1

122 12 4
                                    

Malam yang hening saat itu. Bulan menampakkan sinarnya, yang dikelilingi oleh bintang-bintang yang ikut memamerkan cahaya indahnya.

Langkah kaki kecil menapak disuatu gang sempit yang sepi. Melangkah dengan santai seakan tidak takut dengan apapun.

Seorang gadis dengan membawa tas ransel memandang langit tersebut.

Indah, namun terlalu tinggi hingga tak dapat diraih. Menyentuhnya saja tak bisa.

Gadis itu menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia berhenti sejenak lalu mengeluarkan botol minumnya, dan meminumnya.

Sudah pukul 11 malam. Tapi gadis ini tidak khawatir maupun takut dengan sesuatu. Ia pun kembali melanjutkan perjalanannya menuju rumah. Tapi, ia kembali terhenti ketika mendengar suara sesuatu yang jatuh.

Sifat penasaran selalu menghampiri gadis itu. Tak peduli jika suara itu adalah kucing ataupun anjing yang menabrak tempat sampah, ia pasti akan tetap menghampirinya. Gadis itu berlari, menghampiri suara tersebut.

Bukan.

Bukan kucing ataupun anjing. Tapi seseorang yang sedang meringis melihat luka ditangannya sendiri.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya gadis itu sambil mendekat. Anehnya, ekspresi lelaki itu berubah menjadi tajam.

"Kenapa kau menatapku seperti itu? Padahal kau sedang terluka," gadis itu protes ditatap tajam. Lelaki itu mundur, menjauhkan diri dari gadis itu.

"Jangan mendekat!" perintahnya.

"Kau ini! Melihat hewan terluka saja aku tak tega, apalagi melihatmu!" gadis itu membalas degan seruannya.

"Aku tak pantas dikasihani," lelaki itu berkata lirih. Satu detik ia memalingkan muka dari gadis itu, dan sekarang gadis itu sudah berjongkok dihadapannya, merogok sesuatu dari tas ranselnya, lalu menarik tangan lelaki itu.

"Apa yang kau-"

"Diam, atau akan kupencet luka ini!"

Lelaki itu tertunduk pasrah dan hanya memerhatikan gadis dihadapannya mengeluarkan kotak putih kecil yang berisi obat dan perban.

"Kenapa kau menolongku?" lelaki tersebut memecahkan keheningan.

"Aku sudah terbiasa terluka." sambungnya.

"Setidaknya kau tidak merasakan perih untuk sesaat." jawab gadis itu masih berkutat dengan perban.

'Akulah sosok yang membuat seseorang merasa pedih'.

Hening sejenak, lalu gadis itu memecahkan keheningan,
"Kenapa kau bisa terluka seperti ini? Terjatuh? Padahal penerangan disini cukup terang."
Ya, ada sekitar 5 lampu yang memancar dari rumah-rumah disekitar mereka, membuat keadaan cukup terang.

"Silau,"

Gadis itu berpaling dari perban yang sedari tadi dikutatnya menjadi menatap lelaki itu bingung.

"Kau sendiri kenapa berada disini padahal ini hampir tengah malam?" lelaki itu balas bertanya. Mengalihkan pembicaraanya yang tadi.

"Ah, ada agenda tahunan disekolah. Jadi pengurus harus bermalam disekolah, tapi aku memilih untuk pulang." jawab gadis itu jelas yang dibalas anggukan datar dari lawan bicaranya.

"Itu bahaya"

"Tak apa, aku suka malam."

Lelaki itu menatap gadis didepannya dalam. Merasa tertarik dengan gadis ini.

"Kenapa?" tanya lelaki itu.

Gadis itu mengikat perban ditangan lelaki itu sebagai langkah terakhir pertolongan pertama.
"Aku bisa mengunjunginya saat malam. Dia tampak indah saat malam tiba."

Lelaki itu tertegun. 'Mengunjunginya'? Siapa?

Gadis itu akhirnya menaikkan pandangannya. Menatap wajah lelaki itu lalu tersenyum. Senyum yang indah. Indah saat malam tiba.

"Siapa namamu?" tanya gadis itu.

"Kim Taehyung," lelaki itu menjawab datar, sangat kontras dengan pemikirannya mengenai senyum gadis didepannya.

"Apa kau mau menemaniku untuk menemuinya?" gadis itu bertanya. Dan entah kenapa kepala Taehyung-lelaki itu- mengangguk dengan sendirinya.

"Namaku Shin NiRa, sekarang kita menjadi teman ya, Taehyung." gadis itu-NiRa menjabat tangan Taehyung secara sepihak dengan menyunggingkan senyum yang membuat Taehyung merasakan perasaan yang aneh.

Biasanya, tidak ada yang mau berteman dengan Taehyung. Bertatapan dengannya saja mereka takut. Itu sudah jelas, karena dia ini jahat. Dia ini membuat perih dihati setiap orang yang ditemuinya. Dia sendiri tidak tau dia itu apa.
Dia kesepian.
Dan kini gadis dihadapannya dengan seenak hati menyatakan kalau mereka berteman.

Malam yang sungguh berbeda.

I Don't Need My WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang