Chapter 5

1.8K 158 4
                                    

.
.
.
.
Dengan gusar Chanyeol menatap telpon genggamnya yang tak berkedip satu kalipun dalam sehari ini. Di mulai dengan telpon dari Jessica sunbae yang memintanya untuk bertemu lalu berakhir dengan cumbuan, desahan dan tertidur pulas hingga waktu kini telah menujuk pada angka lima dengan jarum panjang bertengger gusar diangka tiga tepat disampingnya.
Dia, Park Chanyeol. Ia tengah gusar saat ini. Sangat gusar.
Bukan karena dia lupa memakai kondom saat berhubungan atau lupa mengeluarkannya didalam atau bagaimana. Ia hanya gusar, kenapa sahabat dungunya Kim jongin itu sama sekali tidak menghubunginya padahal seharusnya saat ini telinganya sudah mendengarkan celoteh anak itu yang menggerutu sebal karena seharian ini dia memilih membolos. Namun, nyatanya.. hanphonenya yang dia tunggu sedari tadi tidak juga memberinya kabar gembira. Dan hal itu menyebalkan. Entah kenapa.
.
Dalam dekapannya Jessica menggeliat nyaman sedangkan Chanyeol malah merutuki dirinya sendiri. Kenapa juga dia harus terbebani dengan makhluk bernama Kim Jongin itu hah? Kenapa!?
"um, honey... bisakah kau bangun?" suara serak Chanyeol membuat Jessica menggumam protes. "aku harus pergi." Lanjut Chanyeol masih dalam posisi memeluk Jessica.
.
Mendengar kata pergi buru-buru Jessica membuka matanya, ia menggenggam erat selimut dibagian dada montoknya lantas menatap manik Chanyeol dengan pandangan memohon. "kenapa?" tanya Jessica tak rela.
.
Melihat mata memohon dan bibir yang membengkak itu lagi-lagi ia membayangkan pergumulannya yang begitu hebat berjam-jam lalu. Namun, tetap saja hatinya yang gusar ini tidak akan pernah berhenti merengek sebelum ia menemui seseorang yang membuatnya tampak begitu konyol ini. Hhh.. Jongin.. kenapa kau begitu sialan hah?!
.
"nunaku, aku harus mengantarkannya ke bandara petang ini. Maaf."
.
Kebohongan yang begitu mulus itu terucap bak mata air peggunungan. Jemarinya yang menganggur mengusap pipi Jessica dengan amat lembut lantas membawa wajahnya mendekat. Mengecup belah kenyal bibir yang tadi sudah habis-habisan ia cumbu dalam penyatuan yang juga tak kalah hebat. Lalu mengakhirinya dengan sangat dramatis.
.
"aku akan merindukanmu." Ucap Chanyeol kemudian sembari mengecup puncak kepala Jessica sayang. Tanpa kata Jessica hanya mengangguk pasrah saat pada akhirnya Chanyeol melenggang dari balik selimut, menyambar baju serta celananya yang berceceran, memakainya dengan kilat lantas meninggalkan Jessica sendirian. Dengan raut wajah yang masih begitu mendamba.


Satu lagi korban berjatuhan. Tuan Park Chanyeol dan selakangannya yang begitu hebat.
Tidakkah aneh, seorang macam Chanyeol, penakluk para wanita, dikacaukan oleh manusia dengan prinsip primitive yang menjunjung kehormatan diatas segalanya macam Kim Jongin. Hanya karena tidak menghubunginya selama satu hari? Hey Park?! Kim Jongin yang katamu itu sahabat, bukankah dia juga laki-laki yang juga memilik penis yang sama denganmu hah? Kenapa kau begitu gusar hanya karena dia tidak menghubungimu?

Kenapa?
.
.
.
[Chapter 5]
-Baboya-
.
.
.
"tuan Kim tidak apa-apa, reaksi alergi yang terjadi memang parah. Namun, karena segera dibawa kemari semua sudah tidak perlu dikhawatirkan lagi."
.
Paparan dari dokter yang menangani Jongin sungguh membuat Chanyeol dapat bernafas lega, dia benar-benar kaget saat mendapati Jongin tak sadarkan diri dengan batuk parah disertai dengan sesak nafas. Dalam gendongan pemuda asing pula! Ck.. benar-benar sialan.
.
"terimakasih." Chanyeol menyalami sang dokter kemudian masuk menuju kamar dimana jongin kini terbaring.
.
Pemilik marga Kim itu kini dalam balutan baju terusan berwarna biru muda, wajahnya yang tan itu berubah pucat, selang bantu pernafasan juga tersemat diantara hidungnya, ahh.. jangan lupakan selang infus yang juga tengah bergelayut manja ditangannya. Hhh... baru saja kemaren Chanyeol menakut-nakuti si dungu Jongin ini dengan selai kacang, kenapa hari ini ia malah benar-benar hampir terbunuh karena selai kacang? Hhh.. benar-benar.
.
"sehari saja aku tidak disampingmu kau hampir mati, Kim." Dengan perlahan Chanyeol mendudukkan pantatnya dikursi. Ia mengamati Jongin yang masih tertidur dengan nafas yang sudah stabil dan kemudian membuka ponselnya. Mencari kontak nunanya kemudian mengirim sebuah pesan.
.
Nuna, jongin masuk rumah sakit.
.
Dan tidak perlu menunggu lama sebuah panggilan dari Yoora bertengger dalam flip ponselnya. "ya, hal―
.
'KENAPA JONGIN BISA MASUK RUMAH SAKIT HAH! KAU ITU MEMANG BENAR-BENAR PEMBUAT MASALAH PARK CHANYEOL!!!'
.
Menjauhkan telinganya, Chanyeol mendengus sebal saat lagi-lagi ia harus menerima omelan dari kakaknya yang kelewat overprotektif pada Jongin ini. "dia tidak sengaja makan roti isi kacang." Jelas Chanyeol malas, satu kecap ucapan yang dibalas dengan rentetan omelan. "tapi itu bukan salahku nuna.. si bodoh itu makan pemberian orang lain tanpa bertanya lebih dulu, jadi jangan salahkan aku." Sembari melirik jam yang kini telah menunjuk pada angka delapan Chanyeol terus bergumam 'ya maaf.' Untuk kali yang kesekian sembari mengusap perutnya yang tiba-tiba saja keroncongan.
.
"hm, aku pasti akan menelpon jika terjadi apa-apa. Ya, jangan khawatir."
.
'PERHATIKAN JONGIN! JANGAN TERUS SAJA MEMBERI MAKAN SELAKANGANMU YANG BULUK ITU!! AWAS SAJA KALAU TERJADI APA-APA PADA JONGIN, KAU AKAN MATI SAAT AKU TIBA DI KOREA, LUSA!! KAU MENDENGAR KU PA―
.
Pick[]
.
Chanyeol sengaja mematikan teleponnya, menatap Jongin yang masih terlelap. Lalu mendengus malas. Ia lapar sekarang, namun ia malas keluar dan lagi tidak ada siapapun yang bisa dia mintai tolong disini. Hhhhh... lagipula kenapa juga si dungu ini bisa begitu bodoh sampai-sampai tidak tahu kalau yang dia makan itu mengandung benda sialan yang muncul dari tanah―kacang- yang pasti membuatnya terbaring macam manusia sekarat yang sering dilihat Chanyeol dalam drama-drama kesukaan Yoora nunanya.
.
"bodoh."
.
Chanyeol dan Jongin, persahabatan antara keduanya terjalin tanpa siapapun tahu siapa yang memulai. Keduanya bertetangga sejak dua pemuda tanggung itu masih bayi. Keluarga Park yang tengah mengikuti sang kepala keluarga diSeoul karena dipindah tugaskan memutuskan membeli sebuah rumah untuk mereka jadikan tempat tinggal. Kebetulan yang sungguh tak terduga, disuatu hari yang begitu cerah saat semua barang-barang keluarga Park dipindahkan, seorang ibu muda yang tengah menggendong bayi mungil diikuti oleh dua anak perempuan yang berkisar berumur tujuh serta sepuluh tahun turun dari sebuah mobil tepat disamping rumah mereka membuat prosesi pindahan keluarga park terhenti untuk sejenak.
.
Dan kebetulan yang keduapun terjadi, saat sang kepala keluarga Kim keluar dari mobil, dua pasang manik mata itu saling bertaut. Tuan Park dan tuan Kim, siapa menyangka jika kedua orang itu dulu adalah sahabat. Keduanya dibesarkan dikota yang sama namun harus berpisah dan lost contact saat tuan Kim melanjutkan studinya di Seoul hingga saat ini. Saat takdir kembali membuat dua sahabat itu kembali bersama dalam status tetangga.
.
Kim Jongin kecil menggeliat, mata beningnya mengkerjab lucu lalu menatap orang-orang asing yang ada dihadapannya bingung. Nyonya Park yang ada tepat dihadapan Nyonya Kim tersenyum hangat untuk Jongin, Chanyeol yang ada dalam gendongan nyonya Park berceloteh lucu sembari menggigiti mainan karetnya. Chanyeol yang baru berusia tujuh bulan itu kemudian terdiam saat mata Jongin bertaut dengannya. Keduanya saling pandang seolah-olah menilai satu sama lain dan lantas yang lebih tua tujuh bulan itu kemudian menatap sengit Jongin kecil yang tampak tak mengacuhkan tatapan intimidasinya.
.
Plak!
.
Tangis Jongin pun pecah saat tangan mungil Chanyeol menepuk pipinya dengan agak keras, nyonya Kim yang kaget segera menimang Jongin agar diam sedangkan nyoya Park dengan gusar meminta maaf pada nyonya Kim yang disambut dengan tawa ramah.
Saat semua orang panic karena Jongin kecil tak kunjung juga diam, Chanyeol kecil malah diam sembari terus menggenggam mainan karetnya sedangkan semua orang yang ada disana sibuk menenangkan jongin.
.
"ta―ta!" celoteh lucu itu terucap dengan sebuah tangan mungil menyodorkan mainannya kearah bayi mungil Jongin yang masih terisak. "ta-ta!" lagi, celoteh itu secara ajaib membuat bayi Jongin terdiam, dan kemudian tertawa senang. Kedua ibu muda itu saling pandang, bayi mereka dan semua hal unik yang menyatukan keduanya. Dalam benak mereka, semoga keduanya menjadi dua sahabat yang bahkan melebihi saudara, saling menjaga dan saling menguatkan satu sama lain.
.
Dan pada kenyataanya, Tuhan memanglah sangat pemurah. Dengan sangat bijak Tuhan mengabulkan impian dari keduanya, Dia jadikan kedua bayi mungil itu sepasang sahabat yang seperti mereka pinta. Namun, 
.
Bahkan Tuhan sendiripun tidak dapat memilah takdir apakah yang kelak akan membelit keduanya.
.
"kenapa aku begitu mengkhawatirkamu, Kim." Jemari Chanyeol mengusap pelan pelipis Jongin yang disambangi oleh bulir-bulir keringat. "kenapa jantungku berdenyut nyeri ketika melihatmu ada dalam rengkuhan orang lain?" Chanyeol mengalihkan padangannya pada jendela, menghela nafasnya dengan begitu gusar lantas memejamkan matanya untuk sekilas.
.
"apakah...." Kalimat itu tergantung dibibir Chanyeol, ia terkekeh sejenak sebelum mengusap rambutnya kasar. "tidak, tidak mungkin." Tubuh jangkung itu kemudian berdiri, menatap Jongin lagi dan kemudian berucap. "tidak, aku pasti salah. Ya, pasti. Ahh.. mungkin karena aku belum sempat makan hingga organ dalamku terganggu, ya seperti itu.. ya, pasti karena itu .ahahahahah" Dan setelah peyangkalan yang terkesan memaksa dan aneh itu terburai dari mulut Chanyeol ia kemudian tertawa sumbang dalam kamar rawat Jongin sendirian.
.
.
.
.
.
Sehun, pemuda pucat itu menatap hamparan langit hitam yang kini menatapnya nanar. Tubuhnya bersandar pada bangku taman yang dingin serta bisu sepertinya. dia tidak sedang memikirkan apa-apa, tidak juga melakukan apa-apa, ia hanya sedikit bingung. Sedikit.
Kenapa?
Kenapa dia tidak melakukan apa-apa saat Jongin dirampas dari rengkuhannya?
Ia bukan orang bodoh bukan? IQ nya saja melebihi 120, tapi... kenapa tiba-tiba saja dia merasa sangat dungu? Kenapa?
.
"Sehun, kenapa tidak mengangkat panggilanku!?" tiba-tiba seorang gadis cantik duduk tepat disamping Sehun dengan wajah yang tertekuk maksimal.
.
Sehun terkesiap, ia tersenyum mengusap pucuk kepala sang gadis dengan sayang lantas membawanya mendekat dan mencium keningnya. "selamat datang."
.
Gadis itu mendesis sebal lalu menyurukkan wajahnya pada dada bidang Sehun. "kau itu bodoh, bodoh bodoh!!" umpatan itu teredam namun Sehun dengan sebuah senyum yang seakan tak bisa luntur itu malah mengeratkan rengkuhannya lantas menghujami sang gadis dengan ribuan kecupan.
.
"aku mencintaimu, Oh Sehun."
.
Sehun berhenti, rengkuhannya melonggar namun senyum itu masih tetap disana. "hm..aku tahu. Yeri"
.
.
Gadis itu, Yeri. Kim Yerim. Kekasih Oh Sehun. Jika untuk sebuah status diperlukan sebuah pernyataan maka perlakuan Sehun untuk Yeri membuat semua itu tidak lagi berguna. Sehun meyayangi gadis itu dengan begitu dalam, maka dengan segenap kemampuannya Sehun membuat segalanya mungkin bagi sang gadis. Bahkan hatinya.
.
Tidak banyak yang tahu bagaimana awal mula hubungan keduanya terjalin. Keduanya hanya teman, teman yang cukup baik. Kedua keluarga merekapun juga saling mengenal dan segalanya mulai menjadi lebih membingungkan ketika keduanya mulai beranjak dewasa.
Sehun adalah pemuda jenius yang sayangnya terlalu buruk soal urusan menolak perhatian berlebihan dari lawan jenis, dan Yeri―gadis yang tidak bersangkutan dengan masalah Sehun itu- entah bagaimana merasa geram dengan ribuan gadis yang pada setiap kesempatan selalu mencoba menarik perhatian Sehun. Dan segala hal itu bermula saat keduanya masih bersekolah ditempat yang sama. Satu tahun yang lalu.
.
"kenapa tidak kau tolak saja mereka semua jika kau tidak mau." Yeri duduk tepat disamping Sehun yang tengah berbaring direrumputan.
.
"aku hanya tidak tahu bagaimana lagi menolak mereka." Balas Sehun acuh sembari melanjutkan tidurnya. Yeri mendengus mendengarnya, ia kemudian ikut merebahkan tubuhnya disamping Sehun lalu kembali berujar.
.
"um... aku punya satu cara untuk menjauhkan para wanita itu dari hidupmu."
.
"apa?"
.
"ayo kita berkencan!"
.
"kenapa harus denganmu?"
.
"ck, dengarkan aku dulu. Jika kau punya pacar maka para wanita itu akan berpikir dua kali jika mau mendekatimu. Dan kenapa harus denganku, karena aku adalah satu-satunya wanita yang paling menyukai Oh Sehun. Terlebih aku juga butuh seseorang untuk menjauhkan pria-pria yang mencoba mendekatiku. Win-win solution bukan?"
.
Dulu Sehun tidak pernah mengira semua hal konyol itu akan membuatnya masuk dalam lubang hitam yang menyimpan hamparan pasir hisap didalamnya. Senyum Yeri yang selalu ia lihat membuatnya merasa bahwa semua tidak akan membawa masalah yang berarti. Maka dengan sebuah senyum singkat Sehun biarkan semua itu berjalan. Yeri dan Sehun mulai berkencan. Hanya sebatas pergi bersama, makan dan menonton film di akhir pekan. Sehun harus mengakui bahwa hatinya sama sekali tidak tergerak meskipun Yeri dengan sengaja menyatakan bahwa dirinya begitu mencintai Sehun. Setiap saat higga kini...

NORMAL [HunKai - ChanKai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang