Meisya mengikuti Barra menaiki lantai dua ruko ini. Meisya memang sengaja memperlambat langkahnya supaya bisa menatap bagian belakang tubuh Barra yang uhhh.. menggoda...Apalagi itu yang menonjol dan terlihat seksi??? Masa sih ini cowok fisiknya bisa bikin lemah gini, udah punggungnya dadah-dadah minta disenderin, itu bokong kok seksinya kebangetan! Kok gue jadi lemah gini sih! Nggak adil banget cuma gue yang terpesona dan dia biasa aja. Ok ini baru permulaan Mei, liat aja lima sampai sepuluh menit kedepan itu cowok pasti mulai flirting sama lo.
Meisya bergumam sendiri di dalam hati dan langkahnya terhenti saat Barra juga berhenti di depannya, untung rem kakinya pakam, coba kalau tidak wajahnya bisa nempel di punggung Barra. Kan jadi enak!
"Masuk." Kata Barra mempersilakan Meisya memasuki ruang kerjanya. Ruangan itu terlihat biasa saja, dengan cat putih menghiasi dinding, di tengah ruangan ada meja besar, satu kursi kebesaran tempat Barra duduk dan dua kursi tamu di depan meja. Di atas meja ada beberapa kertas-kertas dan juga monitor komputer.
Meisya melarikan tatapannya pada ruangan ini, memastikan kalau memang cuma ada satu pintu di sini, tidak ada pintu tersembunyi lainnya. Yah siapa tau si Bara api ini punya ruangan kayak punyanya si Mr. Grey itu. Biasanya kan orang ganteng, keren dan banyak duit itu punya kepribadian yang agak aneh.
"Minum Mbak." Kata Barra sambil menaruh dua gelas air mineral kemasan.
"Iya makasih." Meisya mengambil air minum itu lalu menyesapnya. Meisya memang haus, padahal dua nggak banyak omong, cuma mandangin cowok ganteng aja bisa bikin haus.
"Jadi Pak Barra ini rencananya mau KPR?" Tanya Meisya.
"Iya, saya mau beli ruko yang paling ujung."
"Oh sisa satu ya pak rukonya, makanya mau sekalian diborong gitu."
"Iya, dulu belum mau dijual sekarang pemiliknya berubah pikiran."
"Boleh nanti saya bisa bantu, kebetulan bank kita lagi ada program bunga rendah menjelang hari ulang tahun bank central. Fix* nya 3 tahun Cap* dua tahun."
"Oh, berapa bunganya."
"Fix tiga tahunnya 8% cap-nya 9%." Barra mengangguk-anggukan kepalanya, lebih murah memang dari di bank lain yang kebanyakan mengikuti bunga floating*.
"Floating sekarang berapa ya?"
"11,5%"
"Terus kalau pelunasan sebelum masa pinjaman habis kena finalty?"
"Iya kalau ambil fix and cap kena 2% dari sisa pinjaman, tapi kalau ambil fix dua tahun atau setahun nggak kena."
"Kalau gitu coba hitungin yang setahun aja, soalnya saya nggak mau lama-lama punya hutang." Great! Meisya suka cowok yang begini, memang punya hutang itu nggak bagus untuk cowok, biarlah cewek yang menghutang dan cowok jadi pembayarnya.
"Ok saya hitungin sebentar ya." Meisya membuka iPad-nya lalu mulai menghitung cicilan yang harus dibayar perbulannya oleh Barra. Harga ruko yang mau dibeli Barra juga lumayan mahal ,wajar sih rukonya berpusat ditempat yang strategis begini.
"Bunganya nggak bisa turun lagi?"
"Haha bisa nego asal pak Barra mau jadi nasabah prioritas kita."
"Uangnya belum ada mbak, ini lagi muter bisnis baru."
"Oh ya bisnis apa?" Tanya Meisya.
"Inves ke alat berat, sepupu saya kan bisnis dibidang itu, jadi uangnya memang masih muter di sana." Meisya mendengarkan penjelasan Barra. Barra juga semangat sekali menceritakan tentang bisnisnya yang ternyata dilakoninya sejak enam tahun lalu itu. Harapan Meisya Barra akan mengeluarkan modus-modus pada dirinya tidak terbukti, karena tidak sedikitpun Barra menebar pesona pada Meisya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Montir Hati (SEGERA TERBIT)
ChickLitMeisya Kinanti, single dan pencinta sepatu. Sedang menikmati profesi barunya sebagai Account Officer di sebuah bank swasta ternama di Indonesia. Meisya adalah cewek penggila sepatu, mengoleksi puluhan pasang sepatu di dalam lemari kamarnya. Tapi dir...