1

18 0 0
                                    

"Ada sesuatu yang mengusik hatiku, perhatianmu, jika kau tidak suka padaku jangan buat aku menjadi mengharapkanmu"

"Jangan terlalu perhatian sama fadel, jangan kamu terlalu perduli apa yang dia lakukan" ucapnya tegas, mata nya menggambarkan kemarahan yang teramat besar

"Ada apa dengan mu? Aku berhak memberi tahu fadel kalau dia berbuat salah, itu tugasku menjadi teman yang baik" ucapku tak kalah tegasnya dengan dia, Wahyu, dia adalah teman sekelas ku, aku kelas satu SMA

"Dia berbuat seperti itu karena dia ingin perhatianmu, kamu tahu itu?" Wahyu sepertinya mulai menyerah berdebat denganku, bukan, bukan menyerah lebih tepatnya mengalah, sikapnya selalu saja terasa aneh, dia kadang dingin bahkan sangat dingin, dan terkadang dia begitu sangat marah jika aku dekat dengan seseorang

"Aku temannya apakah salah jika dia berbuat salah dan aku menegurnya? Aku perduli karena dia temanku yu" jujur kali aku sudah mulai bosan berdebat dengan Wahyu masalah Fadel,

"Tidak bisakah kamu biasa saja, kamu cukup sebagai penonton seperti teman-teman yang lainnya" fadel baru saja berkelahi dengan Rio, Rio merupakan kakak kelasnya entah karena alasan apa Fadel menjadi berkelahi

"Aku biasa saja yu, kenapa kamu terlalu perduli dengan sikapku kepada Fadel? Bukannya biasanya kamu selalu dingin kepadaku?" Sepertinya perkataanku kali ini membuat Wahyu diam seribu bahasa, dia tampak bingung ingin berbicara apa

"Aku hanya takut, temanku akan terluka jika terus bergaul dengan orang yang tidak bisa mengontrol emosinya sendiri" aku mengerutkan kening ku

"Kenapa kamu begitu khawatir akan keadaanku?" Wajah Wahyu memucat, pandangan kemana-mana

"Karena kamu temanku" jawabnya gugup

"Begitupun aku yu, Fadel juga temanku temanmu juga" Wahyu tampak lelah dia menyenderkan punggungnya di kursi yang didudukinya, keheningan terjadi dikelas ini, karena sekarang sudah waktunya pulang sekolah

"Aku minta maaf yu, aku tidak akan terlalu ikut campur urusan Fadel lagi" ucapku, jujur saja aku selalu merasa bersalah ketika dia mulai lelah berdebat denganku, aku merasa takut dia marah kepadaku,alasannya karena dia temanku, hahaha bukan aku berbohong alasan utamaku adalah karena aku mulai mengaguminya , entahlah kapan rasa ini muncul, walaupun dia dingin dia selalu perduli dengan caranya sendiri

"Ya, aku juga minta maaf karena tadi aku seperti membentakmu fi" aku tersenyum, hanya Wahyu yang memanggilku dengan sebutan Fia, selain ibuku tentunya, teman-teman yang lain selalu memanggil ku Alfi, nama panjang ku Alfia Fadilah

"Tak apa, aku senang kau perduli kepadaku" dia merangkul ku

"Karena kamu temanku" aku hanya tersenyum, tindaknya Wahyu menyadari apa yang terjadi selama ini membuat ku menjadi jatuh hati, yang aku tahu dia tidak pernah sedekat ini dengan teman perempuan yang lain, itu membuatku menjadi merasa lebih istimewa, dan tampaknya aku harus bangun dari mimpi dan menengok ke dunia nyata, bahwa Wahyu hanya menganggapku teman tak pernah lebih dari itu

"Oh ya, sepertinya akhir-akhir ini kamu selalu sibuk bersama Fika, kalian pacaran?" Sebenarnya aku enggan menanyakan ini, karena kalau jawaban yang diberikan Wahyu adalah jawaban yang tidak ingin kudengar mungkin akan ada rasa sakit setelah ini

"Aku hanya mengurus masalah tugas drama yang harus aku selesaikan bersamanya" Wahyu tampak malas-malasan menjawabnya

"Kedekatan kalian seperti orang pacaran, kau tahu?" Entahlah mungkin ada yang salah dengan jawaban ku sampai Wahyu tersenyum seperti itu kearahku, manis sekali, ya Tuhan betapa indah ciptaannya ini, aku menggelengkan kepalaku aku tidak boleh terlihat suka didepan Wahyu, ya kalian tahu wanita mempunyai Gengsi yang tinggi

"Apa? Kenapa kau memandang ku seperti itu?" Senyum Wahyu seperti sedang mengejekku

"Kau terlihat seperti sedang.....cemburu, apakah aku benar?" tangan ku melayang menjitak kepalanya, anak ini benar-benar sangat ke-GRan walaupun kenyataannya seperti itu

"Apa? Aku cemburu yang benar saja yu, aku akan lebih memilih Fadel daripada kamu Dwi Wahyu Ashari si manusia kulkas" wajah wahyu tampak menegang, kenapa dia upps aku baru sadar aku menyebut nama Fadel aku lupa kalau Wahyu sangat sensitif dengan nama itu

"Kalau kamu memilih Fadel sana pergi ke fadel saja kenapa masih menemaniku disini hah?" Ucapnya dingin, astaga baru saja aku senang dia tidak dingin sekarang dia kembali lagi setelah mendengar nama Fadel, aku meruntuki kebodohanku ini

"Kenapa kamu selalu marah kalau aku sebut nama Fadel ?" Ekspresi Wahyu sulit dijelaskan

"Kamu cemburu?" ucapku sambil menarik turunkan alisku, berniat menggoda si manusia kulkas ini, Wahyu memandangi ku lekat-lekat membuatku terdiam

"Kau terlalu PD" ucapnya menjitak kepalaku

"Hei kau bisa membuat ku bodoh jika kamu terus menjitak kepalaku" aku mengerucutkan bibirku, dia hanya tersenyum

"Aku hanya ingin membuatmu lebih pintar" ucapnya disertai tawa

"Apakah kau ingat nilaiku lebih bagus dari pada kamu" Wahyu menghentikan tawanya

"Yayaya, temanku yang satu ini memang pintar dalam pelajaran, tapi bodoh dalam bertindak membela orang" lagi-lagi Wahyu membicarakannya

"Terserah kamu mau bilang apa" aku pura-pura ngambek, aku ingin dia berhenti membicarakan tindakanku membela fadel saat dia berkelahi dengan Rio

"Aku minta maaf fi, aku tau kamu membelanya karena dia teman kita" ucapnya mendekatkan wajahnya kearahku karena aku menunduk, melihatnya dari jarak sedekat ini membuatku jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, kulitnya yang putih mata hitamnya yang meneduhkan hati, aku tidak pernah bisa marah dengan lelaki ini

Mr. Cool For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang