Bagian 1

581 44 26
                                    

Semuanya terjadi begitu cepat. Berawal dari tawa manis, dan berakhir cukup pahit.
***
Hari ini aku memunculkan senyum manis di wajahku yang telah lama hilang. Semua keheranan melihat aku yang ceria, gembira, tidak seperti biasanya yang selalu murung. Seluruh isi sekolah memandangku begitu dalam, mereka mmberikan sapaan dengan senyuman. Begitu pula sebaliknya, mereka menerima senyum dan sapaan dariku.

"Aku berharap seluruh isi di tempat ini, di kota ini, di negara ini, di benua ini, bahkan di kehidupan ini tahu bahwa... aku telah menemukan sebuah kebahagiaan yang telah lama hilang" batinku sambil berjalan menuju lobi sekolah.

Setiba di lobi, aku mengambil baju olahraga milikku karena hari kelasku ini ada jadwal berolahraga. Namun, ada sesuatu yang membuatku terkejut. Sebuah botol yang tergeletak di dalam lokerku. Ternyata dalam botol itu terdapat surat.

"Eeh surat?" ujarku.

Kebingungan kini menyelimuti pikiranku. Entahlah, siapa yang mengirim surat untukku pagi-pagi begini? Apa ini surat ancaman kepala sekolah? Atau mungkin surat undangan ulangtahun temanku? AH. Tidak mungkin. Saat itu juga tubuhku gemetar dan otakku berpikir keras tentang surat di dalam botol itu.

Tanpa basa basi

Aku membuka surat itu

Disitu tertulis,

"Udah lama mata gue ngeliatin lo, udah lama perasaan ini jatuh ke sosok kayak lo, dan udah lama gue pengen liat lo bahagia. Karena akhir-akhir ini lo murung terus. Lo murung cuma buat mikirin dia yang ninggalin luka di hati lo. Ibarat permen karet yang manis di awal dan pahit di akhir"

Itulah yang tertulis di surat tersebut. Perasaan gadis ini mulai gelisah. Entah siapa yang mengirim surat itu, yang jelas, dia adalah sosok yang akan membuatnya bahagia esok hari.

Seseorang menepuk pundakku

Aku pun menoleh kebelakang

Naura : eeh
Lucca : ngapain?
Naura : ini dari siapa?
Lucca : ooh itu
Naura : dari siapa?
Lucca : dari
Naura : siapaaa
Lucca : siapayaa
Naura : ayolah
Lucca : (*berbisik) dari kambing bunting yang baru aja nelor di depan sekolah
Naura : bangke lo
Lucca : suer
Naura : basi (*pergi)

Lucca : gue
Lucca : dari gue
Lucca : gue, yang suatu saat bikin lo bahagia
***
Naura duduk menunggu jemputan di halte sekolah. Siang itu mulai mendung dan sekolah mulai sepi. Karena perlahan semua siswa beranjak pulang

Naura : duh supir lama banget sih

Ditengah itu seseorang memanggil nama gadis ini.

Imran : bareng yuk
Naura : dih, gak
Naura : lagian kan kita udah putus
Imran : maaf, gue gak ngomong sama lo
Imran : yuk syab
Syabila mengangguk
Mereka pergi

"Oh jadi dia orang yang udah nyakitin lo, haha kampungan" celetuk Lucca yang lalu duduk di sebelah Naura.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 13, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang