Kosong

1.9K 156 8
                                    

Aku adalah anak paling beruntung di dunia ini, begitulah yang aku pikirkan. Lahir dari rahim seorang ratu membuatku menjadi satu-satunya putra mahkota di salah satu kerajaan paling besar di dunia ini. Akan tetapi aku hanyalah manusia yang kosong. Sedari kecil aku sama sekali tidak dapat memahami bagaimana perasaan itu. Apa itu bahagia, sedih, marah, takut,  aku tidak mengerti.Aku juga terlahir dengan wajah yang sangat tampan, kulit yang sehalus kulit perempuan. Juga mata biru gelap yang selalu diidam-idamkan orang lain. Tapi semua itu tidak berarti apapun bagiku. Pada saat aku berumur tujuh tahun, seperti kebanyakan anak aku mengikuti test guardian. Pada saat itu penguji tersenyum kepadaku dan mengatakan aku tidak memiliki guardian. Orang tuaku mencoba menenangkanku, tapi aku hanya tersenyum agar mereka tidak khawatir. Meski aku tidak tidak memahami tentang perasaan, aku tahu bagaimana cara bersikap di depan mereka. Walaupun aku dapat menggunakan semua ekspresi itu aku tidak bisa merasakannya di dalam hatiku, lalu pada suatu hari.

"Ada apa ayahanda memangil saya." Aku datang dan duduk di kursi khusus pangeran.

"Zeneth sebenarnya ada yang ingin kubicarakan denganmu. Ehm ... lebih tepatnya seorang yang ingin ayah perkenalkan padamu. Sandy keluarlah," seorang pria berambut pirang datang berlutut kepada kami."Namanya adalah Sandy, mulai hari ini dia akan menjadi saudaramu."

Begitulah, ayah membawa seseorang yang hampir mirip denganku dan mengangkatnya sebagai anak. Semenjak saat itu dia seolah mengantikan aku, semua temanku menjadi lebih dekat dengannya dan orang tuaku juga terlihat menyayanginya. Suatu saat ibuku menenangkanku dengan berkata "Kaulah satu-satunya putra mahkota di kerajaan ini dan tidak ada yang bisa mengantikannya. Anak yang dibawa oleh ayahmu hanya di besarkan untuk mendampingimu kelak."

Meski ibuku menenangkanku, itu sama sekali tidak berguna. Toh, aku sama sekali tidak membenci ataupun menyukai anak itu. Hari ini adalah hari pertamaku sekolah, seperti biasanya orang yang bernama Altrik selalu datang menjemputku. Dia dan juga Boris adalah orang yang memanggil diri mereka teman baikku. 

"Pangeran Zeneth." Altrik tersenyum padaku.

"Baiklah mari kita berangakat ke sekolah." Aku tersenyum balik kepada Altrik.

Kami bertiga termasuk Sandi berangkat ke Akademi Athura akademi paling besar di negri Midgrad ini. Hari-hari normal terus kujalani, sampai suatu saat aku berjalan-jalan di penjara bawah tanah di kastil prontera ini. Aku melihat dua orang disiksa dengan cara yang sama.

"Cepat katakan kenapa kau menyusup kemari!" Seorang prajurit mengintrogasi seorang pria dengan tubuh penuh luka.

"Kenapa kau tidak mencium bokong kuda saja, cuih." Pria itu meludah dan membuat prajurit itu marah. 

-plak ... plak- prajurit itu terus mencambuknya, tetapi pria itu tidak mau mengaku.Sementara di sebelahnya seorang pria memohon pengampunan dari siksaan yang menyakitkan. Entah kenapa ketika melihat ini tanganku bergetar. Semua teriakan, sifat acuh tak acuh dan permohonan itu telah membuat hatiku bergetar. 

"Aku ingin mengenal lebih dalam perasaan manusia."

Setiap hari aku selalu menyusup di sana melihat penyiksaan yang di lakukan peajurit itu. Berbagai macam penyiksaan yang mereka lakukan. Mulai dari fisik sampai pshisikis dan ketika aku melihat itu tanganku bergetar. Aku mengerti manusia akan menujukkan dirinya yang sebenarnya ketika kematian datang menghampirinya. 

"Ahh, sekolah benar-benar membosankan." Altrik berteriak.

"Benar juga, bagaimana kalau kita bermain di sungai nanti siang?" saran Boris.

"Entahlah, sepertinya ayahku tidak akan memberiku izin." Aku mencoba menolak.

"Tenang saja, aku akan meminta izin dari ayah." Sandi tersenyum kepadaku.

Guardian (Sefiroth Tree)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang