VIII

223 15 3
                                    

Setelah Rizqi memutuskan sambungan vid-call nya, Taya memberani kan diri untuk mengirimi stiker line ke pada cowok itu, dengan penuh harapan bahwa Rizqi akan membalasnya.

Namun, ternyata usaha dan niatan Taya nihil, tak ada satu pun balasan dari Rizqi sejak 2 hari yang lalu, sejak Rizqi memutuskan sambungan itu.

Padahal, malam itu mereka menghabiskan malam dengan berbagi cerita dan guyonan hingga membuat air mata Taya keluar karna terus menerus tertawa. Tapi, mengapa Rizqi seolah menjauhinya saat ini?

Diambilnya ponsel gadis itu yang tergeletak di atas nakas, ia menggeser layar smartphone itu dan membuka aplikasi line, ia membaca deretan chat paling bawah, Rizqi benar-benar tak membalas pesan nya. Bahkan ia hanya membacanya tanpa membalas.

Dengan kesal ia melempar ponselnya ke arah kasur. Taya mendengus kesal, ia pun membanting tubuhnya ke atas ranjang tidurnya sambil memejamkan matanya.

'LINE'

Suara notifications itu muncul memenuhi indra pendengaran Taya. Gadis itu sontak langsung terduduk dan dengan segera ia menyambar ponselnya. Ia sungguh berharap bahwa itu adalah balasan dari Rizqi. Tak apa jika dunia menganggapnya jahat karena harus mempunyai perasaan ini dengan laki-laki yang disukai oleh sahabat nya sendiri.

Tetapi persetan dengan semua itu! Debaran yang Taya rasakan disaat Rizqi berada di dekatnya seolah menjunjung tinggi rasa ego nya untuk tetap berada dekat dengan laki-laki itu.

Dengan cepat ia membuka pesan itu, seketika pundaknya meluruh dan sorot mata yang menyiratkan kebahagiaan seolah luntur tergantikan dengan kekecewaan. Ia mendesah pelan saat tahu bahwa Galang lah yang mengirimnya sebuah pesan. Dengan malas ia membuka pesan itu,

Galang Bramasta : Fat, lagi sibuk nggak?

Fatayaqilla : Enggak. Kenapa, Lang?

Galang Bramasta : itu, Sultan nyuruh anak-anak buat ngumpul di tongkrongan katanya sih mau ngomongin soal makrab angkatan. Lo dateng?

Fatayaqilla : Ooh, iya-iya. Gue dateng kok. Lo dateng kan? Gue nebeng dong hehehe.

Galang Bramasta : Dengan senang hati, Tuan putri!
Galang Bramasta : kasih gue waktu 30 menit, oke?

Fatayaqilla : aye aye captain!

Taya pun beranjak menuju kamar mandi dan segera bersiap-siap.

Taya hanya menggunakan celana leagging berwarna hitam, lalu hoodie berwarna toska. Ia membiarkan rambut hitam lebatnya terurai.

Sebuah notifications line membuat Taya harus berpaling dari cermin.

Galang Bramasta : gausah kelamaan dandan nya! Lo udah cantik, pake banget. Gue udah dibawah ya, Tuan putri!

Taya terkekeh, namun tak membalas pesan Galang. Ia mengambil parfume vanilla kesukaannya dan ia semprotkan di sekitar tengkuk juga pergelangan tangannya. Setelah dirasa sudah siap, ia melangkah keluar untuk menemui Galang dibawah sana.

Diruang tamu kini terlihat Rena yang sedang duduk membelakanginya dengan laki-laki yang bertubuh tegap berada di depannya. Sementara Taya sudah melangkah mendekat ke arah mereka.

"Ma," panggilan Taya membuat Rena menoleh. "Eh, Taya! Kamu tuh kebiasaan deh, kalo dandan lama banget. Kasihan nak Galang udah nunggu dari tadi. Untung ada Mama, coba kalo enggak. Iya kan nak Galang?" Tanpa sepengetahuan Taya, Rena mengerlingkan matanya ke arah Galang, membuat Galang terkikik. "Iya, tante."

Pandangan Galang beralih menatap Taya, gadis itu selalu cantik apapun keadaannya. Tak sadar, sebuah lengkungan manis tercetak di wajahnya. "Yaudah, Tan. Galang sama Fataya ijin pergi dulu. Takut kesorean." Ucapnya, setelah nya laki-laki itu menyalimi tangan Rena begitu pun dengan Taya. "Hati-hati ya, Galang. Jangan ngebut-ngebut bawa motornya."

FatayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang