Chapter 3

21.3K 833 7
                                    

Sam terbangun di bangsal rumah sakit dengan baju yang entah siapa sudah menggantinya menjadi setelan rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sam terbangun di bangsal rumah sakit dengan baju yang entah siapa sudah menggantinya menjadi setelan rumah sakit. Dengan perlahan, ia mencoba menyesuaikan matanya dengan lingkungan sekitar. Setelah matanya terasa nyaman, ia melihat sekeliling. Sam meraih segelas air putih di nakas lalu lekas menghabiskannya.

Jam dinding di depannya menunjukkan pukul 6 malam. Itu artinya, ia sudah tertidur selama hampir 4 jam sejak ia pingsan tadi.

Kepalanya benar-benar sangat pusing tadi dan pandangannya menjadi kabur. Semenjak didiagnosis mengidap amnesia, Ia memang seringkali mengalami gejala seperti ini. Beruntung ingatannya secara perlahan mulai membaik seiring waktu. Jujur sangat tidak terbayangkan bagaimana masa depannya jika ingatannya tidak kembali dan menjadia amnesia permanen. Itu pasti akan sangat buruk.

"Ayolah, pelan-pelan saja. Dia tidak sakit parah kok."

"Tidak usah menghiraukanku, aku tidak bisa tenang sebelum melihat keadaannya di depan mataku sendiri."

Percakapan dua orang dari luar kamar yang dihuninya terdengar samar-samar dengan suara yang sangat familiar di telinganya. Bagaimana tidak familiar. Ia sudah mendengarnya selama dua puluh tujuh tahun hidup di dunia.

Tak lama dari percakapan itu, pintu kamar Sam terbuka.

"Ya ampun Sam, apa kau baik-baik saja?" celoteh Ibunya yang begitu masuk langsung menghampiri dan mengecek seluruh bagian tubuhnya. Wajah, tangan, kaki bahkan dada dan perutnya tidak terlewatkan.

"Aku tidak apa-apa bu, berhenti bersikap berlebihan."

Sharon cemberut mendengarnya.

"Ibu sangat tidak bisa untuk tidak khawatir, Sayang. Kau tahu ibu masih trauma dengan kecelekaan beberapa tahun lalu," ucap Sharon sendu.

Setelah kecelakaan yang menimpa anak bungsunya itu, ia memang menjadi ibu yang sangat overprotektif. Ia selalu ingin memastikan anaknya dalam keadaan baik-baik saja dan tidak ada bahaya apapun yang mengancam di sekitar mereka. Ia hampir kehilangan Sam dan demi Tuhan tidak mau momen itu terulang lagi.

Sedikit terlambat, Ryan menghampiri istri dan anaknya. Dari belakang, ia memeluk istrinya mencoba menenangkan. Setitik air mata meluncur turun dari mata indah Sharon.

"Sungguh drama sekali," kelakar Sam melihat adegan di depan matanya.

"Ibu dan ayah tampaknya belum cukup dengan bermesraan di Hawaii dan malah melanjutkannya di sini," canda Sam agar suasana tidak haru lagi.

Celutukannya itu berhasil. Ibunya berhenti menangis dan memukul lengan Sam cukup keras.

"Memang anak kurang ajar," ujar Sharon murka.

Sebaliknya Sam mengelus-elus bekas pukulan Ibunya yang terasa cukup sakit. "Ibu sungguh tidak perhatian pada orang yang sedang sakit."

Ibunya tidak menghiraukan raungan Sam dan memilih mengupas apel yang berada di atas nakas.

Closer to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang