"Hati-hati tuh ada bule. Hiiii ...."
"Awas jangan dekat-dekat sama kompeni!"
"Wah anak pungut tuh. Beda sendiri sama keluarganya..."
Ara yang melamun tiba-tiba teringat akan ejekan yang harus ditelannya selama 15 tahun duduk di bangku sekolah.
"Memang kenapa sih kalo aku berbeda? Bunda sama ayah aja nggak ribet kok. Huh! " celetuk Ara tiba-tiba.
"Ya ampun, Ra ngagetin Teteh aja deh. Tadi diem tau-tau nyeplos" ujar Ana sambil mengurut dada.
"Eh, ya maaf Teh..." jawab Ara.
Dari arah dapur, terdengar bunda setengah berteriak, "Eh ayo anak perawannya Bunda. Jangan ngobrol-ngobrol cantik aja. Sini bantuin Bunda masak."
Mereka berdua yang awalnya santai depan tv pun beranjak dari ruang tengah ke dapur.
"Woah Bun, ini mau hajatan? Banyak banget masakannya." Ana terkejut.
"Yaa si Teteh. Kan Mas Gaga pulang dari Bandung malam ini, Teh. Bunda jadi instruktur program perbaikan gizinya Mas Gaga lah." Ara menjawab.
Ana memelas, "Enaknya jadi anak rantau...".
Dan mereka pun memasak sampai azan maghrib berkumandang.
"Waaah akhirnyaaaa selesai juga...." kata Ara sambil meregangkan tubuhnya yang selama kurang lebih 3 jam mengulek berbagai macam bumbu. Iya, bunda berusaha semaksimal mungkin tidak memakai penyedap rasa ketika memasak, sehingga bumbu yang dipakai juga lebih banyak. Dan Ara yang paling amatir memasak di antara bunda dan Teh Ana pun hanya ditugasi mengulek bumbu.
"Jangan seneng dulu. Sayur asemnya diperiksa sana." perintah Teh Ana. Kakinya yang panjang beranjak ke depan kompor sambil memajukan bibirnya. "Udah nih, Teh. Duh jadi laper..." kata Ara dengan muka memelas. "Sudah selesai. Ara, jangan makan dulu. Barusan azan maghrib kan, shalat dulu sana. Bunda sama Teteh lagi libur soalnya." terang Bunda. "Iya deh, Bun... Yaa..shalat sendiri lagi deh..." kata Ara sambil bangkit ke kamar mandi untuk berwudhu.
Saat Ara sedang shalat di kamar, tiba-tiba ada riuh sejenak di teras depan.
"Mas Gagaaa mana oleh-oleh pesenankuuuu???" Ana tanpa ba-bi-bu langsung memberondong Gaga yang baru tiba.
"Ya ampun, Na. Aku bahkan belum ngucapin salam lho. Kamu tuh kebiasaan deh..." jawab Gaga dengan ekspresi lelah.
"Assalamu'alaikuuum. Bundaaaa Araaaa...." teriaknya begitu masuk rumah. "Oh gitu kamu Mas yang dicariin Bunda sama Ara doang." sungut Ana. "Ih ngambekan." goda Gaga sambil mencubit pipi Ana.
Ara langsung menyelesaikan shalatnya dengan cepat, lalu keluar dari kamarnya. "Mas Gaga nih. Udah malem Mas malu sama tetangga, berisik aja deh." Ara pura-pura bersungut. "Yang satu ngambekan, yang satu galak banget. Tapi kok ngangenin sih." gelak Gaga sambil mencubit hidung bangirnya Ara. "Yang satu lagi suka gombal. Anak siapa sih." tiba-tiba ada suara bass yang menimpali dari belakang Gaga. Ayah.
"Wedeh, pak bos. Saya cuma jadi pengikutnya pak bos aja. Kan pak bos yang ngajarin hehehe." ujar Gaga. "Pacar Ayah mana, Nak? Kok nggak ada suaranya daritadi." tanya Ayah. "Tadi sih ke atas, katanya mau jemur pakaian, Yah."
Sementara di lantai atas, tempat menjemur pakaian.
"Halo, dengan siapa ini?" ujar Bunda menjawab ponselnya dengan nomor tak dikenal. "Hallo. Sorry to disturb you at this time. But I have to confirm something." jawab orang di seberang. Orang asing? Siapa ya? Bunda membatin. "It's ok, still evening here. Can I help you?" respon Bunda. "Yes, I need a lot. But first, are you Arifah? Arifah Mileani?" tanya si penelepon. "Yes, you're right. I'm Arifah Mileani." jawab Bunda setegas mungkin. Bunda memiliki firasat aneh dengan penelepon ini. "Arifah, I need to meet you. You should know something. Important. But please, don't let anyone know about this meeting, nor this call and conversation too." pinta si penelepon. "Hmm... Ok, but who are you? What's your name?" tanya Bunda. "....I'm Johanna, you can call me Hanna. And I'm your cousin, from Netherland." jawab penelepon yang mengaku bernama Hanna tersebut. "Netherland? But I don't have any relatives whom from there." ujar Bunda dengan sedikit terkejut. "Yes, you're right. But you miss some facts. And I should tell you before I regret it." terang Hanna, yang membuat Bunda semakin penasaran. "Ok, let's meet. I'm so curious with your story." kata Bunda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wie ben ik? (Siapa aku?)
Historical FictionArabella Rosaline Hardjono, atau yang biasa dipanggil Ara adalah seorang gadis berusia 17 tahun dan bungsu dari 3 bersaudara. Di antara kedua kakaknya, Mas Gaga dan Teh Ana, serta kedua orangtuanya yang berciri fisik orang Indonesia pada umumnya, Ar...