Putus

17 2 0
                                        

*****

Cinta...
Cinta itu seperti 2 mata koin,
Menjadi satu namun beda, kita menyatu namun saling bertolak belakang, kita satu tapi seolah tak suka berbarengan.
Cinta lantas apa sebab kita tak bisa berpisah?
Cinta harus bagaimanakah kita?
Seberapa dalam lagi luka yang seolah telah mengaga!
Cinta bila hanya sebuah rasa?
Haruskah sesakit ini aku mencinta.
Hai kau bermata indah sudikah engkau menerima aku yang buta arah?

"Siapa aku, berhak memintamu?"
"Siapa aku, marah akan ketidak berdayaan?"
"Siapa aku, ketika kau satu tujuanku? Bolehkah cinta jadi alasan ku, untuk engkau pujaanku"

Ketika manisnya cinta tak lagi sama seperti gula,
Lantas apa aku rasa kebahagian.


***
Langkah ku tak lagi sama,
Ketika jarum jam seolah membawa beban.
Aku bukan tuhan sanggup membola balikan perasaan,
Aku bukan tuhan, maha tau akan keadaan.
Jika kau dalam diam, merasa tenang,
Apa guna aku sebagai sandaran.

Ketika kita tak lagi saling membahagiakan,
Ketika hanya luka satu alasan kita menangisi satu sama lain.
Apa guna..
Ada kau dan aku menjadi kita.
Apa guna aku selalu nama mu dalam doa.

30 menit kita saling diam, bukan bungkam tetapi bimbang,
Akan kita yang tak lagi sama.
Akan kita tak lagi bersama,
"Semoga kau bahagia, aku melepas mu, wahai cinta, maka kejarlah yang memang itu kebahagian"
Hanya itu yang aku ucap, setelah bungkam membisu, seperti lupa caranya mengucap.
Segera aku beranjak, menginggalkan dia dalam diam, tertunduk dalam.
Aku berpergi bila memang bukan aku jadi alasan untuk kau kenangan. Untuk kau kebahagiaan.




***
Sepeningal pria itu, gadis ini memangis, menangia
Seolah jatungnya di paksa keluar,
Tersendu sesak, jiwa lepas tak terarah,
Sesakit inikah yang selama ini ia inginkan,
Demi tuhan, bukan ini yang ia ingin rasakan
Hanya dia,
Namun cinta, mereka tak lagi sama.
Cinta mereka tak lagi indah.
Cinta mereka tak lagi semerbak kelopak bunga.
Harus kah seperti ini,
Kenyataan ini seperti beban tersendiri,

"Aku harus bisa, untuk apa pula,
Aku terus menangisi nya"
Semoga angin membawa dukanya pergi,
Tebang jauh melalang buana, dan jangan lagi duka itu kembali, bakutan luka tak akan kuat melindungi.

#######


"Udah jam segini nay, pulang pesen taksi online aja, lah.. ribet ini keburu malem juga. We paginya ada meeting ke bekasi soalnya"
Dia jena sahabatku, jam menunjuk pukul 9 malam, dan kita baru keluar dari pusat perbelanjaaan ternama di jakarta.

"Meeting? Meeting apaan ? Gaya kamu? Kek orang penting aja."
Sewotku padanya,
"Yee beneran kali, besok keluarga aku ngumpul di bekasi, mau bagi bagi warisan kali"
jena memang asli orang sini, ibu dan bapaknya asli dan tinggal di jakarta, tak heran logat betawi nya begitu kental, penampilannya pun tak kalah nyentrik, dia cantik kulitnya putih,namun gayanya tomboy,
Tapi dia sahabatku yang terbaik.
"Iya ini aku udah pesen, 15 menit juga sampe taksinya."

"Nay.. btw si andre nanyain kamu tuh tadi?kek nya dia anak naksir sama kamu, mau gak?? Di seriusin."

"Jenaaa...! Kamu mah? Aku gak mau yah, kamu aneh aneh."

"Yee aneh gimana sih nay, si andre kan serius sama kamu?"

"Udah ah jen? Aku gak mau bahas ini lagi"
Tak berselang lama, taksi yang kami pesan datang, hem thanks God kau menyelamatkan aku dari acara mak comblang nya jena.
Dan kita pun beranjak pulang dengan taksi itu.

*****
Diam...
Sunyi, kelam, namun nyaman.
Cinta mengubah warna dari terang, kemudian redup. Lalu gelap!
Cinta, harus apa lagi.
Teelalu maniskah pada awalnya,
Hingga tak menyisa,
Hingga habis, tak berbekas!

"Kamu tau, ketika aku dalam keheningan maka ku pejamkan mata, lalu kau hadir"

Dia, sosok nyata namun hampa,

"Kamu mau aku bawain apa? Ini aku lagi di rumah?"

Kebiasan itu, masih teringat jelas..

"Yank.. kamu belum nyuci baju berapa minggu sih? Pakaian kotor kamu numpuk gini"

Aku masih ingat..

"Aaaaaaahhhhhhhh!!!! Brengsek!"

Aku marah, muak dengan semua ini,
Cinta cinta..
Omongkosong!
"Naifaa..."
Naifaaa...
Naifaaaaaaaa!!!!!


******

"Naifaa..!"
dari kejauahan jena datang.. menghampiriku,
"Jen apasih kamu teriak teriak, alay ah"
"Dih.. ngatain alay, helo situ bengong dari tadi, kenapa?? Masih galauin mas Achilles, si batu batree!"

Deg..
Nama itu, serasa menyentil ulu hati,
Masih menyeruh merebak hangat.
"Tuh kan, ngaku?
Lagian yah kalian apa sih? Katanya cinta, sayang tapi koq masing masing? Giliran putus, sok sokan galau kek anak ABG"

Aku cuma bisa tersenyum kecut biar lah.

"Kamu gak ngerti jen, aku pun kalo boleh jujur gak mau kek gini"

Kata ku dalam hati, karna gak mungkin aku menjawabnya jena benar..
Siapa sebenernya yang mempermainkan hati.

"Yaudh yuk, mau ke perpus kan? Aku juga mo numpang wifian. Disana kan cepet."

Hem jena, kadang dia bisa bersikap dewasa namun kadang tingkahnya tak ingat umur.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 29, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dan itu, bernama cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang