Meisya meneguk red wine yang dipesannya. Jumat malam ini Meisya memutuskan untuk ke sebuah club langganannya. Sudah lama sih dia nggak ke sini karena teman nongkrongnya makin lama makin berkurang. Sebenarnya banyak juga teman-temannya yang suka main ke tempat seperti ini, tapi tongkrongan mereka beda tempat, Meisya masih dengan jiwa mudanya, sedangkan teman-temannya yang usianya sudah jauh di atas Meisya dan masih melajang biasanya lebih suka berpesta dengan brondong-brondong bayaran.Kalau dipikir sih pergaulan sekarang memang serem banget, tapi ya semakin maju zaman pasti banyak juga yang berubah salah satunya masalah pergaulan dan moral yang makin lama makin bergeser.
Meisya menghabiskan minumannya sedikit demi sedikit, biasanya dia lebih suka memesan Vodka atau Tequilla, kandungan alkoholnya tinggi dan bikin cepat melayang di atas awan. Beda dengan wine yang kandungan alkoholnya tidak setinggi liquor lain, jadi kemungkinannya kecil kalau mabuk itu lebih kecil. Malam ini Meisya lagi nggak pengin mabuk selain karena nggak ada yang jagain dia kalau dia dimasukkin cowok-cowok setan kan bisa bahaya.Meisya sudah suka minum sejak masih di bangku kuliah, tapi yang nggak nyandu banget gitu.
Meisya kembali meneguk cairan alkohol itu, rasanya asam-asam sepat, makanya orang biasanya nggak mau minum wine cepat-cepat, harus dinikmati minumnya. Orang yang ngerti minum, biasanya tau kepribadian orang dari minuman yang dia pilih, kalau suka minum bir itu artinya orangnya asik, soalnya bir itu tergolong murah dan enaknya bir itu isinya banyak, jadi bisa lama nongkrongnya. Kenapa asik? Karena pasti minumnya bareng-bareng sama temen-temen saling ngobrol gitu, Garing aja kalau minum bir sendirian kesannya galau gimana gitu.
Beda sama wine, katanya yang suka minum wine itu tipe orang yang pemikir dan berkelas, terkesan lebih dewasa gitu, karena yang suka wine itu biasanya satu filosofi gitu "makin tua makin enak." Kalau yang suka Whiskey itu orangnya mapan, karena jelas Whiskey harganya lebih mahal dari liquor yang lain seperti vodka dan irish cream. Pada dasarnya sih whiskey sama wine itu sama, "Makin tua makin enak." Kalau kata salah satu temen Meisya itu ya, kalau liat cowok lagi pesen whiskey di bar, terus pake jas dan setelannya mapan deketin aja siapa tau pulang diantar naik Mercedes.
"Mbak Meisya nggak turun?" tanya salah satu bartender yang sudah mengenal Meisya.
"Nggak lagi males."
"Tumben mbak Mei mukanya murung."
"Gue lagi patah hati!"
"Heh? Mbak Mei punya hati?" Meisya melotot pada Bartender itu.
"Hehe becanda mbak."
"Lo ga tau sakitnya tuh di sini, pas tau dia udah nikah." Kata Meisya sambil menunjuk dadanya.
"Ya cari yang lain mbak, cowok nggak cuma dia doang."
"Tapi gue maunya dia doang." Bartender itu hanya bisa geleng-geleng kepala.
Meisya kembali menikmati wine-nya, sempat terbersit dalam pikirannya sampai kapan dia harus seperti ini terus. Walaupun di dalam hatinya Meisya tidak ingin mengalami jatuh cinta lagi dan menikah adalah hal kesekian yang dia inginkan di dalam hidupnya. Sulit bagi Meisya untuk mempercayai cinta atau mempercayai lelaki lebih tepatnya.
"Lo tau nggak cinta itu, Tango! Alfa! India!" Racaunya pada bartender muda yang sibuk meracik minuman di depannya.
********
Meisya terbangun pukul sebelas siang, ini masih pagi untuk hari sabtu Meisya, biasanya dia akan tidur hingga pukul satu atau pukul tiga sore, terbangun hanya untuk setoran ke toilet atau karena perutnya yang meronta minta di isi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Montir Hati (SEGERA TERBIT)
ChickLitMeisya Kinanti, single dan pencinta sepatu. Sedang menikmati profesi barunya sebagai Account Officer di sebuah bank swasta ternama di Indonesia. Meisya adalah cewek penggila sepatu, mengoleksi puluhan pasang sepatu di dalam lemari kamarnya. Tapi dir...