1. Ruang Radio Sekolah

10 3 0
                                    

{ in media : Yuqi as Shelin }

****

Bel sekolahku berbunyi ke seluruh penjuru sekolah, menandakan waktu istirahat dimulai. Segerombolan siswa dan siswi berlari menuju lantai dasar untuk menikmati waktu istirahat mereka yang-terbatas-itu di kantin.

Tapi sayangnya, hari ini adalah waktuku untuk pergi ke ruang radio sekolah, sehingga aku tidak bisa ikut teman-temanku ke kantin.

Di sekolahku, terdapat ekskul radio yang bertugas untuk menampilkan lagu-lagu selama waktu istirahat berlangsung agar para murid tidak jenuh. Dan aku adalah salah satu murid yang mengikuti ekskul itu karena sangat suka menyanyi.

Dengan segera aku membereskan buku-bukuku dan mengambil bekal ku. Aku baru saja melangkahkan satu kakiku saat terdengar panggilan, "Jihan, mau ke kantin ya? Tungguiiinn!"

Ah, aku lupa menceritakan kalian tentang sahabatku. Namanya Shelin, dia sangat berisik.

"Gue nggak ke kantin Lin, giliran gue nih jaga ruang radio."

"Ah gitu ya? Padahal makanan kantin hari ini daging—"

"Ih serius? Lo tau dari mana?"

Shelin terlihat mengutak-atik ponselnya dan segera menunjukan sesuatu padaku. "Nih liat, gue punya informan."

Ia menunjukan room chat nya bersama ibu juru masak kantin kami. Shelin memang orang yang sangat cinta makanan. Bahkan ia rela merepotkan dirinya meminta nomor telepon ibu Tara—juru masak kantin kami—agar bisa mengetahui menu masakan lebih awal.

Biasanya hal ini ia jadikan motivasi saat malas sekolah. Misalnya jika ia sedang tidak mood sekolah, ia akan menanyakan menu makanan hari itu kepada Bu Tara dan jika makanannya enak, tentu Shelin akan memaksakan dirinya sekolah.

Makanan adalah motivasi yang baik.

Aku mengambil tangan Shelin dan menatapnya penuh kasih. "Shelin sayang, please ambilin jatah makanan gue ya? Yaa?"

"Bilang gue cantik dulu."

"Hih emang gue Alin."

Shelin memekik pelan. "Apa tuh maksudnya?"

"Iyalah kan gue bukan Alin yang bentar lagi jadi pacar lo—pfttt." Shelin membungkamku dengan tangannya. Huft bahkan dia belum cuci tangan.

"Oke gue ambilin, udah sana lo jaga ruang radio. Suntuk nih gue ngga ada musik."

Aku tersenyum senang. Setelah mengucapkan terima kasih dan berteriak tentang kemesraan Alin dan Shelin ke seluruh dunia, aku pun lari secepat mungkin sebelum sahabatku itu membatalkan niatnya untuk membawakan jatah daging ku.

Lantunan lagu imagination nya Shawn Mendes mulai terdengar saat aku mulai menekan tombol play. Aku menutup mataku dan bersandar pada bahu kursi dan menghayati lagu tersebut.

Entah kenapa aku sangat suka dengan lagu ini. Sebenarnya aku merasa relate dengan lagu ini. Bercerita tentang memiliki seseorang hanyalah sekedar imajinasinya. Ah, apa aku belum cerita? Aku menyukai seseorang di sekolah ini, dan sialnya cinta ku bertepuk sebelah tangan. Harusnya ini belum bisa dibilang cinta sih, aku hanya sekedar nge-crush aja sama dia.

Dia adalah tetanggaku, namanya Rafael Daniel Athalla. Namanya bagus sekali kan? Wajahnya juga sangat indah loh! Mukanya terlihat menggemaskan dengan fitur yang mirip anjing husky. Mata yang sipit dan kulit seputih susu terlihat sepadan dengan sifatnya yang ramah. Sangat disayangkan dia jarang memperlihatkan sifat ramah dan friendly nya di sekolah dan lebih memperlihatkan sifat dingin dan tegasnya sebagai wakil ketua osis.

Ruang Radio SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang