"Bener ya udah ngerti, UTS nanti kalian jangan ada yang remedial."
Ketukan pena di meja berhenti, dua pasang mata membelalak menatap pemuda berkulit putih di depan mereka. Mira dan Maya saling tatap, menukar konversasi dalam diam yang kira-kira berisi 'lo bisa nggak bro?' 'Nggak, kalo lo gimana?.'
Keheningan itu dirusak oleh Maya, yang mengambil inisiatif dengan memasang senyum (cengiran) kuda pada guru les kimia berkebangsaan Belanda di depannya."Ah Mas mah suka gitu. Sans la, mas."
Disusul dengan Mira yang mengangguk, mengabaikan si 'Mas' yang mengernyit menatap dua siswi kelas tiga SMA di depannya.
"Iya tuh mas, lagian paling jelek juga nilai kita paling jadi suasana asam."
Gadis berambut ikal halus sepanjang bahu yang akrab disapa Mira itu menimpali, dan Maya si gadis berkerudung dan berkacamata menatap teman di sampingnya, mengernyit. Namun si Mas—Mas Willem, namanya, rambutnya pirang dan matanya emerald tampak bingung dengan perkataan muridnya yang memang suka rada-rada, "maksudnya?"
"Ya gitu de Mas. Di bawah tujuh."
".....kok gue mau temenan sama lo sih mir."
"Lo kan lebih receh dari gue May."
"....iya juga ya."
Maya memasang ekspresi seolah ia sedang berpikir keras dan Willem bertanya-tanya apakah tidak ada remaja SMA normal di Indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Effervescent
FanfictionAda sebuah tempat kursus di Indonesia, yang lokasinya terpojok namun tidak sepenuhnya terisolasi, berisi guru-guru berkebangsaan luar negeri dengan murid-murid yang tidak kalah unik. Kumpulan cerita pendek yang saling berhubungan. ( Effervescent - ※...