Part.3

2.1K 76 2
                                    

" APA KAMU GAY ?!?"

Kamis 14 november 1992:

Mungkin akan terdengar lucu, aku dulu sangat enggan untuk menulis catatan harian seperti ini, aku selalu menjauhi hal ini.
Tapi entah mengapa justru sekarang aku yang mendekati kegiatan ini dan mulai menyukai kegiatan ini di kala semua orang menjauhi diriku.
Ya, kini, hari ini juga, hariku berubah.

Hari-hariku berubah 180 derajat.
Setelah mereka mengetahui sebuah rahasia terbesar yang ada pada diriku.
Rahasia yang selama ini aku simpan rapat-rapat.
Akhirnya terbuka.
Terbuka dalam artian ya, bernar-benar terbuka.

ASTAGA bagaimana ini????
Semua orang, orangtuaku, teman-teman ku sudah mengetahui segalanya.
Aku sendiri bingung mengapa bisa rahasia ini terungkap.
Padahal aku tak pernah melakukan hal yang macam-macam.

Sekarang, saudaraku bahkan menjadi musuhku, hikshiks :’(
terdengar ironis memang, saudara satusatunya yang paling aku sayangi, kak Gary, sekarang menjauhiku.
Seperti aku ini adalah virus mematikan yang harus di musnahkan.

Mama datang bergabung. “Kamu baca apa sayang?”

Aku tak dapat berkata..

Hhhh sungguh saat itu aku kaget sekali saat pulang sekolah, mama dan papa serta kak Gary ada di ruangkeluarga, seperti menantiku untuk dihakimi.
Perasaanku sungguh kacau saat itu. Perasaan tidak enak udah mengalir.
Hmmm namun apa daya? Aku tak bisa lagi berlari, diary.
Apalagi saat mama bertanya “Apakah kamu gay?”

Aku tak dapat berkata, saat itu aku sungguh seperti terjun bebas dan jatuh ke lubang yang lebih dalam dari samudra.
Gamang. Hampa. Banyak pikiran berkecamuk, sangking banyaknya sampai aku tak dapat lagi berpikir.
Aku ingin menjawab setiap pertanyaan yang mereka ajukan, namun aku tahan.

Sudah cukup aku mebuat kecewa mereka segitu dalamnya, cukuplah, tak perlu lagi aku tambah masalah.
Aku ingin sekali meminta maaf, tapi aku takut sekali.
Takut mereka tak mau menerima maafku.
Aku tak sanggup lagi bila tak mendapat maaf dari mereka, maka aku urungkan niatku untuk minta maaf.

“Kamu baca apa sih say?”

“Ini….ini..diary ma, ayo kita baca bersama” Mataku mulai memanas. Dimanakah engkau adikku?

Jumat 15 november 1992:

Hari ini aku takut sekali untuk keluar kamar, tak seperti biasanya, aku selalu ceria dipagi hari walaupun baru bangun tidur untuk menyambut pagi bersama keluarga dan sarapan dengan suasana yang hangat kekeluargaan.
Namun kali ini aku bagai anak yang tidak pada sarangnya.
Seperti bukan di rumah sendiri.

Aku keluar kamar dan menuju meja makan, sejenak aku berhenti di depan ruang makan.
Kulihat mereka bercanda ria seperti hari biasanya.
Aahhhhhhh saat itu ada kelegaan luar biasa di hatiku, pikirku mereka sudah melupakan kejadian kemarin.
Tapi ternyata aku salah. Saat aku menghampiri mereka, mereka menatapku dan mulai bergegas menyelesaikan mereka lantas berlalu satu persatu meninggalkan ruang makan.
Hatiku pilu. Ternyata mereka masih marah padaku.

Hatiku bertambah pedih saat ternyata tak ada sarapan buat ku, hanya tersisa setengah centong nasi goreng saja.
Ku ambil sisa itu dengan tangan gemetar lalu duduk di meja makan dan makan dalam keheningan.
Tak terasa air mataku merintik keluar.
Sebegitu marahnyakah mereka hingga sarapan pun aku harus mengambil sisa-sisa dan makan dalam kesendirian?

Selasa 21 maret 1993:

Ya, benar aku nyatakan bahwa hidupku tak lagi sama.
Sudah berbulanbulan sejak kejadian itu, mereka tak lagi mau menerimaku.
Teman di sekolahpun aku tak ada, hanya Jason dan Lindsey lah yang masih mau menerimaku.
Aku sangat berterimakasih kepada mereka.

Are You Gay?!?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang