"Arfaaa!!"
Teriak Udin dari ambang pintu. Menghentikan pembicaraan Arfa dan Sena dibangku terpojok di kelas itu."Ada apa bro?"
"Diajakin basket sama abang gua. Ada kevin sama anak baru juga tuh.""Siapa?"
"Audah."
Arfa memasang muka datar."Oke. Duluan aja. Nanti gua nyusul." Arfa mengacungkan ibu jarinya.
"Gua kebawah yah Sen. Lu ga ada niat mau kekantin?"
"Nanti deh Bang. Nanggung dikit lagi nih."
Apa boleh buat. Kini punggung Arfa menghilang dibalik tembok.••••
"Weeist! Ada yang baru gabung nih ceritanya??"
Arfa senang karena Gank nya kini bertambah satu personil."Kenalin nih. Temen baru kita. Dia sekelas juga sama gua. Namanya Genta." Nampak Bang Diko mengenalkan Genta kepada Arfa, Udin, dan Kevin.
Genta baru tiga hari bersekolah di SMA TUNAS MUDA. Wajar bahwa iya baru berkenalan dengan empat sekawan ini, yang sudah berteman sejak duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama.
Namun baru sebentar Genta menjadi murid baru, bahkan seminggu pun belum, tetapi namanya kini sedang menjadi topik utama. Terutama bagi para Siswi SMA TM. Apalagi kalau bukan karena ketampanannya.
Kecuali Sena."Gua, Arfa." Arfa menjabat tangan Genta.
"Gua, kevin." Kevin melakukan hal yang sama seperti Arfa.
"Nah yang ini adek gua, Gen. Namanya Dika." Bang Diko mengenalkan Udin kepada Genta.
"Panggil aja Udin biar lebih Akrab." tutur Udin sambil tersenyum memperlihatkan giginya yang tak rapih.
"Ayo lah maen. Kapan maennya ini, kalo pada salaman mulu kayak lagi lebaran." Suara Kevin terdengar jengkel, walau ia sedang bergurau.
Arfa mengambil sebuah bola basket. Memainkannya dengan lihai. Memasukannya kedalam ring.
Setelah bola masuk, kini Kevin merebut nya kemudian berlari ke ring disisi lain lapangan dan memasukkan kembali bola itu.
Sudah 15 menit mereka bermain. Tak terasa memang."Lu maen sendiri ajah gidah!" Ucap udin kelelahan mengejar Kevin.
"Yaudah udahan aja yok. Udah cape juga nih." Ajak Bang Diko.
Kemudian mereka berlima menepi. Dengan keringat yang bercucuran. Dan juga rasa haus ditenggorokan.
"Berasa puasa dah. Aus banget." Kata Arfa sambil memengangi kerah kemejanya.
"Alay lo."
"Lebay lo."
"Banci lo."
Diko, Udin, dan Kevin bersaut-sautan. Genta hanya tertawa renyah melihat kelakuan teman-teman barunya itu."Dih. nanti kalo gua beli aer, juga lu semua pada minta. Bilang aja ga mau keluar duit."Balas Arfa.
dan kini mereka sudah duduk ditepi lapangan. Tidak. Bahkan Udin sudah terlentang menghadap langit."Nih. Bang."
Suara yang tak asing ditelinga Arfa menepuk punggungnya. Kemudian Afra menoleh ke asal suara. Perempuan itu menyodorkan Arfa segelas air mineral."TUMBEN BAE!" celetuk Udin. Namun iya segera menutup mulutnya, karena melihat mata Sena yang seperti mau keluar akibat celetukannya barusan.
Arfa bangkit, " makasih Adek ku sayang." Ingin memeluk Sena.
Sena mundur selangkah. "Ih! Jangan deket-deket gua! Keringet lu bau sayur asem!"
Kemudian Sena berbalik dan meninggalkan Afra dengan segerombolan kaumnya.
Tanpa Sena sadari, seseorang masih melihat punggungnya sebelum menghilang dibalik lorong.
"Kenapa, Gen?" Tanya Arfa yang tak sengaja melihat Genta memperhatikan adiknya.
"Gapapa kok. Cuma kok kalian sekilas mirip yah. Apa gua aja yang berlebihan." Genta menggaruk belakang telinganya yang tidak gatal.
Mendengar ucapan Genta,
Arfa, Bang Diko, Udin, dan Kevin tertawa lepas. Membuat Genta kebingungan."Lu pada kenapa si? Tiba-tiba ketawa ngakak??"
"Perasaan Gua enggak ngelawak tadi."
Genta masih tidak memahami penyebab teman-temannya tertawa.Setelah tawa mereka mulai redah, "enggak lo lagi enggak ngelawak kok" kata Bang Diko.
"Kita kembar." Jawab Arfa.
Membuat Genta kaget. Merasa tak percaya. "Demi apa lo punya kembaran??" Tanyanya memastikan.
"Sumpah! Buat apa gua bohong?." Arfa terhenti sebentar. "Cuma gua keluar duluan, 10 menit sebelum dia. Makanya Gua dipanggil ABANG."