"MAS KIIKUUUUUU!"
Honda Kiku tersenyum saat seorang murid SMA masuk ke kantornya, menjeblak pintu cokelat terbuka dan membiarkan dirinya dan satu teman wanitanya yang lain masuk.
"Kenapa, Lisya?" Tanya pemuda kalem berdarah Jepang itu, tampak siap mendengarkan rengekan atau keluhan muridnya. Yah, dia ini kan guru BK di tempat kursus ini.
Sementara Lisya yang berwajah ditekuk bete mengambil kursi konsultasi di depan Kiku, Maya di sisi lain mendudukkan dirinya sendiri di atas sofa panjang, mengeluarkan ponsel dan perlahan mengubah posisi menjadi boboan di sofa.
(Iya karena diduga syaraf malu Maya sudah putus, begitu kesaksian teman-temannya.)
"Mas aku galau jurusaaaaannnn," Lisya memulai, merajuk, kepala di atas meja kerja si 'mas' bernama Kiku Honda di depannya.
"Bukannya kemarin mau teknik?" Tanya Kiku, tersenyum, jarinya bergerak di keyboard komputer, membuka data nilai si gadis di depannya.
"Iya mas tapi nilai fisikaku jeleekk. Aku juga disuruh kedokteran sama orang tua maaaass," lanjutnya, "kenapa sih mereka yakin banget aku kudu banget harus fardu ain kedokteran padahal kan--"
(Curhatan tersebut dipotong oleh jeritan (alay) nan pilu seorang gadis di sofa.)
"MAS KIKU KOK GA NGASIH TAU KALO TEN COUNT UDAH UPDATE??" Itu Maya, setengah menjerit, melompat duduk dan menuding si mas yang ikutan kaget di mejanya.
"Kamu kan sebentar lagi UN, Maya." Jawab Kiku, masih kalem, sungguh kesabarannya perlu diberikan hadiah medali; walaupun masih kaget karena jeritan si gadis tadi.
"TAPI KAN AKU GA BISA DIGINIIN MAS. INI UDAH JAUH UPDATE-NYA AAAAHHHHHHHHHHH JADI MALES NGIKUTIN GIMANA NI--"
"HE KUDA GUE DULUAN YANG CURHAT YA DIEM LO DASAR DEMIT HOMO!"
Itu Lisya, gaharnya muncul, menunjuk Maya si sohib anehnya yang merana melihat layar handphone, murka.
"DIEM LO KAMBING GUE MAU GALAU KUOTA DULU!"
Maya juga tidak mau kalah, menunjuk si sohib yang terpisah sekolah itu dengan gahar, sebelum berbalik badan dan meringkuk di sofa, bergumam "baca-ga-ya" berulang kali dan mengecek kuota berulang kali juga. Teganya si mas, Maya berpikir, padahal yang mengerti soal anime dan homo di tempat kursus peculiar ini cuma Mba Eliza dan Mas Kiku doang. Mas Alfred juga weeb sih, tapi dia leih sering fokus ke teori konspirasi dan alien.
Sementara itu, Kiku kadang ingin tertawa miris, kalau murid-murid wanitanya mulai ribut keberadaannya seolah terlupakan. Ia hanya menggeleng halus dan menghela napas.
"Jadi gitu mas," ekspresi Lisya kembali merajuk saat ia menghadap si masnya, "aku harus ngomong apa mas ke orang tuaku? Tapi nanti kalau aku ngelawan takut kualaaaatttt," lanjutnya, cemberut.
Kiku tersenyum simpul. Manik cokelatnya memandang iba. Ternyata permasalahan murid di negerinya juga dialami murid-murid disini. "Kamu harus banyak cari info soal teknik. Kasih tahu alasan yang bisa meyakinkan orang tua kamu. Kalau kamu mau, mas bisa bantu." Jeda, "tapi kamu harus sudah yakin sekali dengan pilihan kamu, jangan galau lagi."
Lisya meringis, "gimana ya mas..... saya mau jadi kucing aja deh mas ga usah kuliah," lalu jadi ngaco.
Senyum Kiku makin lebar, geli, "sekarang, mau masuk tenik apa dulu? Yang kira-kira bisa ditolerir sama orang tua kamu."
"..iya sih mas," aku Lisya, "tapi mas aku juga galau soal si mantanku yang i--"
"SALUTE TO THE HEEERROOOO!"
--Dan pintu cokelat itu dijeblak terbuka lagi, kali ini seorang pemuda blonde berkacamata masuk ke ruangan dengan senyum sumingrah.
"Alfred-san?" Kiku mengerjap, setengah kaget, bertanya 'ada apa?' secara implisit.
"Kiku!" Alfred melangkah masuk, menaruh setumpuk berkas di tangannya ke atas meja, lalu menopang dagu dengan sikut sebagai tumpuan di atas meja, "new boring job has come! Tapi yah, simpan itu untuk nanti. Netflix and chill this week?"
Kiku tersenyum, "Punya film horror baru? Atau game horror baru?"
"Both?" Pemuda berkebangsaan Amerika itu nyengir, ia mencondongkan tubuhnya maju pada Kiku, "jadi?"
"Anu, permisi mas," itu Lisya, yang satu menit ini merasa menjadi obat nyamuk paling ampuh sedunia, "curhatnya udahan deh."
Kiku mengernyit halus, "kenapa Lisya? Sakit?"
Lisya bangkit, mengambil tasnya dan berjalan menuju pintu. Barulah saat ia akan membuka pintu itu ia kembali menoleh, "abis mas berdua ngingetin saya soal mantan saya sama cemceman barunya."
Hening.
Maya cekikikan sambil mengekor di belakang Lisya, ponselnya berhasil mengambil foto kedekatan Mas Kiku dan Mas Alfred.
![](https://img.wattpad.com/cover/91214349-288-k414818.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Effervescent
FanfictionAda sebuah tempat kursus di Indonesia, yang lokasinya terpojok namun tidak sepenuhnya terisolasi, berisi guru-guru berkebangsaan luar negeri dengan murid-murid yang tidak kalah unik. Kumpulan cerita pendek yang saling berhubungan. ( Effervescent - ※...