1. Filosofi Sepatu

432K 24K 1.9K
                                    

"Ma, kenapa mama suka banget sih ngoleksi sepatu?" Tanya Meisya pada ibunya.

"Karena sepatu itu punya filosofi yang indah."

"Apa?"

"Ada lima filosofi sepatu, mama jelasin satu-satu ya." Meisya mengangguk lalu memilih duduk di sebelah ibunya yang sedang membersihkan sepatu-sepatunya.

"Kamu liat sepatu, Bentuknya tak persis sama namun serasi. Artinya kita diciptakan di dunia untuk hidup berpasangan, ada yg tinggi, rendah, cantik, tampan tapi nggak ada yang persis sama namun orang menilainya serasi."

"Itu yang pertama?" Ibunya mengangguk.

"Lalu, saat berjalan tak pernah kompak tapi tujuannya sama. Artinya kadang untuk mencapai tujuan dengan pasangan kita, nggak selalu sama tapi tetap harus berkomunikasi tentang maksud dan tujuannya. Jangan egois itulah kunci dari kekompakan. Itu tadi yang kedua." Meisya menganggukan kepalanya lalu kembali mendengarkan ibunya.

"Ketiga, tak pernah ganti posisi tapi selalu melengkapi, ibaratnya seperti ini, sepatu akan setia dengan posisinya tidak mungkin yang sebelah kiri menjadi sebelah kanan begitupun sebaliknya. Inilah kehidupan di dunia dengan pasangan masing-masing mereka saling melengkapi kekurangan dan kelebihan supaya bisa tercapai maksud dan cita-cita yang diinginkan.

"Keempat, Selalu sederajat tak ada yang lebih rendah dan lebih tinggi. Waktu awal kita membeli sepatu baru kita tidak mengerti bagaimana nanti hasilnya setelah kita memakainya. Apakah bisa nyaman, baik yang sebelah kanan maupun yang sebelah kiri. Begitu pula dengan pasangan kita waktu sepakat di awal untuk melangkah, semuanya sama karena masih baru. Kadang baru terasa setelah kita menjalaninya. Disinilah kunci kebesaran hati kita agar tidak egois dan ikhlas dimana untuk mencapai tujuan dan cita-cita kita saling melengkapi kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tidak ada yang merasa lebih rendah atau lebih tinggi. Toh waktu kita sepakat untuk menerima pasangan sudah mengetahui pribadi masing-masing."

"Yang terkahir ma?"

"Bila yang satu hilang yang lain tak memiliki arti. Ya itulah kenyataan hidup ketika sepatu yg sebelah hilang atau rusak, sepatu tersebut tidak mempunyai arti dan kegunaan lagi. Hal ini juga terjadi pada pasangan kita, ketika yang satu sudah hilang pastinya akan ada perubahan dalam hidup masing-masing."

*********

Meisya teringat percakapannya beberapa tahun lalu dengan ibunya, tepatnya saat dia kuliah semester satu. Meisya yang sedari dulu memperhatikan ibunya yang merawat sepatu-sepatunya ikut melakukan hal yang sama. Dulu karena dia kagum dengan filosofi yang diceritakan ibunya. Tapi semenjak ibu dan ayahnya bercerai beberapa tahun lalu Meisya tidak lagi percaya dengan filosofi sepasang sepatu.

Baginya sepatu hanyalah hiasan yang akan membuatnya merasa cantik jika memakainya, sama seperti pasangan yang hanyalah hiasan untuk dibawa kondangan.

Meisya berdiri lalu meletakkan stiletto merah yang baru saja dibersihkannya ke dalam lemari. Hal yang paling sering dilakukan Meisya saat pulang kerja adalah memandangi lemari sepatunya, di sana berderet sepatu dengan berbagai model, warna dan merek berkumpul jadi satu. Ada rasa nyaman memandangi sepatu-sepatu itu.

"Mei makan...." Teriakan dari luar membuat Meisya berdecak.

"Iya bentar lagi gue keluar." Meisya menutup lemari kacanya lalu keluar dari kamarnya.

Tidak seperti teman-temannya yang memilih mengontrak dan tinggal di apartemen dengan alasan ingin belajar mandiri. Meisya masih memilih tinggal bersama dengan ibu dan kedua kakak kembarnya Kamal dan Kamil. Lagipula dia terlalu sayang menghabiskan uang gajinya untuk membayar kontrakan. Lebih baik uangnya dibelikan sepatu.

Montir Hati (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang