Keanu duduk diam di kursi ruang tunggu ruang bersalin. Tidak seperti biasanya, Keanu sama sekali tidak pecicilan. Ia duduk dengan kedua tangan menangkup wajah. Tak jauh berbeda dengan Radith. Sejak dua jam lalu, semua mimpi buruknya, kenangan terakhir dengan almarhumah istrinya, serta pikiran-pikiran buruk tak berhenti berputar di kepalanya.Ia takut. Mungkin rasa takutnya melebihi rasa takut siapapun, bahkan mungkin Keanu.
Dia tahu bagaimana rasanya kehilangan. Dan Radith tak mau hal itu terulang lagi. Karena butuh waktu bertahun-tahun baginya--bahkan sampai sekarang--untuk dapat mengikhlaskan seseorang yang sangat ia cintai.
Radith menangis. Ya. Maka dari itu, Keanu berusaha untuk tidak ikut menumpahkan air mata meskipun rasanya ia tak sanggup membayangkan wajah pucat pasi Rozzie sebelum masuk ke ruang bersalin.
Renata berusaha menenangkan ayahnya. Beruntungnya ada Ares di sana untuk memberinya dukungan. Keynan dan Dafeeya sendiri sedang berada di Yogyakarta dan baru dapat jadwal penerbangan besok pagi. Adis pun masih dalam perjalanan bersama Raikan dan Keeyara.
Jadilah hanya mereka berempat di dalam ruang tunggu.
Ares menyodorkan segelas kopi hangat yang dibelinya di minimarket rumah sakit.
"Diminum dulu, Nu."
Keanu mendongak, menerima kopi pemberian Ares dan berterima kasih. Ia menyesap kopi manisnya pelan.
"Rozzie dan Aya pasti selamat," ujar Rena untuk kali ketiga sejak dua jam terakhir demi menghibur ayahnya, adik iparnya, suaminya, lebih-lebih dirinya sendiri.
Hampir sama seperti Radith, Renata kecil tahu bagaimana rasanya kehilangan seorang ibu. Rozzie adalah perempuan paling disayanginya, karena keegoisan masa kecilnya, anak itu lahir tanpa kasih sayang seorang Ibu. Sekarang, paling tidak, Rozzie harus merasakan betapa bahagianya menjadi seorang ibu. Memiliki keluarga sendiri bersama orang yang ia cintai.
Rena ingat, ketika ia berusia enam belas tahun dan Rozzie berusia lima tahun, adiknya pernah bertanya kepadanya, ketika Rena sedang menyisir rambut Rozzie dan adiknya sendiri asyik bermain rumah-rumahan:
"Mbak, Mommy itu orangnya cantik, ya? Baik nggak? Sayang sama Mbak Rena, nggak? Kok Mommy nggak mau ketemu aku?"
Saat itu Rena cuma bisa menahan tangis sambil mengenang masa lalunya bersama ibunya.
"Mommy itu cantiiikk sekali. Daddy jatuh cinta banget sama Mommy. Mommy juga baik banget. Mbak Rena minta apapun pasti Mommy kasih. Termasuk.... waktu Mbak Rena minta punya adik..."
Setelah itu Rozzie kecil cuma mengangguk dan kembali asyik dengan boneka-boneka cantik serta cangkir-cangkir teh di atas meja mini miliknya.
Radith sendiri ingat kali pertama ia menggendong bayi Rozzie sambil meneteskan air mata. Ia menggendong putri cantiknya erat, tersenyum seraya menangis. Ia berjanji kepada dirinya sendiri serta almarhumah istrinya, akan menjadi ibu pengganti yang baik demi kedua putri mereka. Ia akan memastikan Rozzie memiliki kasih sayang yang sama seperti anak-anak lain dengan orang tua yang utuh.
Tenang, ya, Nak. Daddy nggak peduli kalau orang lain bilang tingkah Daddy konyol. Asal kamu bisa tertawa, jadi badut pun Daddy rela asal putri Daddy senang.
Lagi-lagi, Radith mengusap wajahnya. Ia melirik Rena dengan senyum masam. "Daddy nggak apa-apa, Re...."
Renata memeluk ayahnya erat. Air matanya hampir tumpah melihat mata kemerahan Radith.
Ia melihat Keanu, belum bergerak sama sekali dari tempatnya. Wajahnya memandang kosong lantai rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASQUERADE PRINCE
Romance"Bukan penggemar rahasia namanya kalau gue udah ngasih kode terang - terangan ke Doi. Berkali - kali nyoba, berkali - kali juga dicuekin. Emang dasar ganteng - ganteng apes! Disitu kadang saya merasa sedih. Tapi gak masalah, selama janur kuning belu...