Berlibur di Yogyakarta

184 2 1
                                    

Sinar mentari telah cukup tinggi untuk dapat mengintip menembus jendela kamar Senna. Ia terbangun dari tidur dan bergegas bangkit dari ranjang. Raut muka bahagia terpancar menyapa liburan kali ini. Hari kemarin, ia telah menyiapkan kebutuhan sandang untuk beberapa hari kedepan. Senna, Ibu, dan kedua kakaknya akan beranjak dari kota ini untuk menjejakkan kaki di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Setelah selesai mempersiapkan diri, Senna segera menghampiri keluarga yang telah menunggu di meja makan.
“Ayo, cepat makan agar kita tidak ketinggalan kereta,” perintah Ibu yang disambut dengan anggukan tanda setuju sebagai jawaban.

Tepat pada pukul 7 pagi, Senna dan keluarganya berangkat ke tempat singgahnya kereta yang akan ditumpangi, Stasiun Sudimara. Sebelum tiba di Yogyakarta, mereka singgah di Stasiun Senen, Jakarta untuk berpindah ke kereta yang akan melaju ke tujuan mereka. Sudah menunggu sekian jam, kereta belum datang juga. Hal itu sedikit mematahkan semangat liburan Senna.

“Kapan, kereta kita datang, bu?” Tanya Senna yang mulai tidak sabar.
“Menurut jadwal, kita akan berangkat dari sini pukul 12,” jawab Ibu yang disambut dengan helaan napas dari Senna.
“Sabar Senna, kami tahu kamu sudah tidak sabar.” Balas kakak Senna. Senna hanya membalasnya dengan anggukan malas.

Saat matahari berada sejajar dengan kepala, kereta tujuan Yogyakarta datang. Seketika semangat Senna membuncah kembali saat kakinya menyentuh lantai kereta. Senyumnya mengembang tak terbendung disertai mata yang berbinar.

Di perjalanan, mata Senna tak henti-hentinya memandang menembus jendela. Sejak dulu, Senna sangat mengagumi keindahan alam ciptaan Tuhan. Tak jarang pula, kedua kakaknya mengajak Senna bersenda gurau. Mereka sangat menikmati perjalanan mereka menuju Yogyakarta.

Tak terasa, mentari mulai menyembunyikan sinarnya. Pemandangan terbenamnya sang surya yang dihiasi dengan semburat gradasi jingga kemerahan di ufuk barat kini telah berubah menjadi hitam kelam. Jarum jam telah menunjukkan pukul 8.00 malam.

“Selamat Malam, untuk penumpang kereta tujuan Stasiun Lempuyangan diharapkan untuk segera memeriksa barang bawaan anda dan hati-hati melangkah. Terimakasih,” suara dari pusat informasi telah menyebut stasiun yang dituju Senna.

“Senna, tolong bantu bawa tas yang ini,” perintah Ibu sembari menunjuk tas yang berukuran lebih kecil dari yang lainnya. Kedua kakak Senna juga membantu membawa tas bawaan mereka.

Senna berjalan di belakang Ibu dan kedua kakaknya menuruni kereta. Mereka berjalan ke luar stasiun. Senna menaruh pandang ke sekitar stasiun yang tidak terlalu ramai malam itu.

“Aku mau membeli minum di sana dulu, ya!” Seru kakak pertama Senna, Mbak Kintan yang sepertinya telah menahan dahaganya sejak saat di kereta.
“Kita titip teh botolan, ya, mbak!” Kini mbak Tasya yang membalas.

Sembari menunggu minuman, Senna mengeluarkan telepon genggam dan mengupdate media sosialnya. Hal itu menuai banyak komentar dari teman-teman Senna. Mulai dari yang mengingatkan Senna untuk hati-hati, hingga yang menanti buah tangan khas Yogyakarta dari Senna.

“Ini Senna minuman kamu,” Mbak Kintan menghampirinya dan memberikan satu botol teh.
“Ayo kita langsung panggil taksi dan mencari hotel!” Ajak Ibu sembari berdiri dan langsung berjalan ke luar stasiun diikuti oleh ketiga anaknya.

Senna, Ibu, Mbak Kintan, dan Mbak Tasya menaiki taksi untuk menuju hotel. Mereka akan bermalam di Hasian Hotel. Hotel yang berposisi tidak jauh dari Jl. Malioboro itu adalah hotel pilihan Mbak Tasya.

Sesampainya di hotel, Mbak Kintan memesan kamar untuknya, Ibu, dan adik adiknya. Senna dan kedua kakaknya lalu membantu Ibu merapikan barang-barang bawaan mereka di kamar yang akan menjadi tempat beristirahat selama berada di Kota Gudeg ini.

Liburan diYogyakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang