Capt 1

36 2 0
                                    

Sinar mentari pagi menerpa muka seorang gadis yang rambutnya berwarna hitam legam yang diikat kuda ke belakang. Muka gadis itu berwajah sangat oriental.

Iris matanya yang berwarna cognac menyipit karna sinar matahari pagi ini sangat menyengatkan mata. Cancerina Raina. Itulah nama gadis itu. Raina adalah gadis penyuka kopi, hujan, dan foto.

Bagi Raina kopi adalah salah satu bagian di hidupnya. Ia sangat menyukai beragam rasa kopi. Sejak kecil ia sudah terbiasa dengan kopi, karna orang tua nya mempunyai kedai kopi di London.

Lalu, hujan. Hujan adalah kesukaannya sejak kecil. Dari namanya 'Rain', 'Raina'. Ia masih mengingat sering dimarahi mamanya ketika waktu kecil karna sering bermain dan memandangi hujan berlama-lama.

Sedangkan foto, foto hanya sekedar hobinya dari sejak ia duduk di bangku smp. Ia sudah mengikuti beberapa perlombaan fotografi sejak dulu.

Raina adalah murid pindahan dari London. Tapi ia adalah asli orang Indonesia. Mamanya yang berasal jawa dan papanya yang berasal dari manado membuat wajah orientalnya sangat kental.

Sekarang ia sedang menunggu bis di halte dekat rumahnya sambil secangkir cappuccino di tangannya. Di ambilnya ponsel berwarna putih dengan logo apel setengah di gigit dan Raina pun mencolokkan earphone dan mulai menyetel lagu dari Hivi. Lagu dari ponselnya serta kepulan asap dari cappuccino menemani Raina menunggu bis. Raina menghirup dalam-dalam oksigen bebas yang bercampur aroma kopi. Hmm, batinnya.

Hari ini ia akan pergi ke SMA Global Wijaya untuk memulai hari di sekolah tersebut. Global Wijaya termasuk sekolah terkenal dan terfavorit di Jakarta. Untuk masuk ke SMA Global Wijaya dapat mendaftar lewat tiga jalur. yaitu jalur beasiswa, jalur test, dan jalur bayar. Hanya 30% yang dapat mendaftar melalu jalur beasiswa, 50% jalur test, dan 20% jalur bayar. Jadi cukup sulit untuk masuk ke SMA Global Wijaya.

Namun tidak untuk Raina. Murid lulusan terbaik di sekolah London dulu. Raina sangatlah pintar. Walaupun sedikit pemalu, namun ia bisa masuk ke SMA Global Wijaya dengan jalur test.

"Bisnya lama banget," kata Raina cemas. Pasalnya jam di layar ponsel sudah menunjukkan pukul 06:47 am. Sedangkan pintu gerbang sekolah akan di tutup jam 7:00 am. Apalagi tiba-tiba matahari menutupkan sinarnya dan di gantikan awan hitam mendung.

"Duh segala banget sih mendung. Kalo telat dan basah kuyup kan nggak lucu,"

Keberuntungan masih di pihak Raina. Tak berapa lama bis yang ingin di tumpanginnya pun datang. Raina pun langsung menaiki bis dan duduk di paling pojok belakang, menikmati pemandangan kota Jakarta yang sedikit mendung pagi ini sambil menikmati secangkir kopi.

Setelah sampai di SMA Global Wijaya Raina pun langsung turun dan memasuki wilayah Sekolah. Yang tampak di depan matanya saat ini adalah bangungan berbentuk memanjang beratap biru cerah, dengan pintu depan terbuat dari kaca dan ada plang besar bertuliskan 'SMA GLOBAL WIJAYA'.

Raina pun melangkahkan kakinya menuju lapangan. Ia melihat beberapa anak laki-laki sedang bermain basket. Dan ada juga yang sedang berlatih baris-berbaris.

Raina pun menaiki anak tangga dan menuju ke lantai dua dan masuk ke dalam ruangan yang bertuliskan 'Kelas XI IPA 1.' Ia pun masuk dan duduk di bangku paling belakang. Namun tiba-tiba tiga orang perempuan dari arah depan menuju ke belakang, ke arah bangku Raina.

"Hai, lo anak baru ya?" Sapa perempuan itu.

"Eh, iya. Hai," Jawab Raina sambil tersenyum. Ia melihat badge nama yang tertempel di baju seragamnya. Leeza. Satu perempuan lagi, Freya. Dan yang terakhir Vanka.

You After UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang