PART 2

109 6 8
                                    

Setelah apa yang telah aku lakukan bersama Abell dipasar malam itu, akhirnya aku bisa merasakan kasurku ini. Ya walaupun tidak sebesar yang dimiliki orang - orang kaya. Namun aku tetap mensyukurinya. Karena aku tidak harus tidur di lantai

Kakiku sangat pegal. Badanku terasa sakit. Dan semua ini karena Abell! Semua ini berawal dari gula – gula yang ia inginkan.

Sudah pasti yang dicari Abell pertama saat kita sampai disana yaitu membeli gula – gula yang diinginkannya sejak tadi. Aku hanya bisa geleng – geleng kepala saja seraya mengikutinya dari belakang.

Setelah apa yang ia inginkan tercapai, aku kira ia akan mengajakku pulang. Namun ternyata, ia mangajakku menaiki wahana – wahana yang ada disana. Awalnya aku menolak, karena aku pikir semua yang menaiki wahana tersebut adalah anak – anak. Namun ia tidak menyerah, Abell lantas mengeluarkan jurusnya yaitu memelas padaku dengan tampang polosnya yang ia buat – buat.

Hampir semua wahana yang ada disana kami coba. Dan ada beberapa wahana yang Abell naiki berulang – ulang. Setelah satu setengah jam mencoba wahana – wahana tersebut, akhirnya aku menyerah. Aku tidak kuat lagi karena kakiku sudah mulai terasa sakit. Dan ya, disini aku berada sekarang. Di kamarku yang tercinta ini.

Aku mencoba memejamkan mataku. Namun itu terasa sangat susah. Aku mengantuk namun susah untuk tidur. Badanku lelah namun pikiranku entah kemana.

Aku masih teringat pada papa. Aku benar – benar sangat merindukannya.

“Apakah papa baik – baik saja disana? Ah ya, papa disana pasti sangat bahagia berada disana” ucapku sambil tersenyum.

“Pa aku merindukan papa” tak terasa air mataku jatuh lagi.

Aku mencoba untuk meyakinkan diriku bahwa aku bisa melewati ini. Aku yakin aku pasti bisa. Lalu aku berdoa di dalam hati agar Tuhan selalu memberiku kekuatan dan aku bisa melawati ini semua.

Diwaktu yang bersamaan namun di tempat yang berbeda……

Oke ini sudah kelewataan. Berapa banyak lagi aku harus membaca kertas – kertas yang tidak penting ini? Sejak pagi tadi, tumpukan kertas – kertas ini tidak pernah ada habisnya.

Ketika siang tadi aku sudah sangat gembira karena aku pikir semua ini akan selasai. Namun kenyataannya? Sekertarisku datang dan membawakan kertas – kertas menyebalkan ini dan menyerahkannya kepadaku.

Aku tak habis pikir kenapa papa menyuruhku menggantikannya sedangkan ia tahu bahwa aku tidak menyukai pekerjaan ini.
Jika saja aku tidaklah anak pertama, sudah pasti aku akan menolaknya.

Sekarang sudah jam sembilan malam. Dan aku rasa, aku akan tidur di sini jika aku tidak segera menyelesaikannya.

Namun tiba – tiba ada orang yang mengetuk pintu ruanganku dari luar.

“Masuk” ucapku. Dan ternyata sekertariskulah yang mengetuk pintu tersebut. Aku menoleh padanya sekilas dan kemudian kembali kepada pekerjaanku.

“Pak, ini saya bawa makanan untuk bapak. Karena saya tahu, bapak belum sempat makan dari tadi”  ia menyodorkanku sebuah kotak makan.

Aku sungguh tidak ingin makan sekarang. Apa iya tidak tahu bahwa pekerjaanku saat ini banyak sekali? “Tidak usah Lara, saya tidak lapar” ucapku kepadanya namun aku sama sekali tidak menoleh ke arahnya.

“Tapi pak, nanti bapak bisa sakit jika bapak tidak makan”

“Saya sudah bilang Lara, saya tidak lapar”

“Tapi pak-“

“Saya tidak lapar Lara!” ini sudah berlebihan. Aku sudah berkata kepadanya berkali – kali namun ia tetap saja memaksaku untuk makan. Aku menatapnya dengan tatapan yang tajam.

“Maaf pak… saya permisi” ucapnya sambil menunduk dan keluar meninggalkanku sendiri di ruang kerjaku. Ketika ia sudah menutup pintu, aku menghela nafasku dengan kasar. Lalu ku longgarkan dasi kerjaku.

Inilah yang aku takutkan jika aku bekerja di perusahaan ini. aku takut tidak bisa mengontrol diriku. Aku takut akan menyakiti orang – orang yang ada di sekitar ku. Namun apa yang dapat ku perbuat. Ini sudah menjadi takdirku dan aku harus menerimanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ChimeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang