About You

891 23 42
                                    

Jadi, song-story (I call this song story) terinspirasi dari lagu About You - Shane Filan. Tau Shane kan? itu loooo, mantan personel Westlife yang ganteng :3 jd tadi pas lagi galau gara2 - ekhheeeeeemmm - aku bongkar2 youtube dan nemuin Shane dan single barunya :3 truly blessed! Song-story yang satu ini selesai dalam waktu kurang dari duabelas jam! WHAT A MIRACLE! IT'S CHRISTMAS' MIRACLE!

so, this is my present for you guys<3 I LOVE YOU ALL!

ps: tolong sediain lagunya Shane Filan - About You. soalnya sepanjang nulis ini, cuma lagu itu yang kuputer sampai orang2 serumah frustasi semua -.-V

pss: #UnAffair chapter 14 sedang dalam proses, oke? :3 dikit lagi kok hehe.

enjoooooooooooyyyyyyyyyyyyyy!

***

Some days you don't feel beautiful,

Some days you wanna change it all

I answer with a question mark,

I love you just the way you are

I changed myself you ask me too,

but there's one thing that I could not do

No I wouldn't change a thing... About you

Hunter's Point of View

            Aku menatap intens ke arah Winter yang duduk di hadapanku. Winter adalah teman dekatku sejak lima tahun lalu aku pindah ke sini. Rumahnya tepat di samping rumahku dan balkonnya berdampingan dengan balkonku. Hal itu membuat kami dengan mudah menjadi teman dekat. Lagipula, dia gadis yang sangat manis.

            “Hunter, apa kau mendengarku?” tanya Winter dengan kening berkerut.

            “Eh, maaf, Winter. Aku membiarkan pikiranku terbang ke mana-mana.”

            Winter memajukan bibirnya tanda bahwa dia sedang kesal.

            Aku tertawa. Winter sama sekali tidak tahu bahwa aku sedang menahan godaan untuk mencubit kedua pipinya yang tembam dan dihiasi semburat berwarna kemerahan.

            “Kau menyebalkan, Hunter.” Winter melipat kedua lengannya di atas dada dan memalingkan wajahnya ke arah lain.

            “Baiklah, Winter. Aku minta maaf, oke?” Aku menarik lengannya dengan lembut.

            Winter tersenyum dan itu pertanda bagus.

            Tapi, mendadak dia mengacungkan jari telunjuknya di hadapanku.

            “Ada satu syarat, Hunter!”

            Aku mengangkat sebelah alisku. Ya ampun, Winter!

            “Kau mau kumaafkan atau tidak?” Winter mengangkat sebelah alisnya dan dia terlihat benar-benar menggemaskan.

            “Baiklah. Beritahu aku apa yang harus kulakukan untukmu.” Aku menggedikkan bahuku. Tidak ada gunanya berdebat dengan Winter sekarang. Pertama, karena aku tidak bisa kalau tidak berbicara dengannya selama berhari-hari. Kedua, Winter adalah salah satu speaker utama di Klub Debat sekolah. Ketiga, karena aku memang tidak suka berdebat dengan perempuan.

            “Kau harus menraktirku sundae di Violetta’s!” Winter tersenyum.

            Aku memutar kedua bola mataku. “Baiklah, baiklah, Baby Girl!” Aku mengacak-acak rambutnya.

About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang