Prolog

175 19 23
                                    

"Adera, kamu punya kami! Kami sahabat kamu, bukan orang lain." Nadin menggoncang-goncangkan tubuh Adera yang sedang terduduk dipojokan kamar yang bernuansa pink.

Adera menelungkupkan kedua kakinya, memeluk erat kedua kaki itu sehingga kepala Adera dapat bersandar pada kedua lututnya. Jiwa gadis ini entah kemana, mata Adera memandang keramik di kamar dengan tatapan kosong. Kedua matanya bercucuran air mata.

Sudah dua hari, Adera tidak keluar kamar. Kedua orangtuanya bingung dengan sikap putri semata wayangnya ini. Tidak biasanya Adera mengunci kamarnya rapat-rapat hingga dua hari lamanya. Adera tidak pernah mau makan. Adera juga tidak menjawab panggilan kedua orang tuanya, apalagi menjawab pertanyaan-pertanyaan yang memojokkan gadis itu seperti kamu kenapa Adera? Adera cerita kepada mami siapa yang membuatmu begini?

Asisten rumah tangga dan kedua orang tuanya sudah berkali-kali membujuk Adera untuk keluar kamar dan makan. Namun tidak ada hasil.

Mami Adera meminta bantuan ketiga sahabat Adera datang kerumah untuk membujuk gadis remajanya. Membujuk agar Adera mau keluar kamar, makan dan kembali dalam aktivitasnya seperti masuk sekolah untuk mendengarkan pengumuman, les privat bahasa inggris, bermain bersama teman-teman seusianya dan masih banyak lagi.

Dan usaha Mami Adera tidak sia-sia. Meski Adera belum mau makan, setidaknya Adera mau membuka pintu kamarnya untuk ketiga sahabatnya. Itu semua tidak mudah. Berkali-kali Nadin, Bella dan Canina membujuknya, hingga Canina berbohongi akan menceritakan kepada kedua orang tua Adera bahwa Adera sedang hamil. Alhasil Adera mau membuka pintu kamarnya itu. Ke-tiga pasang mata sahabat Adera terbelalak melihat Sahabatnya dalam kondisi tragis di dalam kamar yang pengap.

Gadis itu masih mengenakan seragam batik dari sekolahnya yang seharusnya dipakai pada hari kamis. Ini sudah hari sabtu, dan Adera tetap memakainya. Rambut Adera acak-acakan, Kedua mata Adera terlihat sembab, dan kedua kaki Adera masih mengenakan kaos kaki berwarna putih.

Kondisi kamar Adera juga sama seperti penampilan Adera saat ini. Seisi kamar bernuansa Pink itu berjatuhan di lantai kramik berwarna putih, bahkan meja rias gadis itu tidak seperti meja rias para gadis. Kaca pada meja rias itu terdapat coretan-coretan dari lipstik milik Adera yang bertuliskan Yoga Septa Andiano aku membencimu.

Berbagai macam peralatan make up Juga ikut tergeletak kesana kemari.

Ketiga sahabatnya hanya bisa menatap Adera dengan Iba. Mereka bertiga mengerti seperti apa perasaan Adera saat ini. Mereka juga tidak bisa menyalahkan Adera, karena ini tidak sepenuhnya salah Adera.

"Please Adera, jangan begini. Kamu tidak sendiri. Aku, Nadin, dan Canina ada disini. Bersamamu," suara lembut Bella menyadarkan Adera bahwa dirinya memiliki sahabat terbaik di dunia ini. Ketiga sahabat Adera mendekati tubuh Adera yang lemah tidak berdaya.

"Aku, aku gak tau harus gimana? Aku takut Mami sama Papi kecewa sama aku, Bell, Din, Nin!" Suara Adera terdengar samar-samar di balik tangisnya.

"Kamu jangan begini, ayo kita coba jujur ke Mami kamu. Kami semua ada disamping kamu, menjadi temeng kuat buat kamu. Kalau nanti Tante Gres dan Om Charles marah besar, kita bertiga yang akan menjaga kamu. Jangan takut! Kita hanya perlu berbicara kepada mereka." Canina membuat kedua mata Adera melotot.

"Kamu selalu saja bersikap seperti itu, Nin. Tadi kamu bilang akan cerita ke Mami Papiku, sekarang malah menyuruhku jujur. Apa maksudmu berkata seperti itu? Kamu bukan sahabatku Nin! Kamu jahat!" Teriak Adera bersamaan denga tangisnya yang semakin pecah.

"Bukan seperti itu, Dera. Aku gak bermaksud seperti itu. Tapi sepandai-pandainya kita menyembunyikan bangkai tidak akan selamanya tersimpan rapi. Mereka akan mencium baunya. Percaya sama aku, Dera. Sekali saja, dengarkan aku."

"Stop Canina, jangan buat Adera semakin terpojokkan. Biarkan dia tenang terlebih dahulu." Ucap Bella sekali lagi dengan memeluk erat Adera yang tidak henti-hentinya menangis.

Nadin dan Canina yang melihat Bella memeluk Adera dengan sayang ikut memeluk Adera erat.

"Maafkan kita Adera, kita bertiga tidak bersamamu. Kita sibuk dengan aktivitas masing-masing. Kita lupa bila kita mempunyai sahabat sepertimu yang membutukan kita. Aku, Canina dan Nadin menyesal. Menyesal dengan ego masing-masing yang tidak mau mengalah. Maafkan kita Adera." Bella ikut meneteskan air matanya. Bella tidak menyangka bila pertengkarannya denga Nadin dan Canina berdampak pada sahabatnya.

Bella merasa bersalah, sudah satu bulan setelah pertengkarannya dengan Nadin dan Canina, mereka bertiga menjadi renggang dan tidak saling sapa. Sehingga Bella juga tidak memperhatikan setiap kejadian, perasaan bahkan musibah yang di alami sahabatnya.

"Aku juga minta maaf Adera, Aku tidak menghiraukanmu. Saat kamu memintaku datang di hari itu, aku mengacuhkanmu. Aku pikir kamu memiliki Bella dan Canina yang selalu mendengar keluh kesahmu. Maafkan aku Adera. Aku menjadi sahabat yang kaku. Aku terlalu kaku dan tidak peduli." Nadin yang memiliki sifat paling cuek diantara ketiga sahabatnya mengucapkan semua kesalahannya kepada Adera.

"Aku janji Adera, aku akan berubah lebih peduli dengan kalian semua. Sahabat-sahabatku." Sambung Nadin.

"Sudah guys, jangan menyalahkan diri masing-masing. Kita gak perlu meratapi segala kejadian yang sudah usai. Saat ini kita hanya perlu mencari jalan keluar dari permasalahan Adera. Tidak akan ada habisnya bila kita mengutarakan segala kesalahan sendiri-sendiri. Kita harus merubahnya, merubah kesalahan menjadi kebahagiaan." kedua tangan Canina menepuk bahu Nadin dan Bella.

Canina menyadarkan ketiga sahabatnya bahwa ini awal dari segalanya, tidak perlu mengingat kejadian yang sudah-sudah, karena mereka perlu bertindak untuk mengubah kesedihan mereka menjadi kebahagiaan. Terlebih lagi masalah Adera yang amat rumit. Canina berharap masalah Adera selesai dengan baik.

"Tapi bagaimana, Nin caranya? Aku tidak bisa berpikir lagi." tanya Adera.

"Tolong kalian semua dengarkan aku. Aku tidak bermaksud menghakimi Adera, tetapi aku hanya ingin menyelesaikan masalah ini dengan dewasa. Kita masing-masing sudah meninggalkan masa remaja, dua bulan lagi kita juga sudah masuk di universitas yang kita inginkan. Untuk itu kalian coba pahami perkataanku." Canina membuka idenya dengan pernyataan.

Canina menelan salivanya terlebih dahulu, lalu berkata panjang lebar, "Aku ingin kita berempat jujur kepada Mami dan papinya Adera bahwa Adera hamil."

Ketiga sahabat Canina terbelalak mendengar ucapan Canina.

"Tapi Nin," Nadin menyela ide Canina yang belum selesai diutarakan oleh Canina.

Sebelum Nadin menyelesaikan perkataannya, Canina sudah menghentikan bibir Nadin dengan jarinya yang tepat menempel di bibir Nadin.

"Tolong dengarkan aku dulu. Ok, mungkin Adera gak siap, tapi siap gak siap Tante Gres dan Om Charles juga akan tau bila Adera hamil. Seenggaknya, mereka tidak tahu dengan sendirinya. Setidaknya juga mereka membantu Adera mencari yoga untuk bertanggung jawab. Apa kalian mau Adera menjadi single mother? Apa kalian mau ngeliat sahabat kita terus-terusan menangis, menyembunyikan hal ini sendiri di dalam kamar? Tanpa makan tanpa mandi?" Ide Canina ini membuat Nadin dan Bella mengelengkan kepala mereka dalam arti tidak. Menjawab pertanyaan Canina.

Mana mungkin Mereka membiarkan sahabatnya menjadi single mother, membiarkan Adera juga dalam kondisi sangat tragis seperti ini.

Lalu bagaimana kelanjutan ceritanya? Apakah Ide Canina akan dipergunakan oleh Nadin, Adera dan Bella?

minta vote, dan commentarnya ya guys. Terima kasih ^^

4 SEKAWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang