BAB 5

119K 6.2K 369
                                    

Belajar Pidato

Nurman terduduk di bangkunya dengan rapi. Tak seperti biasanya, Nurman hari ini berubah menjadi pendiam seperti ini. Yang biasanya nggak bisa diem kayak cacing kepanasan, sekarang Nurman berubah seperti cacing lagi nunggu hasil UN - tegang banget. Beberapa kali dia mencoret-coret buku catatannya. Niat membuat pidato untuk hari Sabtu semua buyar. Yang ada Nurman malah menggambar Naruto pake kerudung pashmina. Tugasnya membuat pidato untuk hari Sabtu sepertinya menjadi beban berat buatnya. Tak pernah terbayang jika dia harus membuat pidato serius untuk pemilihan ketua OSIS. Bikin puisi aja masih ancur, gimana kalau pidato.

"Nurman jawab," suara Bu Marina membuat lamunan Nurman buyar dan refleks mengalihkan pandangannya ke arah depan kelas di mana Bu Marina berdiri.

"Jawabannya A, Bu." jawab Nurman seenak jidatnya, dikira Bu Marina sedang mengadakan kuis main langsung jawab aja.

"Emangnya pertanyaan Ibu apa? Main jawab A aja," timpal Bu Marina.

Nurman menggaruk kepalanya bingung, dia terlalu fokus menggambar Naruto berhijab di bukunya, sampai tidak mendengar pertanyaan Bu Marina.

"Iya pokoknya A, Bu jawabannya," alibi Nurman supaya terkesan mendengarkan penjelasan Bu Marina di depan kelas.

"Ibu nanya kamu udah kebagian buku paket belum, malah jawab A," jelas Bu Marina membuat pipi Nurman memerah malu.

"Ee ... udah Bu heheh," jawab Nurman sembari cengengesan.

"Dari tadi kamu diem nggak kayak biasanya, kamu sakit perut datang bulan Nurman?" tanya Bu Marina yang di sambut tawa semua murid di kelas.
Nurman menggelengkan kepalanya. "Enggak Bu, kalau aku sakit perut datang bulan namanya jadi Nurmini dong, Bu."

"Terus kenapa? Kalau kamu sakit pulang aja." lanjut Bu Marina.

"Tumben Bu Marina baik sama gue, biasanya juga kejem kek Ibu tiri" gerutu Nurman di dalam hatinya.

"Enggak kok Bu, lagi banyak pikiran aja. Pusing mikirin harga kuota internet yang terus naik dan Upin-Ipin yang pindah jam tayang," jawab Nurman yang kembali disambut tawa semua murid di kelasnya.
"Nyesel banget udah nanya anak ini," batin Bu Marina.

"Ya udah biar kamu nggak pusing, kamu kerjakan soal 1 sampai 20 ya di halaman 120 sampai pulang," ujar Bu Marina yang membuat Nurman membulatkan matanya. "Kok gitu sih Bu?"

****

Sepulang sekolah Nurman dan Samsuri menyempatkan dulu mampir ke perpustakaan sekolah, sejarah baru dua manusia koplak tersesat di dalam perpustakaan SMA Mandiri. Nurman ingin mencari buku cara berpidato, agar pidatonya nanti terdengar bagus dan mempunyai arti. Mereka berjalan menuju perpus yang jaraknya tidak jauh dari kantin sekolah, setelah masuk ke dalam perpus mereka nampak bingung dengan keadaan perpustakaan yang sepi dari biasanya. Ya namanya Jiga udah jam pulang, kebanyakan murid memilih untuk pulang ketimbang nongkrong di dalam perpus. Nurman dan Samsuri berjalan menggelilingi perpus sembari mencari buku yang dia butuhkan.

"Lu cari buku apaan sih?" Samsuri menatap aneh sahabatnya, setelah beberapa kali berkeliling perpus Nurman tak kunjung mendapatkan buku yang di inginkannya, entah jin dari negri mana yang masuk ke dalam tubuh Nurman yang membuatnya menjadi pecinta buku - bukan pecinta wanita lagi.

"Gue mau cari buku kiat-kiat pidato yang baik dan benar," jawab Nurman yang masih sibuk mencari buku di rak.

"Alaah sok-sokan lu, biasanya ke perpus cuman buat numpang tidur aja," cibir Samsuri.

"Gue kan calon ketua OSIS, harus bisa pidato kayak yang lain dong," sahut Nurman. "Nah dapet," seru Nurman yang akhirnya berhasil menemukan buku yang dicarinya. Nurman mengambilnya lalu berjalan menuju penjaga perpus, "Ini aja satu Mang," ujar Nurman ke pejaga perpus.

Ketua OSIS Koplak [SEGERA DIFILMKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang