2

96 11 12
                                    

"Rara!! Lo mau buat gua telat ya?!" teriak kakaknya, Bara, yang berbeda 2 tahun dari Rara.
"Gua juga telat kali" ucap Rara sambil menyisir rambutnya dengan jari - jari tangannya
"Makanya buruan lolot" Bara tergesa - gesa menarik tangan Rara menuju mobil pribadi miliknya.

Rara hanya pasrah ketika ditarik paksa oleh kakaknya. Bara dengan tergesa - gesa memasuki mobilnya tanpa memperdulikan Rara yang meringis kesakitan karena pergelangan tangannya yang memerah.Saat di dalam mobil, Bara baru sadar kalau adiknya meringis menahan sakit.

"Rara lo kenapa?" kata Bara khawatir. Bara memperhatikan adiknya dari ujung kaki hingga ia menemukan adiknya sedang memegang pergelangan tangannya.
"Tangan lo..? Gara gara tadi gua tarik ya?" Tanya Bara takut takut
"Udah gamasalah. Katanya lo telat? Kalau lo diam gini kita malah makin telat" Rara membenarkan duduknya dan memakai seatbelt.
Bara menghela nafasnya, lalu memasang seatbelt dan menghidupkan mobil.

Tak butuh waktu lama, akhirnya Rara sampai di sekolahnya. Rara pun turun dari mobil lalu Bara mencekal pergelangan tangan Rara lembut. Rara pun menoleh ke belakang ke arah Bara "Apa lagi?" Ujar Rara malas
Bara hanya menghela nafas pelan "Gapapakan tangan lo? Gua khawatir gini ogeb"
"Gausah sok khawatir deh lo. Udah sono pergi" Rara membanting pintu mobil lalu melenggang pergi meninggalkan Bara yang terbengong bengong menatap kepergian Rara.

Rara berjalan menuju kelas 10 IPA A yang tepatnya berada di antara ruang OSIS dan ruang kelas 10 IPA B. Saat perjalanan menuju kelasnya tak sengaja seseorang menabrak bahunya, membuat Rara jatuh tersungkur.

"Aw..." ringis Rara mengusap lututnya yang memar karena terjatuh.
"Eh sori-sori. Lo sih Din ah ngejar-ngejar " seseorang yang menabrak Rara mendorong bahu temannya yang tadi mengejarnya "Gua bantuin?" Terdengar suara cowo seperti bertanya "Nih pegang tangan gua, jarang-jarang dibantuin cogan gini" cowo itu mengulurkan tangannya ke arah Rara, Rara mendongakkan wajahnya menatap orang itu sebal dan menerima uluran tangan cowo yang menabraknya. Rara berdiri dan menepuk-nepuk rok sekolahnya yang sedikit berdebu.
"Gua Giffardan. Panggil Giffar, Ardan, Fardan. Tapi gua lebih sukanya dipanggil Giffar sih" ucap cowo itu memperkenalkan diri dengan bangganya.
"Makasih" Rara mengabaikan perkataan Giffar dan segera masuk ke kelasnya.

"ANJIR DINOO! Lo ga liat? Gua dikacangin bro" ujar Giffar dengan wajah menjijikkan yang membuat Dino bergidik jijik
"Apasih lo Far jijik anjir" ujar Dino mendorong bahu Giffar
"Lo ah sama aja kaya tu cewe" Giffar menabrak bahu Dino dan meninggalkan Dino yang menatapnya terbengong-bengong. Setelah sadar, Dino lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan mengikuti langkah Giffar yang sudah berjalan menuju kantin.

- - -

Brakk... Gedebug... Gedebug

Suara dobrakan pintu dan suara orang terjatuh membuat keadaan kelas yang ribut menjadi hening tanpa suara.

1 detik
2 detik
3 detik

"Buahahaha" tawa satu kelas menggelegar
"We anjir lu semua. Gausah ketawa lu bego, tolongin gua kek sini. Emang temen lu pada" teriak Risa yang mengusap bokongnya agar sakit di bokongnya berkurang. Alya menghampiri Risa yang tergeletak tak berdaya, masih dengan tawanya yang tak bisa ia hentikan "Pft...haha... lo kenapa bisa jato gitu ogeb?" Tanya Alya membantu Risa berdiri
"Tadi di jalan gua baru keingat kalau ada PR Fisika, jadi ya gua buru buru ternyata didepan pintu itu licin terus gua jatuh deh. Bodo ah receh banget dih" Risa menjelaskan kronologi sebelum dia jatuh. Alya yang mendengar cerita Risa hanya terkekeh dan menarik tangan Risa menuju bangku mereka berdua.

RaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang