Haihaihai... maaf kalau telat nerbitinnya. Soalnya bingung kata-katanya,takutnya gaje:( tapi aku berharap kalian suka ceritaku.
Baiklah...
Happy reading...Sudah seminggu Delisha dirawat dirumah sakit. Delisha hanya bisa diam diruang rawat inapnya. Ia ingin kembali bersekolah,namun dilarang oleh kedua orangtua dan dokternya. Tak berselang lama,Sasha,Rendra dan Rianti datang untuk menjenguknya. Mereka adalah sahabat karib Delisha sejak duduk di bangku SMP.
"Delisha..."sapa Sasha dengan suara tingginya yang membuat Rianti,Rendra dan Rasya menutup telinga mereka.
"Sasha.. lu tuh toa banget sihh,pelanin dikit tuh suara. Bikin telinga gua sakit aja"ucap Rianti dengan ketusnya.
"Iyaa. Ini rumah sakit,sasha. Kalau kamu teriak-teriak seperti itu banyak pasien yang kejang-kejang nanti"ucap Rasya. Rendra hanya geleng-geleng namun Delisha hanya terkikik geli.
"Hehe iya kak maaf. Habisnya,sasha kangen sama lisha"sahut Sasha sambil menatap Lisha.
"Kangen sama lisha atau sama kakaknya?"goda Rendra yang membuat muka Sasha merona. Rasya hanya tersenyum sedangkan Rianti dan Lisha terkikik geli.
"Sama lishanya lahh.."ucap Sasha dengan muka yang menunduk karena wajahnya masih merona.
"Bener nih sama lishanya bukan sama kakaknya?"godaan Rendra sambil tertawa karena melihat wajah Sasha yang semakin merona. Sasha hanya menunduk malu.
"Apaan sih Rendra. Gak lucu tau"ucap Sasha sambil mencebikkan mulutnya yang lucu.
"Iyaiya deh.. gua cuma becanda,nyantai aja kali"ucap Rendra. Namun,masih ia masih menahan tawanya. Sasha hanya mendengus kesal dengan sahabatnya itu.
"Oh ya sha,gimana kondisi lu?apa masih sakit?"tanya Rianti.
"Ngga sakit sih. Cuma mual aja,efek samping dari kemo"jawab Delisha.
Mereka bertiga hanya beroh ria.
"Oh ya,kapan lu mulai sekolah?temen-temen yang lain kangen sama lu. Mereka pengen becanda lagi sama lu"ucap Rendra.
"Iya. Aku juga kangen kalian. Tapi aku juga ngga bisa berbuat apa-apa,toh pengen sekolah pun gak dibolehin dokternya"sahutku.
"Cepet sembuh ya,sha. Gua kangen lu,kangen main bareng,becanda bareng lagi"ucap Sasha dengan nada sedih.
tok..tok..ceklekk..
Pria ber jas putih masuk bersama beberapa perawat. Pria itu sangat tampan,mata hazel coklatnya dengan kacamatanya terlihat dewasa. Saat tersenyum lesung pipinya pun terlihat,membuat kaum hawa terpesona olehnya. Aku,Sasha dan Rianti pun tidak berkedip sedikitpun. Baru pertama kalinya aku bertemu dengannya. mungkin dia dokter Arnold,gumam batinku.
"Delisha,bagaimana sekarang?apa kamu masih merasakan mual?"tanya sang dokter membuatku gelagapan karena sedari tadi aku menatapnya tanpa berkedip.
"Oh..ehh iya.. udah gak mual lagi,dok"jawabku. Entah kenapa tiba-tiba jantungku berdebar seperti ini. ada apa dengan jantungku ya? gumam batinku.
"Baiklah saya akan memeriksamu"ucap sang dokter.
Saat dia mendekat,entah kenapa jantungku berbacu 2x lebih kencang dan semakin kencang saat stetoskop itu menyentuh dadaku. Aku meremas-remas jariku karena gugup. Sampai tiba saatnya stetoskop itu menyentuh dada kiriku,jantungku semakin berdegup kencang. Aku berusaha mengontrol debaran jantungku,namun tak berhasil saat aku tahu ia menatapku intens. Kami saling bertatap mata tanpa berkedip. Aku tidak tahu sudah berapa lama kami bertatap mata seperti ini. Hingga pada akhirnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Nafas Terakhir
Novela JuvenilSeorang wanita yang berusaha tegar dengan penyakit yang di idapnya,berusaha menjadi wanita yang tidak nampak lemah dihadapan setiap orang yang dicintainya. Akankah ia dapat bertahan hidup?akankah ia dapat bersanding dengan pujaan hatinya yang telah...