Jam menunjukkan pukul 2 siang. Bu Lina sudah memesan bangku di kantin untuk mentraktir kita. Bu Lina nanti tidak bisa datang karena ada rapat. Ya begitulah, sekolahku ini seperti tiada hari tanpa rapat. Entah rapat OSIS atau rapat guru. Kata Bu Lina "Pesan makanan dan minuman sesuka hatimu. Nomer bangkunya 8". Kami langsung bergegas ke kantin. Sesampainya di sana, kami mencari bangku nomer 8. Bangkunya tertulis "Sudah dipesan". Kami duduk disana, memesan makanan dari meja layar sentuh. Aku memesan nasi campur dan teh hangat. Kantin masih ramai karena ada banyak siswa yang belum pulang.
"Oi!" Olive menyapa sambil menunggu pesanan.
"Apa?" Yusuf membalas.
"Aku tadi di kelas 7B melihat cowok berambut pendek, tingginya se-Chika kira-kira 160 centimeter-an. Dia unik loo, dia itu cerdas kayaknya, proporsional tubuhnya. Wah, kesengsem aku"
"Oh itu, dia namanya A'an. Dia emang cerdas kok, di kelas jago fisika. Pokok kalau masalah fisika tanya aja, dia pasti bisa jawab."
"Bener tuh, di ekskul juga begitu. Yang kakak-kakaknya ini tersaingi malah, termasuk aku juga sih, hehe. Dia itu jagonya masalah kemagnetan, sama kelistrikan. Elektro. Tandinganku juga, fiuhh" aku menjawab.
Pesanan pun datang. Kita makan sambil bergurau A'an dan hal lucu lainnya. Setelah makanan habis, kami berbincang lagi.
Sebenarnya mau tanya kenapa Chika pingsan, tapi keduluan Olive, jawabannya juga masuk akal, jadi tidak menimbulkan curiga. Tapi aku tetap saja curiga. Jadi kuhubungi Pak Jo. Pak Jo itu guru Konseling loo..
****
(Sudut pandang Chika)
Aku pulang dari sekolah pukul setengah tiga sore, setelah makan di kantin. Setelah itu Sholat Ashar. Langsung istirahat di kamar, gambar ini, gambar itu. Hobiku menggambar. Ketika aku bosan menggambar, aku keluar kamar, rencananya mau nonton tv karena tidak ada PR. Namun karena sedang ada pemadaman listrik, jadi aku memakai laptop ayahku -soalnya barusan pulang kantor, pasti baterainya penuh, hehe-. Kubuka laptopnya, kunyalakan, dan ternyata di-password. "Yah, buat charge hp aja deh."
Setelah kusambungkan dengan charger, kunyalakan hp-ku. Setelah itu ada pesan whatsapp masuk.
"Hmm, dari Pak Jo. Ah biarkan." Eh?! Aku kaget. Kubaca pesannya. Tertulis "Besok ke ruang konseling waktu istirahat pertama, jangan terlambat."
Waduh, hatiku dag-dig-dug, ruangan terasa panas dan gerah. Makan tak tenang, tidur tak tenang, semua jadi tak tenang. Biasanya guru konseling itu terkenal jutek. Akhirnya aku nonton Anime alias kartun Jepang di hp agar "agak" rileks.
Keesokan harinya aku berangkat ke sekolah. Mukaku tegang dan kaku, cemberut sampai istirahat pertama. Banyak teman tanya kenapa tak kuhiraukan.
Waktu istirahat pertama, aku dipanggil dari speaker sekolah. Saatnya momen menentukan, ada apakah aku dipanggil?
"Panggilan kepada Chika dan Rian agar segera ke rungan konseling ketika istirahat pertama."
Segera saja aku ke ruang konseling. Sesampainya disana, aku heran. "Ngapain Cak To ikutan ke ruangan konseling?"
Eh jangan-jangan namanya Rian? Dari mana Rian menjadi Cak To?
"Mas Rianto ? " Pak Jo memulai pembicaraan.
"Loh, jadi nama aslinya Rianto? Jadul banget, wiks" aku tertawa geli.
"Silahkan duduk Mas Rian dan Mbak Chika"
"Nah, Chika kamu salah apa ke saya?" Pak Jo menyorot tajam ke aku.
"Saya tidak tahu, pak" aku menjawab lirih, semangatku langsung drop. Seperti di interogasi. Cak To malah menahan geli. Bisa-bisanya dia tertawa pada saat temannya dapat masalah? Aku agak kesal.
"He'em!" Pak Jo berdehem. Suasana ruangan langsung tegang. Rian langsung diam, tawa di wajahnya langsung hilang.
"Nah kejutan! Kamu masuk jebakan batman. Yeyeye, weks. Selamat Ultah, aku dan kamu diberi hadiah istimewa oleh Pak Jo. Aku tadi Cuma akting kok. Hehe" Rian mengejek karena sudah tidak tahan menahan tawa.
" Eh, ho? Eh?" aku heh-hoh kebingungan.
"Ayo ikut aku, ini kuberi hadiah langka, sebuah kekuatan." Pak Jo mengajak.
"Kekuatan?" aku dan Rian bingung.
"Benar, kekuatan yang akan membuat kalian berbeda daripada yang lain."
"Mana bisa ada kekuatan?" kami tak percaya.
"Lihatlah temanmu, Yusuf dan Tio. Semuanya berkekuatan, dia merahasiakannya dari kalian."
"Jangan-jangan Pak Jo mempunyai kekuatan juga?" aku menebak.
"Tentu saja, Chika. Lihatlah!"
Ruangan diubah menjadi seperti bilik istana putih, dengan kaca kristal, dindingnya dihiasi intan biru. Sinar matahari dibiaskan dengan indah. Mengagumkan! Kita takjub! Tak ada kata-kata yang keluar dari mulut kami.
"Kami sudah menyiapkan kekuatan kalian. Pilihlah. kekuatan kalian tidak akan tertukar. Ambil yang mana saja"
Kami mengambilnya. Benda tersebut ternyata harus dimakan dan ditelan. Kami takut sambil ragu-ragu. "Ayo makanlah, tidak akan berbahaya kok, saya berani tanggung jawab." bujuk Pak Jo. Di antara bingung dan takut kami memakannya, tanpa pikir panjang, juga desakan Pak Jo. Tiba-tiba kami merasakan sensasi aneh. Ada apakah ini? Apakah kita ditipu? Mungkinkah guru kami ini menipu kita? Bagaimanakah makanan ini bisa memberi kami kekuatan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Glynx
RandomPetualangan murid SMP biasa yang jago fisika, komputer juga elektronika. Bersama teman-temannya yang tergabung sebagai pengurus perpustakaan sekolah, melawan segala penyusup berbahaya yang dirahasiakan oleh petugas sekolah. Setelah itu mereka menja...