Illness

35 8 4
                                    

Aku mengidap penyakit.
Penyakit kronis.
Yang tidak bisa disembuhkan oleh apapun.
Bahkan aku pun tidak tahu penyakit apa ini.

​---------------------------------

Kakiku perlahan menelusuri rumah ini, gelap dan sepi. Mataku berusaha beradaptasi dengan cahaya yang minim, mencari saklar lampu.

Ctass..

Sinar menerangi seluruh ruang tamu. Kutebarkan pandangku keseluruh sudut ruangan, hingga aku mendengar suara rintihan dari sebuah pintu. Pintu coklat tak bergagang. Kutendang pintu itu, jeritan memekakkan telinga menyambutku. Dua orang anak kecil memandangku penuh ketakutan. Keberikan senyum manisku agar mereka tidak takut.

"Ayah, ada disini." Kudekatkan wajahku diantara kedua kepala mungil itu.
"Kau bukan Ayahku. Bukan Ayahku! Pembunuh!" anak yang lebih besar dari yang satunya mendorongku. Namun, tubuhku yang kuat tak tergoyahkan oleh sentuhannya.

Crak!

AAAAKK!

Kupatahkan tangan yang berani menyentuh tubuhku. Tidak sopan! Kupandang dengan marah anak yang lebih besar itu. Matanya seketika membula, seperti hendak meloncat keluar. Tak lama kemudian wajahnya memutih, bibirnya membiru, dan tangannya memerah. Tidak ada darah. Tubuhnya pun jatuh, kepalanya dengan keras membentur lantai. Apakah ia mati?

"Kakak!" anak yang lebih kecil berteriak, lalu memandangku tak percaya,"Kau jahat!"
Ku terperanjat, mengapa anak kecil jaman sekarang tidak pernah bisa menjaga sikap mereka? Beraninya meneriaki orang tua! Ku hunuskan sebuah pisau ke kepala mungilnya, hanya pisau biasa. Namun, tepat ku tancapkan ke mata birunya. Tenang, aku tidak membunuhnya. Ini adalah sanksi yang tepat untuk anak- anak yang kurang sopan seperti mereka. Bila anak itu mati, salahkan dia yang tidak bisa menahan hukuman dari ku ini.

Aku memang bukan Ayah mereka. Aku hanya kebetulan lewat rumah tua ini. Kasihan mereka, hanya tinggal berdua. Bukankah akan jauh lebih baik bila mereka ikut denganku?

Meskipun tidak dalam keadaan hidup.
Ku seret kedua tubuh itu dan ku masukkan kedalam mobil. Didalam mobil anakku duduk dalam diam. Tubuhnya sudah lama mongering, entah apa yang harus aku lakukan agar tubuhnya kembali sehat. Kadang diriku kasihan padanya, ia sendirian, tak punya saudara maupun teman. Sebagai seorang Ayah, apakah tega melihat putranya begitu menderita?

"Ayah membawa teman untukmu. Apakah kamu ingin bermain dengan mereka?" Kucium kening anakku yang sudah menjadi tengkorak. Ku elus rambutnya yang tipis dan kasar.

"Ayah merindukanmu, nak. Kapan kau akan kembali bermain dengan Ayah?"

"Apakah mereka menyenangkan? Apakah mereka mau berkawan denganmu?"

"Banyak dari mereka yang tidak sopan terhadap Ayah. Tapi semoga mereka bersikap baik padamu."

"Sudah dua tahun Ayah mencari teman untukmu. Kemana lagi Ayah harus mencari mereka?"

Ku merenung, tanpa sadar pikiranku kembali ke dua tahun lalu. Saat dimana putraku, John, selalu menebarkan senyumnya. Kaki mungilnya selalu riang berlari mengejarku. Tawa nyaringnya selalu menyambutku. Hingga suatu kecelakaan tak terduga merenggut sumber kebahagiaanku itu.

John terlindas truk tronton pengangkut batu bara. Tubuhnya penuh darah ketika kutemukan dirinya ditengah jalan. Semua orang mengasihani diriku dan mengucapkan duka. Tidak, John tidak mati, ia hanya tidak bisa tersenyum dan tertawa lagi, ia hanya tidak mau mengejarku lagi. Ia marah padaku, sebab aku tidak segera membelikannya pesawat yang ia inginkan kala itu. 

Sekarang ia hanya marah, tidak ingin melakukan hal yang sering ia lakukan. Ku maklumi, biasa anak marah pada orang tua.

Ku pandang lagi John, ku coba tersenyum, pedih yang kurasakan. Melihat tubuhnya hanya berupa tengkorak tak utuh yang banyak diantaranya patah dan hilang. Namun, aku tetap mencintainya, ia adalah anakku selamanya.

Senantiasa ku selalu menghadirkan teman- teman baru setiap harinya. Agar ia tidak merasa sepi. Apakah kalian mau menjadi teman untuk John? Teman yang bisa menemani John ketempat dimana aku tidak bisa mengunjunginya. Surga.



Sekarang tahukah kamu apa penyakitku?


Vote


By : Wulan Widayanti

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Illness (psycho//one shoot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang