2 - Setetes Darah

385 133 107
                                    

2


Gue mengistirahatkan tubuh diatas kasur, lalu mengambil benda kecil berwarna putih diatas meja. Memeriksa notif BBM dan Line. Namun sayang, hanya broadcast yang memenuhi pesan BBM. Akhirnya, gue memutuskan untuk menulis personal message.

Helisya Dira
Status baru
1 menit yang lalu

Who is he?

Gue masih tak tau kenapa otak gue masih berfikir tentang dia. Dia siapa sih? Sampe sampe otak gue menerima seluruh rangsangan semu yang ada pada dia. Apa mungkin jatuh cinta pada pandangan yang pertama? But,gue gak yakin sama yang namanya jatuh cinta.

Drttt drttt...

Veyatheresia
-PING!!!
-Kenapa lo?
-Siapa?

Bener banget dugaan gue, Veya pasti bakalan chat setelah liat pm gue. Gue pun mengetik beberapa kata untuk membalas chat dari Veya.

Helisya Dira
-kepo banget lo
-huuuuuu dasar

Veyatheresia
-Lo pasti lagi suka sama orang ya?
-NGAKU GAK LO!!

Helisya Andira
-yaiyalah sama orang
-masa sama badak!!

Veyatheresia
-itu juga gue tau kalee!!
-eh lo besok mau ikut eskul apa?

Ohiya, gue baru inget kalo besok semua murid baru harus memilih ekstrakulikuler di sekolah. Sebenernya, gue masih bingung sih mau eskul apa. Di sekolah, gue boleh milih lebih dari satu eskul, asalkan jadwal eskulnya gak tabrakan.

Helisya Andira
-ohiyaa gue lupa vey
-lo mau ikut eskul apa?

Veyatheresia
-kayaknya gue bakalan ikut tari sama drama deh

Helisya Andira
-great!
-idup lo kebanyakan drama

Veyatheresia
-enak ae lo!!
-dah ah ngantuk mau tidur
-bhayy!!!!!

Akhirnya obrolan pun berakhir dan waktu sudah menunjukkan pukul 10:30. Gue akhirnya memutuskan untuk menarik selimut dan memejamkan mata yang sudah lelah. Urusan eskul gue pikirkan nanti, saat mata dan raga sudah tak secapek hari ini.

Semoga besok akan menjadi hari yang lebih baik dari hari ini. Bismillah.

**

Pagi ini, semua murid SMA Global Universal berkumpul. Mulai dari kelas 10, 11, dan kelas 12. Hal itu dikarenakan adanya promosi ekstrakulikuler untuk para murid baru. Semua murid kelas 10 telah menentukan eskul mana yang ingin mereka ikuti. Mereka menuliskannya di kertas yang telah di sediakan oleh sekolah. Sedangkan gue masih berkutat dengan pikiran bingung berisi pilihan eskul.

"Dir jadi lo mau eskul apa?"

Veya membuka suara dalam keadaan gue yang sedang mengerutkan kening sambil melihat kearah kertas yang salah satu kotaknya belum sama sekali gue conteng. Gue menoleh sebentar kearahnya lalu kembali mengerutkan kening ditemani bibir yang dimanyunkan.

"Gue gak tau Ve, gue kan gak bisa apa apa."

"Lo gimana sih, sini biar gue yang pilih."

Veya langsung mengambil alih paksa kertas yang berada di genggaman gue. Matanya melotot, mukanya serius. Sama seperti saat dia menari tarian bali. Gue yang saat itu sudah pasrah hanya terdiam menunggu hasil contengan eskul yang dipilihin oleh Veya.

"Nih, lo ikut eskul ini."

Ia menunjukkan kertas yang telah dicontengnya tanpa memberikannya ke gue.

What?! Gue ikut eskul tari dan

SAINS MATEMATIKA???

Oke, gue gak masalah dengan eskul tari. Tapi, gue gak terima sama sekali kalo gue ikut eskul sains matematika. Lo bayangin, ngeliat soal SMP aja gue puyeng setengah mati. Apalagi kalo gue berurusan sama soal di SMA? Bisa bisa kepala gue meledak karna nyariin x yang sampe sekarang pun gue gak tau diculik sama siapa. Gue pun berusaha merebut kertas dari tangan Veya. Tetapi, tangannya dengan lincah mengelak rebutan gue.

"Lo gilak apa ya? Lo mau bunuh gue? Lo tau kan nilai matematika gue waktu SMP?" gue berdecak kesal.

"Diem atau lo gak punya eskul!"

Gue hanya terdiam tak bisa berkata apa apa melihat Veya yang telah melotot tajam kearah gue. Alhasil, pembelaan gue gagal. Gue hanya pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

**

Waktu pulang pun tiba, gue dan Veya bergegas mengambil tas yang berada di bawah pohon. Keringat telah bercucuran, walaupun tak sebanyak kemarin tapi mampu membahasi beberapa bagian tubuh. Gue pun memutuskan pergi ke WC untuk membenahi rambut yang telah berantakan.

"Ve gue ke WC bentar ya, lo duluan aja."

"Oke, jangan lama lama ya."

Veya dengan rambut yang di urai sepunggung memilih duduk di bangku depan sekolah, sedangkan gue yang sedari tadi sudah gerah dengan rambut kuncir satu yang sudah berantakan segera bergegas ke WC yang tak jauh dari gerbang sekolah.

Gue membuka kuncir gue menunjukkan rambut panjang yang sedikit kusut terurai sepunggung. Dengan lembut, gue menyisir satu persatu rambut dan kembali mengikat sebagian rambut yang mengakibatkan sebagian yang lainnya terurai bebas.

Gue menuruni tangga depan WC yang agak licin. Dengan hati hati, gue menuruni satu persatu.

Brruuukk!!

Tiba tiba, gue terpeleset karna batu kecil yang tergeletak di satu anak tangga.

"Aw sakiitt... " lirih gue.

Gue mencoba berdiri tetapi kaki tak mampu menahan luka yang ada di lutut gue. Seorang laki laki terlihat baru saja keluar dari WC. Laki laki sama yang membuat otak gue terus memikirkan dia semalaman. Dia melihat gue sejenak, lalu berjalan ke arah gue. Hati gue tiba tiba berdetak kencang seakan melupakan rasa sakit yang tadi ada di lutut. Gue menatapnya sambil memegang kaki, berharap dia akan mengulurkan kedua tangannya untuk membantu gue berdiri. Dia menundukkan kepalanya.

Tidak, bukan untuk membantu tapi dia ingin membenahi tali sepatunya yang terjuntai bebas tepat disebelah gue terduduk. Lalu ia kembali berdiri dan meninggalkan gue sendiri tanpa menghiraukan gue sedikitpun.

Tuhaan, dia manusia bukan sih?!

Gue menatap langkahnya dengan kesal. Perlahan lahan punggungnya hilang dari pandangan gue.

Gue sadar, ada saatnya lo hanya jadi orang yang dilewatkan, tak diperdulikan, dan tak berarti dalam kehidupan seseorang. Setetes darah dilutut tak mampu membuat ia menoleh. Tak peduli, darah itu menetes ataupun memancar ia tetap tak berbalik arah. Sekarang gue ada pada saat saat itu.

Hai haii, maaf ya baru update sekarang. Liburan cui. Suka gak sama ceritanya? Jangan lupa vote dan commentnya yaa. Kritik dan sarannya juga. Thankyouu readers❤❤

Hello Secret Admirer!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang