondisinya stabil"ucap sang dokter dengan jelas.

"Baiklah,apapun keputusannya kami akan menunggunya. Tapi kami berharap operasinya dilakukan secepatnya"ucap Frans.

"Untuk saat ini,kemoterapinya tetap dilanjutkan. Hanya saja setiap bulannya harus dilakukan 2x karena kondisinya sekarang yang mulai memburuk"

"Baiklah akan kami lakukan setiap bulannya. Namun,apakah dengan kemoterapi dapat memperpanjang usianya,walau hanya sedikit?"tanya Frans

"Kemoterapi dapat memperpanjang usia pasien di stadium akhir/metastase. Namun,Delisha baru memasuki stadium 3. Masih ada kemungkinan walau kecil ia dapat bertahan hidup. Kami akan berusaha semampu kami untuk menyembuhkan Delisha"ucap sang dokter.

"Kalau begitu terima kasih,dok. Dan satu hal,tolong jangan sampaikan ini kepada anak saya. Saya tidak ingin anak saya menjadi terpuruk setelah mendengar kabar ini"ucapFrans dengan memohon.

"Baiklah,saya tidak akan memberitahu tentang ini kepada yang bersangkutan"

"Terimakasih,dok. Kami permisi"ucap Frans sambil menggandeng lengan istrinya.

****
Maaf kalau gaje,harap dimaklum baru pertama kali buat. Jangan lu pa vote dan minta sarannya yaa untuk kedepannya :)

Nafas TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang