"CLARISSA! SINIIN TAS GUE!" Teriak seorang cewek bertubuh gendut yang sedang berusaha berlari. "SINIIN JALANG! AWAS ABIS LO SAMA GUE, BITCH!"
Clarissa membalikan tubuhnya yang sudah agak jauh dengan cewek bertubuh gempal tersebut, "KALO MAU AMBIL SINI, BABI AER." Clarissa menjulurkan lidahnya, mengejek, "MAKANNYA KALO MAKAN JANGAN SEGENTONG! GENDUT KAN LO? KAYAK BABI AER."
cewek gempal itu memegang lututnya, berusaha agar tetap berdiri, "BODO AMAT. SINIIN TAS GUE JABLAY!!"
"NOH, BADAN TUH KAYAK GUE LIAT NIH," Clarissa menaruh tas cewek gempal tersebut dilantai koridor, dan memiringka tubuhnya, dan bergaya layaknya model sexy, rok spannya yang sangat ketat itu seperti ingin robek saja. "LIAT KAN LO? NIH LIAT WOY! IRI GAK LO SAMA GUE?"
"IYALAH, KALO GAK DIBANTU SAMA TUBUH LO, MANA ADA YANG MAU NYEWA LO? BADAN DOANG DISEMOKKIN TAPI OTAK LO KECIL."
Si gempal itu berusaha berlari lagi, dan Clarissa sudah siap-siap untuk melarikan diri. Sebenarnya Clarissa hanya berjalan cepat, dia juga kesusahan dengan roknya. Tapi tetap saja tidak bisa dikejar oleh si gempal.Mereka seperti tidak melihat tempat saja. siswa-siswi disini menatap mereka aneh. Tak sedikit pula yang menatap Clarissa sinis. Clarissa memang tidak pernah mempedulikan mereka. Terlalu banyak ikut campur.
¤¤¤
"Gue kesel deh sama Clarissa. Kenapa si dia selalu jailin lo, Yul? Lo gak sakit hati apa sama dia? Lo dihina terus Yul sama dia. Berontak dikit kenapa si?" Devi sangat kesal melihat sahabatnya, Yuli (cewek bertubuh gempal) itu sangat baik. Terlalu baik. tetap saja berteman dengan Clarissa walau dihina terus-terusan.
"Iya, Yul. Lo gak boleh takut sama Clarissa. Harusnya lo marah beneran sama dia. Ini lo mah malah marah kayak bercanda gitu. Terus setiap Clarissa dihujat lo yang selalu ngebela dan marah sama orang yang ngehujat. Lo gak benci apa? Sakit hati gitu?" Anni juga ikut kesal. Selalu saja Yuli bersikap seperti itu kepada Clarissa. Apa bagusnya coba cewek yang sudah sangat melekat dengan cap cewek murahan itu?
Devi dan Anni tidak habis fikir dengan Yuli.
"Kalian tuh terlalu sayang sama gue ya? Uww so sweet." Yuli memasang senyum manis, tapi melihat muka datar dua sahabatnya, dia langsung memudarkan senyumnya lagi. Menghela nafas, "Maaf ya kawan, bukan maksud gue buat pilih kasih. Gue sayang banget sama lo berdua, kalian itu~ sahabat sejati gue. Tapi, Clarissa..
"Clarissa, gue gak bisa marah sama dia, walau gue masih bisa ngerasain sakit hati gara-gara omongan dia atau perilaku dia tapi, tetep aja gue gak bisa marah." Yuli tersenyum sedih saat menoleh kearah jendela dan melihat Clarissa sedang duduk di taman taman, depan kelas Yuli, bersama teman-temannya. Walau Clarissa dikelilingi oleh banyak orang dan mengukir senyuman. tapi mata berwarna hijau keturunan asli papahnya yang orang british itu menatap kosong. Menyimpan berbagai kesedihan didalamnya.
Yuli tersenyum, "Clarissa~" dua temannya mengikuti arah pandang Yuli dan menatap sebal kearah cewek bermata hijau tersebut, "Clarissa itu butuh seseorang."
Lanjut gak? Komen ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
They Don't Know
Teen FictionClarissa veerlina, cewek yang sudah di cap murahan, cuek dan agak pemberontak. Tetapi, ketika menatap sepasang mata hitam itu. Dia hanya bisa menunjukkab sifat aslinya. Terhanyut dalam kegelapan yang menyimpan berbagai misteri. P.S: SANGAT DIANJURKA...