Panji Wulung
Saduran : OPA
22 Jilid Tamat
JILID 1
Angin meniup, Panji Wulung berkibar di angkasa.
Megah, angker, lambang keagungan sepanjang masa.
Berkuasa, berpengaruh, untuk seluruh jagat raya.
Di dalam rimba persilatan, akulah Rajanya ....! Sajak Panji Wulung ini, pada seratus tahun berselang telah tersiar luas dialam rimba persilatan. Tiada seorangpun tahu siapa yang menulis dan siapa orang pertama yang menyiarkan sajak itu. Orang hanya merasa karena sifatnya yang gagah dalam sajak itu, sehingga banyak orang rimba persilatan senang menyanyikan sajak itu.
Apakah arti Panji Wulung ? Oleh karena waktunya sudah lama, tiada seorangpun yang dapat menjelaskan.
Orang hanya tahu sewaktu nyanyian itu tersiar di dalam rimba persilatan, ada terjadi suatu peristiwa menggemparkan, dimana duabelas tokoh rimba persilatan kenamaan untuk masa itu dalam waktu setahun kedapatan mati terbunuh dalam keadaan sangat mengerikan.
Siapa pembunuhnya ? Juga tak seorangpun yang pernah melihat. Mungkin hanya sang korban sendiri yang tahu.
Tetapi apalah gunanya, yang mati toch sudah mati, sekalipun mereka betul-betul ingat wajah pembunuhnya, apalah gunanya kalau jiwa mereka sendiri tak dapat mereka selamatkan. Dapatkah mereka hidup kembali untuk menceritakan halnya kepada orang lain ? Tentu tidak ! Adapun cara kematian dan keadaan sebelum maut merenggut nyawa keduabelas tokoh tersebut adalah serupa belaka. Pertama-tama mereka terlebih dahulu telah menerima bingkisan berupa panji kecil berukuran lima dim warna hitam, dan pada hari ketiganya sesudah menerima panji itu batok kepala si korban pisah dari tubuhnya ! Cuma dalam jangka waktu beberapa hari batok kepala yang lenyap itu kalau tidak muncul dirumah kerabat terdekat sang korban, tentulah akan "berkunjung" kesuatu tempat pertemuan orang-orang rimba persilatan, sekalipun jauhnya ribuan pal dari tempat kejadian.
Kejadian aneh ini benar-benar merupakan peristiwa luar biasa, tidaklah heran kalau menggemparkan rimba persilatan.
Tetapi keanehan bukan cuma sampai disitu saja, batok kepala yang diantar ke tempat sejauh ribuan pal itu, meskipun sudah lewat beberapa puluh hari, sedikitpun tidak rusak atau membusuk, keadaannya masih tetap seperti di waktu hidup, tiada seorangpun tahu apa sebabnya.
Peristiwa itu, pada masa itu benar-benar sangat menggelisahkan orang-orang rimba persilatan daerah Tiong goan, hampir semua orang anggap panji kecil tidak berarti itu sebagai benda maut, maka semua menyebut pembunuh yang ganas itu sebagai PANJI WULUNG.
Panji Wulung penyabut nyawa itu, dimana ia muncul, selalu membawa kematian jiwa manusia, maka sejak terjadinya peristiwa itu, siapapun tidak berani lagi menyanyikan sajak Panji Wulung itu, oleh karena semua orang menganggapnya bahwa sajak itu sebagai lagu kematian.
Sejak Panji Wulung meminta korban orang yang pertama, mulai saat itulah dimana panji itu muncul, atau orang yang membicarakannya, semua pada ketakutan setengah mati.
Kejadian yang menggemparkan, yang ditimbulkan oleh Panji Wulung itu, setelah minta korban jiwa duabelas tokoh rimba persilatan, kemudian telah menghilang secara mendadak.
Sepuluh tahun ! Duapuluh tahun ! Limapuluh tahun .......... telah berlalu, selama itu tiada terdengar lagi ancaman dengan munculnya Panji Wulung.
Masih hidup atau sudah mati ? Mengapa Panji Wulung mendadak menghilang ? Ini menjadi pertanyaan dalam hati setiap orang. Selama hampir seratus tahun menjadi suatu teka-teki yang tidak terpecahkan.